Label Cloud

Thursday, August 30, 2007

Sungai Tabanio Kritis Lagi

Monday, 13 August 2007 01:15

PELAIHARI, BPOST - Manajemen Perusahaan Daerah Air Minum Pelaihari kembali dilanda kerisauan. Debit air Sungai Tabanio susut drastis menyusul cuaca panas terus-menerus dua pekan terakhir.

"Kondisi saat ini memang masih lebih baik dibandingkan awal Juli lalu, tapi terus terang saya khawatir karena sepertinya kemarau sudah mulai benar-benar lerlangsung, sementara pekerjaan perbaikan tanggul bendungan belum juga selesai," kata Plt Dirut PDAM Pelaihari H Dwi Wahatno Bagio, Jumat (10/8).

Ketinggian air saat ini kurang lebih masih mencapai satu meter. Permukaan air masih menyentuh pintu air bendungan meski hanya di bagian bawah. Kondisi ini belum separah awal Juli lalu, di mana air telah berada di bawah pintu air.

Beruntung saat itu hujan lebat kembali turun dan terus berlangsung sepanjang siang dan malam selama delapan hari. Debit air di Sungai Tabanio pun kembali meninggi. Air Sungai Tabanio adalah bahan baku utama air bersih PDAM Pelaihari.

Sejak dua pekan terakhir cuaca cerah kembali. Diperkirakan kemarau efektif mulai berlangsung saat ini yang ditandai dengan meningginya temperatur dan menurunnya kelembaban udara.

Sementara itu, sampai sekarang pekerjaan perbaikan tanggul bendungan yang ditangani Dinas Kimprasda belum juga selesai. Tanggul tanah sepanjang kurang lebih 100 meter ini jebol dihantam banjir Februari silam.

Pekerjaan tanggul itu sendiri mendapat perhatian khusus Bupati H Adriansyah, mengingat hal itu menyangkut hajat hidup masyarakat banyak.

Saat coffee morning awal Juli lalu di Gunung Kayangan, bupati mengintruksikan pejabat teknis Kimprasda untuk melakukan langkah nyata untuk mempercepat perbaikan tanggul tersebut.

Ironisnya, pekerjaan tersebut harus diikuti pembukaan pintu air bendungan sehingga debit air Sungai Tabanio terus menyusut. Jika genangan air di Sungai Tabanio dalam, kabarnya akan mengganggu pekerjaan perbaikan tanggul.

"Itulah hal lain yang membuat saya khawatir. Mestinya debit air yang sudah menurun ini bisa dipertahankan dengan menutup pintu air bendungan. Tapi, sekarang terpaksa dibuka untuk memperlancar pekerjaan tanggul itu," ucap Wahatno.

Dirinya sudah meminta kepada Kadis Kimprasda supaya mencari strategi lain dalam menangani tanggul, sehingga pintu air bisa ditutup. "Saya fikir masih ada cara lain, apalagi tidak ada pekerjaan pengecoran di bagian bawah tanggul," ucap Wahatno.

Dihubungi melalui telepon selular, Kadis Kimprasda HM Amin ST mengatakan pekerjaan tanggul mulai diintensifkan sejak Senin tadi seiring mulai menurunnya muka air. "Kami sedang berusaha maksimal untuk menyelesaikannya. Namun perlu diketahui, jika bendung Kunyit banjir, satu minggu tidak bisa kerja." roy


Enam DAS di Kalsel Kritis

Saturday, 11 August 2007 03:00

BANJARMASIN, BPOