Label Cloud

Wednesday, May 30, 2007

Hari Libur Sampah Tak Terangkut

Tuesday, 29 May 2007 01:31

Warga khawatirkan limbah perusahaan

BANJARBARU, BPOST - Penanganan sampah di Kota Banjarbaru masih menyisakan banyak permasalahan. Terbukti, terutama hari libur, di kota yang telah berupaya mengejar piala adipura itu, pada siang hari tetap ditemukan sampah yang belum terangkut.

Pantauan BPost, sejumlah tempat pembuangan sampah (TPS) yang tersebar di sudut kota masih dipenuhi sampah. Seperti yang tampak di Jalan Mistar Cokrokusumo. Tepat di depan Citra Banjarbaru (CB) Plasa misalkan, sampah tampak menumpuk.

Bau menyengat pun menyeruak hingga pengguna jalan yang lewat tak jarang harus menutup hidung karena sampah-sampah itu memunculkan aroma tak sedap. Semakin siang, ketika tiba hari libur atau di awal pekan, bukannya bertambah sedikit, sampahnya justru semakin menumpuk.

"Apa karena kemarin libur dan hari ini belum bisa diangkut? Sampahnya sudah siang masih saja berserakan," ungkap Agus, warga di Jalan Mistar Cokrokusumo. Ia dan warga sekitarnya, ungkap Agus, mengkhawatirkan jika ini tak ditangani segera akan semakin parah. Apalagi, mengingat baru saja di CB Plasa yang juga menjadi kawasan Ekonomi Terpadu (KET) ini diresmikan menjadi pasar subuh.

Tidak hanya di Jalan Mistar Cokrokusumo, tumpukan sampah juga tampak di TPS samping RSUD Banjarbaru dan Panglima Batur Barat.

Menanggapi hal ini, Plt Kadistako Banjarbaru, Zahedy berjanji akan lebih mengintensifkan pasukan kuning dan angkutan sampah di tempatnya. Ia mengelak kalau dikatakan, hari libur sampah tak terangkut. "Kami akan cek lagi. Kalau hari libur sebenarnya kami tetap mengangkutnya," tandasnya. niz

Kemarau Datang, Kabut Asap Mengancam Oleh: Deni Mujiati*

Kamis, 24 Mei 2007

MASIH jelas diingatan bahwa musim kemarau di tahun lalu Indonesia banyak mendapat kecaman dari Negara-negara tetangga akibat kabut asap sebagai hasil kebakaran hutan disebagian besar pulau Kalimantan dan pulau Sumatera. Tidak bisa dielakkan, beberapa tahun terakhir Indonesia melaluinya dengan penuh bencana yang bertubi-tubi mulai dari tsunami, banjir, kabut asap, gunung berapi dan tanah longsor. Bahkan di beberapa daerah baru-baru ini termasuk di Kalimantan Selatan masih terjadi banjir. Berbagai fenomena alam yang telah lalu semoga (hendaknya) menjadi belajaran berharga bagi anak negeri ini, mungkin alam mulai ringkih dan telah lelah. Dan saatnya kita tersadar apa yang telah kita bebankan selama ini kepada alam di negeri ini, gangguan terhadap keseimbangan alam telah membuat alam menjadi rentan terhadap bencana.

Seperti halnya bencana-bencana tahunan yang telah kita lalui selama 10-15 tahun terakhir ini, kabut asap terjadi setiap kali musim kemarau akibat kebakaran hutan dan lahan. Untuk itu sebelum datangnya musim kemarau ada baiknya bersama-sama kita melakukan tindakan prevetif, pengalaman di tahun-tahun lalu menjadi pelajaran berharga bagi kita semua. Bencana rutin tahunan tersebut bukanlah bencana yang tidak bisa dicegah, itulah mainstream yang harus tertanam pada semua masyarakat negeri ini. Kita jangan pernah berpikir bahwa segala bencana yang terjadi adalah sebagai takdir dari Tuhan YME, Tuhan telah menganugerahkan alam semesta ini untuk dikelola secara adil oleh manusia, namun yang terjadi saat ini justru keserakahan dan eksploitasi yang berlebih-lebihan.

Pergeseran musim telah terjadi di Indonesia, Musim hujan yang masih berkepanjangan di sebagian wilayah Indonesia di Sumatera bagian Utara, Kalimantan bagian Selatan dan Jawa bagian Utara adalah akibat penguapan air secara lokal yang membentuk awan konvektif, penguapan timbul akibat kerusakan ekosistem hutan tropis Kalimantan dan polusi udara. Dalam waktu dua smapai tiga pekan mendatang angin yang berhembus menuji ekuator akan berubah dari arah tenggara yang merupakan angin kering (Kompas 15 Mei 2007). Oleh karena itu perlu kita waspadai timbulnya kekeringan dan kebakaran hutan yang dampaknya adalah kabut asap.

Masyarakat khususnya harus mempunyai kesadaran penuh terhadap bencana kabut asap yang kemungkinan terjadi di Kalimantan. Sebelum nasi jadi bubur ada baiknya marilah bersama-sama kita kaji ulang tentang penyebab terjadinya kebakaran hutan dan lahan tahun lalu dan tahun-tahun sebelumnya, tudingan banyak diarahkan kepada masyarakat yang sengaja membakar lahan untuk membuka ladang berpindah, masyarakat yang membakar lahannya dengan sengaja untuk mempercepat proses pembersihan lahan sebelum penanaman dan yang pasti adalah pembukaan lahan untuk perkebunan kelapa sawit skala besar oleh perusahaan-perusahaan nasional maupun trans internasional.

Siapa yang patut dipersalahkan dengan datangnya bencana yang terjadi, apa masyarakat adat yang bertani membuka hutan untuk ladang berpindahnya yang telah dilakukan secara turun temurun sejak zaman para leluhurnya, seberapa besar kontribusi mereka untuk menyumbang terjadinya kabut asap di Indonesia, atau para petani lahan gambut yang membersihkan lahan pertaniannya sebagai bagian dari proses pengolahan tanah, atau para pelaku illegal logging yang dengan sengaja membakar hutan untuk menghilangkan jejak, atau para perusahaan perkebunan kelapa sawit skala besar yang membuka hutan untuk alih fungsi lahan perkebunan kelapa sawitnya, atau bahkan pemerintah kita yang kurang becus dalam berbagai kebijakan yang dibuat maupun upaya teknis pencegahan dan pengendalian.

Berbagai pertanyaan itu yang harus kembali ditanyakan kemudian dianalisa oleh masyarakat dan terus dicari jawabannya, sehingga kita dapat menemukan akar permasalahan kenapa kebakaran hutan dan lahan terjadi hampir tiap tahun di Kalimantan. Hal ini penting sebagai dasar untuk melakukan upaya prevetif karena kita sendiri tahu, dampak terjadinya kabut asap bukanlah hal yang remeh. Dampak terhadap aktivitas masyarakat yang ujung-ujungnya berpengaruh terhadap kinerja, bahkan bisa mengancam integritas bangsa karena pandangan masyarakat dunia sebagai ketidakmampuan negara dalam mengelola lingkungan, dampak kesehatan yang pasti sangat jelas mengganggu sistem saluran pernapasan dan kesehatan mata.

Berdasarkan data Dinkes Kota Banjarmasin, pada Agustus 2006 mencapai 5.597 kasus penderita ISPA. Kalau dihitung mengalami peningkatan sekira 8 persen dari kasus bulan Juli sebanyak 5.163 orang (Radar Banjarmasin, 10 Oktober 2006). Peningkatan balita yang terkena ISPA pada 14 desa di Kecamatan Gambut lebih 100 persen. Pada bulan Juli, balita penderita ISPA dan pnemonia, dengan gejala utama batuk-batu dan pilek hanya 24 orang, pada Agustus langsung melonjak menjadi 137 orang. Hal ini karena anak-anak itu menghirup udara kotor dari asap kebakaran hutan dan lahan. Kondisi ini sangat rawan bagi penderita asma. (Kompas, 26 September 2006)

Adalah sebuah keharusan kita untuk bersama-sama mempertahankan kondisi lingkungan kita yang menjadi bagian terpenting dalam hidup. Lalu apa yg harus kita lakukan? Kita bisa melakukan hal-hal sebagai berikut:

1. Di musim kemarau yang akan datang, hindari melakukan pembakaran sampah atau serasah.

2. Para perokok jangan membuang puntung rokok yang masih menyala sembarang tempat, terutama di semak belukar

3. Jika ada kebarakan lahan/hutan di sekitar anda, segera lakukan pemadaman dengan mengajak orang di sekitar atau penduduk kampung atau teman lainnya atau laporkan ke posko kebakaran terdekat atau dinas kehutanan.

4. Jika menemukan ada perusahaan perkebunan atau HTI yang dalam rangka membuka dan membersihkan lahannya dengan sengaja membakar lahan/hutan, maka catat nama pelaku, perusahaannya, lokasi, waktu dan segera laporkan ke kantor polisi terdekat atau melalui organisasi lingkungan yang anda kenal.

5. Bagi para petani tradisional dalam melakukan pembukaan dan pembersihan lahan dimusim kemarau sedapat mungkin untuk menghindari cara pembakaran, jikapun diperlukan buatlah sekat bakar agar nyala api tidak meluas.

6. Bersama-sama dengan masyarakat lainnya meminta kepada pemerintah untuk menyediakan sarana pengobatan gratis bagi penderita ISPA. Hal ini bisa dilakukan dengan mengirimkan surat ke Bupati, Gubernur maupun DPRD Propinsi atau DPRD kabupaten setempat. Bisa juga dengan menyampaikannya secara langsung dengan mendatangi kantor-kantor penyelenggara negara tersebut diatas. Insyaallah mereka masih mau mendengar kita.

7. Bersama-sama dengan masyarakat lainnya mendesak pemerintah untuk membuat kebijakan penanganan bencana kebakaran hutan dan lahan yang komprehensif dan aplikatif secara transparan dengan melibatkan masyarakat mulai dari awal.

8. Bersama-sama dengan masyarakat lainnya mendesak aparat penegak hukum untuk menangkap dan mengadili aktor perusahaan pelaku pembakaran lahan dan hutan.***

*) Anggota Individu Walhi Kalsel

Sunday, May 27, 2007

Tambang Batu Kuning Ditutup

Senin, 21 Mei 2007 02:15

  • Tiga penambang tewas

SRAGEN, BPOST - Pemerintah Kabupaten Sragen menutup lokasi penambangan Batu Kuning, di lereng Gunung Kemukus di Dusun Sendangboto, Desa Suko, Kecamatan Miri, Minggu (20/5).

Penutupan lokasi penambangan tradisional seluas satu hektare yang dikelola swadaya oleh warga ini dilakukan, selain karena dinilai ilegal dan membahayakan, juga menyusul tewasnya tiga penambang akibat tertimpa runtuhan batu, akhir pekan kemarin.

Selain menewaskan Parno (35), Paiman, (50), keduanya warga Desa Miri, dan Paryono (35), warga Desa Brojol, Kecamatan Miri, Sragen, peristiwa ini juga melukai tiga penambang lain, Suwandi (31), Sutarman, dan Wagirin (35), ketiganya warga Desa Miri. Wagirin bahkan harus dilarikan ke Rumah Sakit Yakssi Sragen, karena mengalami patah tangan kanan.

Perintah penutupan itu disampaikan Kepala Badan Kesatuan Bangsa Politik dan Perlindungan Masyarakat, Sragen, Wangsit Sukono langsung kepada Kepala Desa Suko, Kardiyo (35), disaksikan warga sekitar.

"Atas perintah Bupati, lokasi penambangan ini ditutup. Mulai besok tidak boleh lagi ada kegiatan penambangan di sini. Ini kami lakukan karena sangat prihatin dengan musibah yang menewaskan tiga warga itu," imbuh Wangsit.

Namun, meski sadar akan besarnya resiko bahaya yang setiap saat mengintai, para penambang batu tetap keberatan atas penutupan lokasi itu. Mereka beralasan, lokasi tambang yang terletak di tanah milik Pawiroman (50), itu telah menjadi sumber nafkah bagi keluarga.

"Ada 200 kepala keluarga atau sekitar 12 ribu jiwa yang menggantungkan hidupnya dari tambang ini. Kalau ini ditutup, anak dan isteri kami mau diberi makan apa," kata Koordinator Penambang, Willy Taufik.

Apalagi, kata dia, lokasi tambang yang mereka gali merupakan hak milik perorangan, bukan milik negara. Para penambang pun telah membayar sewa kepada pemiliknya. Karena itu, mewakili rekan-rekannya Willy menolak jika kegiatan penambangan yang selama ini dilakukan, disebut ilegal.

"Kami minta Pemkab tidak menutup secara sepihak. Kalau memang mau ditutup, Pemkab harus mencarikan jalan keluarnya. Tidak langsung menyikapinya seperti itu," katanya.

Sepanjang pagi hingga tengah hari kemarin, tidak terlihat adanya aktivitas penggalian yang dilakukan para penambang. Meski tetap datang ke lokasi, mereka hanya sekadar duduk-duduk sembari berbagi cerita perihal nasib naas yang menimpa tiga rekan mereka. "Ini sebagai wujud rasa bela sungkawa kami kepada pihak keluarga," kata Sugeng, salah seorang penambang.

Menurut keterangan salah satu penambang, Paino (40), di Sragen, Sabtu, kejadian itu bermula saat empat orang penambang yang bekerja secara berkelompok menambang di bawah tebing setinggi 20 meter.

"Tiba-tiba terdengar suara gemuruh tanah longsor. Tiga orang tertimpa bebatuan yang longsor, sementara Wagimin berhasil menyelamatkan diri meski tangan kirinya patah," katanya.

Menurut dia, para penambang lainnya juga sempat berteriak agar para korban segera menyelamatkan diri, sayang longsor terjadi begitu cepat.mic/ant/kcm

Friday, May 18, 2007

Kalsel Perluas Kawasan Konservasi Laut

Rabu, 16 Mei 2007

BANJARMASIN ,- BANJARMASIN Dinas Perikanan dan Kelautan Kalsel terus memperluas kawasan konservasi laut. Buktinya, dalam draf revisi Perda tentang Rencana Umum Tata Ruang Wilayah (RUTRW) Provinsi Kalsel yang sedang disusun, kembali diusulkan sekira 230 hektare sebagai kawasan konservasi laut.

Nah, jika nantinya usulan itu diakomodir dalam Perda RUTRW, maka luas lahan konservasi laut di Kalsel menjadi sekira 450 hektare. “Saat ini luas kawasan konservasi laut yang sudah dimiliki Kalsel mencapai 220 hektare di Teluk Tamiang, Kabupaten Kotabaru. Jika nantinya usulan perluasan sekira 230 hektare dituangkan dalam Perda RTURW, maka luas kawasan konservasi laut bertambah sekira 450 hektare,” ungkap Kasubdin Pengawasan dan Pelindungan Sumber Hayati Dinas Perikanan dan Kelautan Kalsel Ir Rufaida kepada wartawan koran ini, kemarin.

Lokasi yang diusulkan menjadi kawasan konservasi laut, paparnya, berada di Kabupaten Tanah Bumbu. “Lokasinya di Kabupaten Tanah Bumbu, termasuk areal pelabuhan khusus (pelsus) milik PT Berkat Borneo Coal (BBC) yang telah ditutup izin operasionalnya,” ungkap wanita berjilbab ini.

Menurutnya, penambahan kawasan konservasi laut di Kalsel sangatlah wajar, karena 2/3 wilayah Kalsel adalah lautan. Tak hanya itu saja, lanjutnya, upaya perluasan tersebut juga sebagai dukungan nyata pemerintah daerah terhadap pemerintah pusat yang menargetkan pada 2010 mendatang akan memiliki 10 juta hektare kawasan konservasi laut di Indonesia. “Baru-baru tadi Presiden SBY telah menandatangani MoU (memerorandum of understanding) di Brazil. Isin MoU tersebut diantaranya menargetkan pada 2010 kawasan konservasi laut di Indonesia mencapai 10 juta hektare,” ungkapnya.

Sekadar perbandingan, lanjut Rufaida, luas seluruh kawasan konservasi laut di Indonesia saat ini sekira 6 juta hektare.

Lantas, bagaimana dengan aktivitas di kawasan konservasi laut? Ditegaskannya, pemerintah daerah tidak boleh mengizinkan segala aktivitas yang dapat menimbulkan pencemaran di kawasan konservasi. Tujuannya untuk mempertahankan keanekaragaman habitat, populasi biota laut, serta ekosistem yang berada di dalamnya.

Seperti diketahui, Gubernur Kalsel H Rudy Ariffin telah menutup izin operasional pelsus batubara milik PT Berkat Borneo Coal batubara yang beroperasi di Desa Bunati, Kecamatan Satui, Kabupaten Tanah Bumbu.

Kepala Bapedalda Kalsel Rahmadi Kurdi mengemukakan, terdapat beberapa pertimbangan terkait penutupan pelsus itu. Diantaranya, pelsus itu beroperasi di daerah suaka alam terumbu karang, dan tidak mengantongi izin yang lengkap. “Telah terjadi kerusakan lingkungan akibat aktivitas pelsus itu. Contohnya, biota laut terganggu, terumbu karang patah, serta menyebabkan sedimentasi,” kata Rahmadi.(sga)

Tuesday, May 15, 2007

Peggy akan Bedah Sungai Banjarmasin

Selasa, 15 Mei 2007


Radar Banjarmasin
BANJARMASIN ,- Artis serba bisa, Peggy Melati Sukma, mengaku merasa sangat dekat dengan warga Banjarmasin. Karenanya, bintang sinetron yang juga pernah menjadi presenter acara Rejeki Nomplok ini punya hajat berbuat sesuatu yang bermanfaat bagi masyarakat Banua.

Rencananya, istri Wisnu Tjandra Yusuf ini akan menggarap sebuah kegiatan yang berkaitan dengan lingkungan hidup, yaitu membedah sejumlah sungai di Banjarmasin. Nah, untuk mematangkan rencananya itu, pemilik nama lengkap Raden Peggy Melati Purnamadewi Sukma ini kemarin datang ke Banjarmasin, untuk bertemu Wakil Gubernur Kalsel Rosehan NB. “Saya tidak tahu, kok tiba-tiba ada perasaan dekat dengan warga Banjarmasin. Terlebih ketika saya menggelar acara Rejeki Nompok beberapa waktu lalu, sambutan masyarakat sini luar biasa. Sampai-sampai saya merasakan menjadi bagian dari masyarakat sini,” ujar Peggy kepada wartawan, pada sela-sela pertemuannya dengan Wakil Gubernur Rosehan NB, kemarin.

Lebih lanjut, Ketua Yayasan Peduli Membantu Sesama (PMS) ini mengemukakan, bedah sungai akan dilaksanakan pada Juni mendatang seiring peringatan Hari Lingkungan Hidup se-Dunia. “Pastinya bulan Juni, tapi tanggalnya masih dibicarakan dengan Pemprov Kalsel dan Pemkot Banjarmasin,” tambahnya.

Lantas, kenapa terinspirasi menggelar bedah sungai di Banjarmasin?

Selain ingin berbuat sesuatu yang bermanfaat untuk warga Banjarmasin, Peggy melihat sungai-sungai di Banjarmasin merupakan aset daerah yang menjanjikan asalkan dipelihara dengan baik. “Sungai-sungai di Banjarmasin masih dipergunakan warga sebagai sarana transportasi. Saya melihat alangkah indahnya kalau dilestarikan dan dipelihara dengan baik,” katanya.

Nah, bedah sungai yang digagasnya tersebut, lanjut Peggy, untuk memotivasi warga agar lebih peduli akan kebersihan dan kelestarian sungai. “Apa yang saya lakukan nanti, hanya bagian kecil dari upaya untuk memotivasi masyarakat Banjarmasin peduli kebersihan sungai. Sebab, pemerintah daerah di sini sudah banyak melakukan berbagai kegiatan peduli kebersihan sungai,” tambahnya.

Untuk itu, Peggy mengharapkan even bedah sungai yang digagasnya nanti, secara berkesinambungan akan dilakukan jajaran Pemprov Kalsel dan juga Pemkot Banjarmasin.

Sementara itu, Wakil Gubernur Kalsel HM Rosehan NB menyambut baik rencana bedah sungai ini. Bahkan, untuk jangka panjangnya, Rosehan berniat kegiatan itu akan dilanjutkan Pemprov Kalsel dengan menggelar bedah sungai-sungai yang ada di kabupaten dan kota se-Kalsel. “Saya sangat mendukung kegiatan positif ini. Untuk jangka panjangnya, perlu dilanjutkan membedah sungai-sungai di Kalsel yang digagas pemprov,” kata Rosehan, yang langsung diamini Kepala Bapedalda Rahmadi Kurdi.

Rencananya, sebut Rosehan, sungai-sungai yang akan dibedah terdapat pada 5 kecamatan di Kota Banjarmasin. “Kami akan survei dulu mana sungai yang akan dibedah. Rencananya, setiap kecamatan satu sungai yang akan dipermak,” pungkasnya.(sga)

Peggy Melati Sukma Ingin Selamatkan Sungai Banjarmasin

Selasa, 15 Mei 2007 03:45

HATI Peggy Melati Sukma tertambat di Kota Banjarmasin. Begitu kira-kira perasaan artis yang dikenal dengan akting latah dan pematen kata "Puusssiiinng" ini terhadap ibukota Banua.

2006, untuk pertama kalinya Peggy menginjakkan kaki di Kota Seribu Sungai. Saat itu Peggy menjelajahi salah sudut Banjarmasin untuk program reality show Rezeki Nomplok.

"Saya dengan tim menggunakan perahu menyusuri sungai berkilo-kilo jauhnya. Di kanan-kiri sungai warga tidak putus memberikan sambutan. Bahkan ada yang mengikuti pakai perahu. Saya terharu dan merasa seperti pulang kampung," tuturnya di ruang kerja Wakil Gubernur Kalsel, Senin (14/5).

Ya, kemarin, Peggy datang lagi ke Banjarmasin. Ia bersama empat Duta Lingkungan Kalsel menghadap Wagub Rosehan NB yang didampingi sang istri, Aida Muslimah.

"Saya datang lagi ke Banjarmasin juga untuk menepati janji. Waktu pertama ke sini, saya bilang ke tim harus datang lagi ke Banjarmasin," ujar istri Wisnu Tjandra dengan penuh semangat.

Lalu meluncurkan cerita dari wanita bernama lengkap Raden Peggy Melati Purnamadewi Sukma ini tentang kecintaannya kepada Banjarmasin. Peggy mengatakan sejak kecil di kampung halamannya di Cirebon, ia sudah akrab dengan air.

"Saya kebetulan waktu kecil suka mandi di sawah yang airnya langsung ke laut. Jadinya setiap pulang kotor semua," kenangnya.

Karena itu ia menyayangkan jika sungai-sungai di Banjarmasin rusak bahkan hilang karena pembangunan yang merejalela dan sikap masyarakat yang kurang peduli kebersihan.

Peggy menegaskan sebagai ciri Banjarmasin, bagaimanapun caranya, sungai harus dipertahankan. Apalagi pesona sungai dan kehidupannya yang menyatu merupakan keunikan tersendiri.

Lebih-lebih, sungai masih menjadi urat nadi sebagian warga. Itulah yang menjadi daya tarik bagi dunia internasional.

Berangkat dari itulah ketika Banjarmasin mendapat predikat Kota Terkotor Peggy mengaku sedih. Makanya Peggy yang kali ini datang membawa bendera Yayasan Peggy Melati Sukma (PMS) ingin membantu Pemprov Kalsel khususnya Pemko Banjarmasin mempertahankan keasrian sungai.

Usaha menjaga keutuhan dan kealamian sungai diberi nama Bedah Sungai. Program ini rencananya dimulai bersamaan dengan Hari Lingkungan Hidup Sedunia, Juni mendatang.

"Tujuannya warga menjadi tahu dan akrab dengan program Bedah Sungai, kemudian dilanjutnya secara berkesinambungan oleh warga Banjarmasin," ujarnya penuh harap.ais

Tuesday, May 08, 2007

LSM Desak Penyelesaian Air Bersih

Selasa, 8 Mei 2007
Radar Banjarmasin

KOTABARIU,- Masalah kekurangan air bersih di Kabupaten Kotabaru kiranya mendapat banyak perhatian sejumlah Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM) di Kotabaru. Bahkan,  mereka mendesak Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Kotabaru agar segera menyelesaikan masalah kekurangan air bersih yang terjadi setiap musim kemarau itu.

   Desakan tersebut disampaikan tokoh LSM Formula H Abdul Gaffar, Mirkan, Jauhari, dan rekan-rekannya yang lain kepada pemerintah melalui DPRD Kotabaru melalui dengar pendapat (hearing) yang dilaksanakan awal pekan ini. Gayung bersambut, keinginan tersebut langsung diakomodir pemerintah bersama DPRD dengan menyediakan dana untuk pembuatan sumur bor, serta pencarian lokasi waduk baru.

   "Untuk mengatasi masalah air besih tersebut, saat ini disediakan dana untuk membuat enam titik sumur bor di komplek masyarakat nelayan. Dana penelitian mencari lokasi waduk yang memiliki debit air lebih besar untuk menutupi kebutuhan air bersih di Kotabaru, juga sudah ada," ujar Ketua DPRD Kotabaru Alpidri Sopiannor ST.

   Dengan pengadaan sumur bor tersebut, jelas Adfidri, masyarakat nelayan yang sebagian besar tinggal di daerah pantai seperti Batu Silira, Kotabaru Hulu dan Hilir, Baharu Utara, Dirgahayu, dan Semayap, dapat menikmati air bersih yang memenuhi standar.  

   "Dengan penelitian waduk baru itu, kita berharap tahun 2008 nanti kita dapat mulai membangun waduk untuk menutupi kebutuhan air bersih 280 ribu m3 per hari. Sebab, sekarang ini baru terpenuhi sekitar 250 ribu m3 dan masih ada divisit sekitar 30 ribu m3 per hari," ungkap Alpidri.

   Untuk mencari lokasi waduk yang memiliki debit air cukup, tim akan melakukan Survei Infestigasi Desain (SID) dan DED kpada beberapa lokasi yang dianggap potensial.

   Pemerintah menghendaki keberadaan waduk Gunung Ulin dan rencana pembangunan waduk baru yang akan dimulai pembangunannya tahun 2008 tersebut dapat memproduksi air bersih satu juta m3 per hari.

   Sementara itu, Direktur Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM) KOtabaru, Zulkifli AR SE M Ap mengatakan, sumber air bersih yang ada saat ini untuk memenuhi kebutuhan sekitar 6.200 pelanggan di Kotabaru masih belum cukup terutama pada musim kemarau. Sumber air bersih yang dihasilkan dari Gunung Ulin dengan kapasitas 20 liter per detik, Mandin 40 liter per detik, Tirawan I dan II masing-masing 10 liter per detik dan Gunung Perak 10 liter per detik, dalam kondisi normal hanya sekitar 250 ribu m3, sementar kebutuhan mencapai 280 ribu m3 per hari. (ins)


Geleng Kepala Lihat Sampah RSUD Ulin Kerahkan Tim Antikumuh Yudhi ‘usir’ PKL Pal 6

Rabu, 09 Mei 2007 02:24:31

BANJARMASIN, BPOST - "Lho ini semen gips untuk patah kaki, kenapa bisa dibuang di sini?," ucap Walikota Banjarmasin Yudhi Wahyuni, sambil geleng-geleng kepala. Seorang staf RSUD Ulin yang menyertainya pun tak bisa berkata-kata lagi.

Yudhi menemukan sampah medik berserakan di lingkungan rumah sakit terbesar di Kalimantan itu. Padahal sebelumnya, Yudhi sudah mengingatkan agar pihak rumah sakit mengelola sampah medik, karena selama ini sampah produk rumah sakit itu menjadi pemicu rendahnya nilai Adipura Kota Banjarmasin.

Menanggapi temuan Yudhi tersebut, Direktur RSUD Ulin Banjarmasin dr Abimanyu dengan enteng mengatakan bahwa rumah sakit sedang melakukan pembenahan sehingga masih banyak bagian yang masih luput dari pengawasan.

"Satu hari RSUD Ulin melayani sekitar 1.500 pasien, sulit bagi kita untuk memantau terus aktivitas yang dilakukan pasien, termasuk ke mana mereka membuang sampah," kilahnya.

Ditegaskan Abimanyu, pihaknya telah membentuk tim khusus yang bertugas melakukan penanganan dan mengkoordinir masalah kebersihan. Tim ini diberi nama Tim Antikumuh, yang terdiri dari 15 tenaga sanitarian, 10 tenaga umum. "Dalam seminggu ini kita sudah menurunkan 20 tenaga kuli kasar untuk membersihkan sudut-sudut yang masih kotor," jelasnya.

Terminal Kotor

Kekecewaan Yudhi bukan hanya di RSUD Ulin. Selain banyak sampah berserakan, Yudhi menyesalkan Pedagang Kaki Lima (PKL) yang kembali berdagang di terminal tunggu.

"Saya benar-benar kecewa melihat kondisi terminal Pal 6, terutama PKL. Mereka sudah kita siapkan tempat di belakang, tapi kini mereka kembali menempati terminal tunggu penumpang," kesalnya.

Saking kesalnya Yudhi langsung memerintahkan Kadis Satpol PP untuk ‘mengusir’ PKL. "Kita sudah pakai cara lembut tapi mereka tak mau menghargai. Kalau perlu kita angkat dengan dagangannya," ujar Yudhi Kesal.ck6

Saturday, May 05, 2007

Predikat Kota Terkotor Kembali Mengancam

Jumat, 4 Mei 2007
Radar Banjarmasin
BANJARMASIN ,- Perhatian terhadap kondisi kebersihan dan keindahan Kota Banjarmasin kembali terfokus. Diperkirakan, memasuki minggu kedua Mei ini, hasil penilaian Adipura beberapa waktu lalu akan diverifikasi. Artinya, dalam verifikasi itu nilainya bisa bertambah, berkurang, dan tetap. Oleh karena itu, seluruh masyarakat diharapkan tetap konsisten dengan kebersihan lingkungannya.

Namun demikian, hambatan untuk meraih nilai tinggi Adipura masih dirasakan pada kurangnya pengelolaan sampah, penghijauan, dan tersumbatnya drainase. Artinya, di tempat-tempat yang strategis, tempat-tempat pembuangan sementara (TPS), masih kurang dan tak sebanding dengan volume sampah yang dibuang. Kemudian, masih terasa gersang karena kurangnya tanaman sebagai peneduh dan ruang terbuka hijau. Terakhir, tergenangnya air di jalan maupun lingkungan warga saat turun hujan atau air sungai pasang.

Menjelang verifikasi nilai Adipura di Kota Banjarmasin yang berklasifikasi sebagai Kota Besar, jajaran Pemkot Banjarmasin kembali turun ke objek-objek penilaian. Seperti membersihkan Sentra Antasari, sekolah-sekolah, puskesmas, drainase di pinggir jalan, dan lain sebagainya. Seperti kemarin, Walikota Banjarmasin HA Yudhi Wahyuni bersama Kepala Kebersihan dan Pengelolaan Sampah Drs Syaidin Noor MM, Kepala Distakot Zainul Arifin MEng Sc, Kepala Bapedalda Hesly Junianto, Kasubdin Pemantauan dan Pemulihan Bapedalda Drs Hamdi, Kasubdin Prasarana Transportasi Dinas Kimpraskot Ir Gt Riduansyah S, dan staf, meninjau beberapa sekolah seperti SDN 3 dan 4 Teluk Dalam, SMPN 1 Banjarmasin, SMPN 5 Banjarmasin, SMAN 2 Banjarmasin, SMAN 7 Banjarmasin, SMKN 1 Banjarmasin, dan SMP Sabilal Muhtadin. Banyak ditemukan TPS di sekolah yang jumlahnya kurang dan tanaman peneduh yang sedikit.

Pada kesempatan itu, Walikota HA Yudhi Wahyuni meminta pedagang yang berjualan di lingkungan sekolah untuk menyediakan tempat sampah. Dan guru terus mengimbau siswanya untuk menjaga kebersihan.(yha)

TPA Belum Miliki Amdal

Jumat, 04 Mei 2007 01:45

BANJARBARU, BPOST- Dua tahun beroperasi, Tempat Pembuangan Akhir (TPA) hingga kini tak mempunyai Analisa Mengenai Dampak Lingkungan (Amdal). Ironisnya, selain TPA, RSUD Banjarbaru juga tak memilikinya.

Padahal kedua tempat ini sangat rentan sekali dampak lingkungan yang ditimbulkan. Apalagi rumah sakit tipe C tersebut berada di tengah kota yang dikelilingi rumah penduduk.

Kepala Dinas Pertambangan dan Lingkungan Hidup Joko Hardiono mengakui, hingga sekarang TPA hanya memilik Usaha Kelola Lingkungan (UKL) dan Usaha Pemantauan Lingkungan (UPL).

"Kalau Amdal memang belum ada. Sekarang ini baru mulai kita usahakan," ucap Joko. Untuk membuat Amdal menurutnya tak bisa sembarang, karena perlu dilakukan berbagai macam uji dan beberapa kali presentasi.

Uji yang dilakukan meliputi uji tanah, uji satwa dan terhadap lingkungan sekitar.Usaha mengurangi dampak lingkungan diupayakan dengan tak menumpuk sampah begitu saja, tapi diolah dan kemungkinan dikelola pihak swasta.

Rencana pembelian alat untuk mengolah sampah langsung di TPA segera direalisasikan. "Dengan adanya alat itu diperkirakan volume sampah bisa dikurangi," urainya.

Joko menandaskan sudah memasukkan Anggaran Biaya Tambahan (ABT), yang diperkirakan menghabiskan sekitar Rp 100 juta untuk membuat Amdal tersebut.

Mengenai amdal rumah sakot, "Kalau UKL dan UPL sudah ada tapi amdalnya belum. Kita targetkan di tahun 2008 sudah ada," kata Joko. Salah satu penyebab belum dibuatnya Amdal, menurutnya karena bangunan RSUD sebelumnya masih dalam tahap perbaikan. "Jika selesai, kita segera membuatnya,"imbuhnya. mtb/ris

Dewan Dukung TNI Kelola Sampah SA

Kamis, 3 Mei 2007
Radar Banjarmasin


BANJARMASIN ,- Rencana salah satu bagian dari TNI yang bersedia menjadi pengelola kebersihan di pusat perbelanjaan Sentra Antasari (SA) bekerja sama dengan Pemkot Banjarmasin, mendapat respon positif dari DPRD Kota Banjarmasin.

Selama ini, pengelolaan kebersihan di SA tidak berjalan maksimal, sehingga sangat potensial membuat rapor merah kembali didapatkan Pemkot Banjarmasin dalam penilaian Adipura yang rencananya akan dilakukan bulan ini. Padahal, untuk pengelolaan kebersihan di pusat perbelanjaan tersebut, setiap bulannya pedagang dipungut retribusi pengelolaan sampah dari Rp 75 ribu sampai Rp 150 ribu.

“Selama ini pengelolaan sampah di SA itu sangat tidak optimal dilakukan pihak pengelolanya, padahal setiap pedagang membayar jasa pengelolaan sampah itu dari Rp 75 ribu bahkan ada yang sampai Rp 150 ribu per bulan. Tapi hasilnya tetap saja tidak bersih,” ujar anggota Komisi IV DPRD Kota Banjarmasin, Salim Fachri, kepada wartawan.

Dengan munculnya wacana pengelolaan sampah SA akan dikelola TNI, secara lugas Salim mengatakan, pihaknya sangat mendukung. “Kita sangat sependapat jika kebersihan di SA itu akan dikelola pihak TNI. Sebab, selain buruknya kinerja pengelola sebelumnya, sebagai lembaga yang punya tingkat kedisiplinan tinggi, TNI tentunya berpontensi untuk mampu mengatasi problem sampah di lingkungan SA yang selama ini menjadi momok tersendiri bagi Pemkot Banjarmasin,” pukasnya.

Sebagaimana dilansir koran ini sebelumnya, setiap hari di lingkungan SA menghasilkan sampah tak kurang dari 50 kubik atau 35 rit. Pasalnya, tumpukan sampah tersebut tidak hanya berasal dari pedagang maupun pengunjungnya, tapi juga masyarakat sekitar ikut menambah kubikasi sampah di salah satu pusat perbelanjaan terbesar di Kota Banjarmasin itu. (dla)


Friday, May 04, 2007

Warga Ancam Gugat TPA Amdal Masih Diproses

Rabu, 2 Mei 2007
Radar Banjarmasin

BANJARBARU – Keberadaan Tempat Pembuangan Akhir (TPA) Hutan Panjang di Kecamatan Cempaka sedikit mengalami masalah. Seorang warga bernama H Murni Marhanang, warga sekitar mengacam akan menggugat keberadaan TPA yang dinilai mencaplok lahan miliknya.

Bahkan, warga tersebut melalui kuasa hukumnya secara terang-terangan menyampaikan somasi (peringatan) kepada Pemkot Banjarbaru.

Dalam somasi itu, warga meminta kepada Pemkot untuk mengembalikan 3 hektare dari total 10 hektare TPA itu kepada dirinya. Pasalnya, H Murni menganggap, tanahnya seluas 3 hektare dikuasai Pemkot untuk pembuatan TPA.

Tak tanggung-tanggung, warga tersebut juga menyerahkan bukti-bukti surat segel tanah yang letaknya hanya 200 meter dari perbatasan Banjarbaru dan Kab. Banjar itu.

Selain meminta tanahnya dikembalikan, warga juga meminta untuk sementara waktu dihentikan segala proses yang ada di TPA lantaran belum memiliki analisis mengenai dampak lingkungan (Amdal).

Dilain pihak, meski diancam bakal digugat, Pemkot tampaknya tak bergeming. Bahkan, dalam rapat kordinasi masalah TPA itu kemarin, Pemkot mempersilakan kepada warga yang memang keberatan untuk menempuh jalur hukum.

Pasalnya, sejauh ini TPA itu sendiri memang menjadi hak pakai Pemkot Banjarbaru sesuai dengan sertifikat nomor 22 dan 23 tahun 2003.

“Tak ada yang salah dalam pembangunan TPA itu. Semua dilakukan dengan prosedur yang benar dan memiliki sertifikat,” ujar Kabag Hukum, Karifli SH saat dikonfirmasi wartawan koran ini, kemarin.

Lebih lanjut, terang Karifli, Pemkot siap melandeni bila memang gugatan itu diteruskan ke pengadilan.

“Sekali lagi, Pemkot mempunyai dasar yang kuat. Terlebih lagi, pembelian lahan ini sebelumnya dari berbagai sertifikat milik warga sekitar,” imbuh Karifli.

Adanya permasalahan patok batas Banjarbaru dan Kab.Banjar, dekat kawasan TPA itu bergeser yang membuat tanah warga turut bergeser, dibantah tegas Kabag Tapem Ahmadi Arsyad.

Bahkan, terang Ahmadi Arsyad tak ada patok yang bergeser dan letak perbatasan tetap saja seperti semula.

“Tak ada yang bergeser. Semua sesuai dengan patok sebelumnya,” kata Ahmadi Arsyad.

Sementara itu, sesuai hasil rapat koordinasi kemarin diketahui bahwa Amdal TPA Hutan Panjang ternyata belum memiliki Amdal. Kabarnya, Amdal baru akan dibuat seiring ABT 2007 mendatang. (mul)


Thursday, May 03, 2007

Ramah Terhadap Lingkungan

Jumat, 27 April 2007 01:22

Oleh: Uti Konsen UM
Staf Khusus BMS Wilayah Kalimantan

Kerusakan telah terjadi di darat dan lautan karena dosa-dosa yang dilakukan oleh tangan-tangan manusia, biar mereka dapat merasakan dari apa yang mereka lakukan, agar mereka mau kembali (taubat)." (QS Ar Rum 41).

Satu waktu Khalifah Harun Al Rasyid melihat seorang kakek renta yang asyik menanam benih kurma. Ia bertanya: "Kakek, untuk siapa benih kurma itu kakek tanam. Bukankah untuk memetik buahnya memerlukan waktu lama?" Sambil tersenyum si kakek menjawab: "Anakku, memang sebentar lagi aku akan menghadap Allah. Benih ini bukan untukku, tetapi ia akan menjadi penolongku kelak di akhirat." Setelah menghela nafas, ia melanjutkan: "Semoga benih kurma ini tumbuh subur, buahnya ranum, pohonnya rindang sehingga burung-burung berkicau, kumbang madu berlomba menikmati putik sarinya. Penggembala melepaskan lelahnya di bawah daun-daunnya yang rindang. Kicauan burung, getaran kumbang dan napas lega penggembara adalah doa dan cahaya terang mengiringi diriku di akhirat kelak, insya Allah."

Karya kakek itu sesuai sabda Rasulullah SAW: "Apabila kiamat tiba terhadap salah seorang di antara kamu, dan di tangannya ada benih tumbuhan, maka tanamlah." (HR Ahmad ). Dalam hadits lain Rasul SAW menegaskan: "Tidak seorang pun yang muslim menanam sebatang pohon, lalu kemudian buahnya dimakan oleh burung atau oleh manusia atau oleh binatang kecuali ia akan memperoleh pahala sadakah." (HR Bukhari)

Amal saleh seperti membangun masjid, sekolah dan lainnya, pahalanya mengalir kepada yang memberikan infaknya pada saat dimanfaatkan orang lain. Tapi amal jariyah berupa tanaman pohon, pahalanya mengalir terus saban detik. Selain seperti diutarakan kakek renta yang menanam bibit kurma di atas, karena dari setiap lembar daunnya mengeluarkan berkubik-kubik oksigen (02) yang amat bermanfaat bagi kehidupan manusia. Demikian pula manfaat lain dari setiap pohon terhadap lingkungan sekitarnya. Karena itu, alangkah tercelanya orang yang semaunya dan sembarangan menebang pohon dan atau membakar hutan.

Profesor Ahmad Syauqi dari Mesir dalam penelitiannya membuktikan, seluruh tumbuhan memiliki kepekaan yang tinggi. Ia bereaksi cepat terhadap kondisi sekitarnya. Mereka memiliki perasaan, sedih dan bahagia, bahkan dapat berbicara dengan bahasa mereka sendiri. Salah satu ‘ekspresi’ kemarahan mereka adalah tidak berbuah. Tidak bisa dipanen. Atau kalau ia pohon kembang, bunganya tidak begitu wangi.

Sangat menakjubkan. Kebenaran kisah tersebut dibuktikan secara ilmiah oleh Prof Dr Masaru Emoto dari Jepang. Dari hasil penelitiannya selama lebih satu dasawarsa, Emoto menunjukkan, air merefleksikan situasi di sekelilingnya. Bentuk molekul air ternyata juga berubah seiring perubahan vibrasi energi lingkungannya. Menurut ia, air memiliki perasaan. Air bisa bereaksi terhadap segala bentuk ucapan, kata, bahkan terhadap gambar sekalipun. Jika ucapan tersebut berisikan pujian, air membentuk molekul kristal yang sangat indah yang dapat memberikan enegri positif kepada manusia.

Karena itu, merusak alam berarti merusak diri sendiri. Demikian sebaliknya. Apa yang kita lakukan kepada alam akan kembali kepada kita. Kalau kita menanam pohon, maka di antara manfaatnya: daunnya akan mengeluarkan oksigen dan menyerap karbon dioksida; akarnya menguatkan tanah dan menyerap air. Daunnya bisa dimasak atau dijadikan obat, bentuk dan rupanya bisa membuat pemandangan menjadi indah. Sebaliknya kalau kita melemparkan sampah sembarangan, alam akan membalas kita dengan berbagai penyakit. Kita bakar lahan dan hutan, maka alam membalas dengan kabut asap. Kita cemari udara dengan asap kendaraan dan pabrik, alam menjawab dengan polusi. Kita babat hutan, alam membalas dengan kekeringan dan kegersangan, pada waktu hujan akan kebanjiran yang mengikis humus atau lapisan tanah yang subur. Kita panen sarang burung walet di bukit dan gunung, alam membalas dengan serangan hama wereng, karena burung walet pemangsa wereng. Kita buru ular untuk diambil kulit dan dagingnya, alam membalas dengan merajalelanya hama tikus. Kita berusaha menaklukkan alam dengan teknologi tinggi, alam datang dengan kekuatan yang tidak bisa diatasi oleh teknologi secanggih apa pun. Contohnya, lumpur Lapindo di Sidoardjo, Tsunami di Aceh, gempa bumi, banjir bandang, gunung meletus dan angin puting beliung.

Ambruknya kerajaan Mesopotamia, misalnya. Menurut ahli, disebabkan salinasi yakni naiknya kadar garam dalam tanah karena pengairan. Hancurnya kota Sodom dan Gomorah pada masa Nabi Luth, juga karena kurang harmonisnya hubungan antarmanusia dan antara manusia dengan lingkungan hidupnya. Wallahualam.

e-mail: ukonsen@syariahmandiri.co.id

Bos Newmont Divonis Bebas

Rabu, 25 April 2007 01:52

Manado, BPost
Pengadilan Negeri Manado memutuskan, PT Newmont Minahasa Raya (PT NMR), anak perusahaan dari Newmont Mining Corporation, dan Presiden Direkturnya, Richard Ness, tidak bersalah atas seluruh dakwaan pencemaran dan pelanggaran atas peraturan yang berlaku.

Putusan pengadilan yang didasarkan pada bukti-bukti hukum pada selama masa persidangan hampir 21 bulan tersebut, menyatakan Teluk Buyat tidak tercemar.

Diputuskan juga, PT NMR selama ini, perusahaan telah mematuhi seluruh ketentuan perizinan dan memiliki peraturan yang diperlukan selama delapan tahun masa operasinya, dari tahun 1996 hingga 2004.

Padahal, Jaksa Penuntut Umum menuduh PT NMR dan presiden direkturnya telah mengakibatkan terjadinya pencemaran lingkungan saat melakukan kegiatan tambangnya, di daerah dekat Teluk Buyat di Kabupaten Minahasa Selatan, Sulawesi Utara.

"Saya sangat gembira, karena setelah hampir dua setengah tahun menjalani proses persidangan atas tuduhan yang tidak memiliki dasar hukum, akhirnya saya dan rekan-rekan lain dinyatakan tidak bersalah dan nama baik kami dipulihkan," ungkap Presiden Direktur PTNMR Richard Ness, usai sidang, kemarin.

Robert Gallagher, Wakil Presiden Newmont untuk Operasi Asia, lebih lanjut mendukung agar kontroversi Teluk Buyat, yang banyak didorong oleh agenda-agenda terselubung, segera diakhiri. "Jika ada yang masih memiliki sisa-sisa kekhawatiran atas kondisi Teluk Buyat, kiranya hal tersebut dapat diatasi melalui kajian ilmiah," ujar Gallagher.

Didirikan 1921 dan sahamnya diperdagangkan secara publik di NYSE sejak 1925, Newmont adalah salah satu perusahaan tambang emas terbesar di dunia.

Berkantor pusat di Denver, Colorado, Newmont mempekerjakan sekitar 14.000 karyawan yang sebagian besar bekerja di lokasi-lokasi tambang Newmont di Amerika Serikat, Australia, Peru, Indonesia, Gana, Canada, Bolivia, Selandia Baru, dan Meksiko.

Kejaksaan Kasasi

Kejaksaan menyatakan kasasi terhadap putusan PN Manado yang membebaskan PT Newmont Minahasa Raya (NMR) dan Presiden Direktur perusahaan asal Amerika itu, Richard B Ness.

"Sikap jaksa terhadap putusan itu adalah melakukan kasasi, yang akan disampaikan dalam tenggang waktu 14 hari sejak sidang hari ini," kata Kepala Pusat Penerangan Hukum Kejaksaan Agung, Salman Maryadi, di Jakarta.

Dia mengatakan, tim Jaksa Penuntut Umum dari Kejaksaan Tinggi Sulawesi Utara yang terdiri atas Jaksa Mutmainah Umadji, Purwanta dan Reinhard Towoliu itu juga masih menunggu salinan putusan Majelis Hakim yang diketuai Ridwan Damanik.

Sebelumnya, JPU menuntut PT Newmont dipidana denda Rp1 miliar sedangkan Presdir NMR, Richard Ness dituntut pidana tiga tahun penjara, denda Rp500 juta subsider enam bulan.ant/dtc

Hari Bumi 2007, Menanam Pohon Itu Gampang!

Senin, 23 April 2007
Radar Banjarmasin

Oleh: HE Benyamine*

KEGIATAN manusia terhadap biosfer sangat mengkhawatirkan, namun kepedulian bersama untuk masa depan planet ini dapat membimbing umat manusia guna menghadapi bahaya masa depan. Dalam sepucuk surat yang dimuat dalam website Earth Day, Senator Gaylord Nelson menulis, “Rakyat prihatin, tetapi para politikus tidak” sebagai bentuk keprihatinannya tentang masalah lingkungan yang tidak menjadi isu dalam dunia politik Amerika. Menurutnya, Hari Bumi sebagai demonstrasi akar rumput di seluruh Amerika atas nama lingkungan. Dalam peringatan pertama tahun 1970, lebih dari 20 juta rakyat Amerika ikut serta dalam berbagai demonstrasi dan kegiatan lainnya. Mereka menuntut agar para pemimpin di seluruh dunia bertindak sesuai dengan gerakan lingkungan. Mereka menyatakan protes terhadap para pemimpin yang sama sekali tidak memperhatikan faktor lingkungan dalam pembangunan. Hari itu kemudian menjadi momentum peringatan hari Bumi di seluruh dunia.

Perjuangan Gaylord Nelson dimulai sekitar 7 tahun sebelum Hari Bumi pertama. Demonstrasi anti perang Vietnam memberinya inspirasi yang memberinya ide untuk melakukan hal yang sama dalam kampanye lingkungan. Ia memilih kalangan akar rumput (grassroot) dalam melakukan aksi protes terhadap kerusakan lingkungan. Pada September 1969, Gaylord Nelson mengumumkan akan mengadakan demonstrasi secara nasional pada musim semi 1970 atas nama lingkungan dan setiap orang diundang untuk berpartisipasi. Warga Amerika akhirnya menemukan sebuah forum untuk mengungkapkan kepeduliannya atas penurunan kualitas tanah, sungai, danau, dan udara di lingkungan mereka. Sejak saat itu gerakan lingkungan di seluruh dunia mulai bergulir, termasuk di Indonesia. Seluruh umat manusia harus sadar, bumi yang satu harus tetap dipelihara karena ilmu pengetahuan dan teknologi akan memusnahkan kehidupan dan alam apabila manusia tidak sadar akan pelestarian alam.

Dalam rangka Hari Bumi 2007, UNEP mengkampanyekan penanaman pohon di seluruh dunia yang disebut Plant for the Planet: Billion Tree Campaign. Tujuannya adalah menanam pohon di seluruh dunia paling sedikit 1 miliar pohon selama tahun 2007. Ide kampanye ini terinspirasi dari Professor Wangari Maathai, penerima Nobel Perdamaian 2004 dan pendiri Kenya’s Green Belt Movement, yang telah menanam pohon lebih dari 30 juta pohon di 12 negara Afrika sejak tahun 1977. Ketika meminta pendapat Professor Maathai tentang rencana untuk menanam 1 juta pohon, ia memberikan respon, “That’s great, but what we really need is to plant a billion trees.”

Melalui kampanye ini diharapkan dapat mendorong setiap orang, komunitas, organisasi, kalangan bisnis dan industri, civil society dan pemerintah untuk menanam pohon, sebagai suatu tekad atau janji dan kemudian memasukan janji tersebut pada website yang telah disediakan. Janji menanam pohon tersebut dari hanya menanam satu pohon sampai beberapa juta pohon. Kampanye ini sangat mendorong untuk menanam pohon-pohon lokal (indigenous trees) dan pohon-pohon yang cocok dengan lingkungan lokal.

Memicu Bencana

Temuan Dewan Riset Daerah, tambang batu bara di Kalsel tidak hanya merusak lingkungan dan mengancam kesehatan namun juga memicu terjadinya bencana, salah satunya banjir. Daerah yang mengalami banjir mempunyai lahan kritis yang sangat luas, seperti Kabupaten Banjar (25,70 persen), Kabupaten Kotabaru (10,65 persen), dan Kabupaten Tanah Bumbu (9,97 persen). Adapun lahan kritis tersebut berada di luar dan di dalam kawasan hutan yang disebabkan oleh pembalakan baik legal maupun ilegal dan kegiatan lainnya. Lahan kritis tersebut semakin amburadul dengan beroperasinya aktivitas tambang, yang memicu terjadinya banjir yang lebih parah dan luas. Belum lagi termasuk kabupaten lainnya, yang juga mempunyai lahan kritis yang tidak sedikit dan aktivitas tambang yang juga semakin membuat lahan semakin kritis.

Sebuah Warning to Humanity diterbitkan pada tahun 1992 oleh 1.575 ilmuwan terkemuka yang berasal dari 69 negara, termasuk penerima hadiah Nobel, menyatakan, umat manusia dan alam berada pada arah yang bertabrakan. Kegiatan manusia mengakibatkan kerusakan besar pada lingkungan dan sumberdaya yang sangat penting, yang sebagiannya tidak dapat dipulihkan. Kegiatan tersebut menempatkan masa depan pada keadaan yang sangat berisiko, sehingga tidak dapat lagi mendukung kehidupan menurut cara yang kita kenal. Kegiatan manusia mengakibatkan kerusakan besar pada lingkungan dan sumber daya yang sangat penting bagi keberlangsungan kehidupan selanjutnya. Hal ini sudah tergambar dari semakin meningkatnya lahan kritis di Kalsel, yang disebabkan oleh kegiatan manusia. Di samping itu, masih belum nampak bagaimana mengatasinya, karena memang memerlukan tindakan yang spektakuler atas dasar kepedulian bersama. Bencana tidak mengenal siapa yang membuat kerusakan, ia datang melibas semua seoalah tidak mau memilah siapa yang telah memicu kedatangannya.

Sebelumnya, Barbara Ward dan Rene Dubos (1973:47) dalam bukunya Only One Earth menyatakan, the two worlds of man, antara dunia biosfer yang merupakan warisannya (the biosphere of his inheritance) dan dunia teknosfer sebagai ciptaan manusia (the technosphere of his creation) sudah tidak seimbang, bahkan sangat potensial terjadi konflik yang sangat dalam, dan manusia berada ditengahnya. Masa depan kita terbuka ke arah suatu krisis yang lebih mendadak, lebih mengglobal, lebih tak terelakkan dan lebih membingungkan dari pada apapun yang dijumpai oleh umat manusia. Dulu di Kalsel, mungkin kita tidak pernah terbayangkan akan dengan mudah menemukan lubang-lubang yang sangat besar seperti kawah raksasa bekas tambang batu bara yang ditinggalkan begitu saja, sehingga bentang alam yang dulunya terlihat kokoh menjadi terkapar oleh tindakan pembalakan hutan dan kemudian menjadi porak-poranda oleh alat-alat berat pertambangan. Berantakannya bentang alam memang dapat memicu terjadinya bencana, yang bisa datang dengan tiba-tiba dan tak terelakkan.

Menanam Pohon

Kampanye untuk menanam pohon sudah seharusnya memberikan motivasi bagi bangkitnya kepedulian bersama terhadap lingkungan. Menanam pohon sangat gampang, semua orang sebenarnya bisa melakukannya. The Plant for the Planet: Billion Tree Campaign mendorong penanaman pohon di area, yakni: (1) hutan alami yang terdegradasi dan hutan belantara, (2) perdesaan dan pertanian, (3) perkebunan, dan (4) lingkungan perkotaan. Banyaknya lahan kritis menghendaki tindakan bersama untuk mengatasinya, luasannya sudah dapat diperkirakan lebih tepat, sehingga yang diperlukan adalah tindakan nyata semua pihak, sebagaimana tindakan perladangan berpindah dalam memulihkan lahan yang akan mereka tinggalkan.

Perladangan berpindah tidak pernah meninggalkan lahan ladang yang sudah tidak digunakan lagi untuk berladang begitu saja, tapi mereka meninggalkan lahan ladang tersebut dengan menanami beragam jenis pohon, terutama pohon-pohon lokal (indigenous trees). Perladangan berpindah dapat digambarkan sebagaimana ungkapan penyair Cina (500 BC) berikut, “If you are thinking a year ahead, sow a seed. If you are thinking ten years ahead, plant a tree.” Kearifan masyarakat pelaku perladangan berpindah terhadap alam adalah tindakan yang menyeimbangkan antara biosfer dengan teknosfer.

Jadi, Hari Bumi 2007 mengajak semua pihak di seluruh dunia terlibat secara bersama-sama untuk menanam pohon, karena menanam pohon itu gampang. Untuk memperoleh bibit pohon juga gampang, karena buah-buahan yang kita makan, bijinya mudah tumbuh, seperti rambutan, langsat, durian, mangga, kasturi, dll. Begitu juga jenis pohon yang buahnya tidak dimakan oleh manusia, seperti bungur, flamboyan, ketapang, dll. Bagi masyarakat urban, pohon dapat ditanam di setiap jalan, pemakaman, taman kota, taman perumahan, sekolah, tempat ibadah, dan tempat lainnya. Pohon di perkotaan mampu menyediakan jasa, seperti penyerapan carbon (carbon sequestration), pelindung (shade), dan pemandangan indah dan teduh (beautification).***

*) Alumni SMAN I Rantau

perburuhan Karyawan Freeport Akhiri Mogok Kerja

Minggu, 22 April 2007

Timika, Kompas - Perundingan yang berjalan alot antara manajemen PT Freeport Indonesia Freeport-McMoRan Copper & Gold Inc dan Tongoi Papua akhirnya membuahkan hasil.

Dalam perundingan yang berlangsung sejak Rabu (18/4) hingga Sabtu malam, kedua belah pihak sepakat bahwa kisaran gaji terendah yang bakal dinegosiasikan dalam perundingan pembaruan perjanjian kerja bersama berkisar Rp 3,1 juta hingga Rp 3,6 juta.

Ketua Umum Tongoi Papua (organisasi para karyawan PT Freeport Indonesia/FI asli Papua) Frans Pigome menyatakan, dengan kesepakatan itu, pihaknya mengakhiri mogok kerja sekitar 9.000 karyawan PT FI yang dimobilisasi Tongoi Papua sejak Rabu lalu.

"Karyawan akan kembali ke tempat kerja mulai Minggu pagi (hari ini). Itu berarti mereka sudah bisa bekerja normal mulai Minggu malam," kata Pigome.

Presiden Direktur PT FI Armando Mahler di Kuala Kencana, Kabupaten Mimika, Papua, mengatakan, kesepakatan nilai gaji yang boleh dinegosiasikan dalam pembaruan kontrak kerja itu merupakan kesepakatan ketiga perundingan antara manajemen PT FI dan Tongoi Papua yang berlangsung maraton sejak hari Rabu.

Pada Jumat lalu manajemen PT FI dan Tongoi Papua menyepakati pembentukan departemen khusus untuk mengurus masalah karyawan asal Papua yang diusulkan Tongoi Papua. Departemen khusus itu diberi nama Papuan Affair Development.

Perundingan maraton itu juga menyepakati pembenahan manajemen PT FI. Pembenahan itu termasuk penggantian anggota staf manajemen yang terbukti merugikan karyawan atau PT FI.

Pembaruan PKB

Terkait dengan proses kenaikan gaji itu, Armando menyatakan, sebenarnya kenaikan gaji baru akan efektif berlaku jika hasil pembaruan Perjanjian Kerja Bersama (PKB) disahkan. Perundingan pembaruan PKB sendiri telah dimulai sejak 10 April lalu.

Akan tetapi, perundingan itu tertunda sejak Rabu lalu ketika sekitar 9.000 karyawan PT FI mogok kerja. "Kami harap perundingan pembaruan PKB akan dimulai lagi pekan depan," kata juru bicara PT FI, Mindo Pangaribuan.

Armando menyatakan, seluruh kesepakatan itu dicapai dalam perundingan yang tidak melibatkan pemimpin Freeport-McMoRan Copper & Gold Inc, James R Moffett. Freeport-McMoRan Copper & Gold Inc adalah pemegang mayoritas saham PT FI.

"Semua kesepakatan itu memang merupakan wewenang saya," kata Armando.

Pangaribuan menyatakan, hingga hari Sabtu volume produksi konsentrat tembaga, emas, dan perak PT FI masih di bawah normal. Ia memperkirakan volume produksi baru dapat dipulihkan kembali jika seluruh karyawan efektif bekerja 48 jam.

Menurut dia, jika karyawan yang mogok kerja kembali efektif bekerja pada Minggu malam, volume produksi PT FI diperkirakan kembali normal pada Selasa malam.

Hingga Sabtu pukul 24.00 WIT, sekitar 300 karyawan PT FI yang seharian berkumpul di depan Office Building I PT FI di Kuala Kencana merayakan hasil perundingan tersebut dengan menyanyikan lagu rohani dan berdoa. (row)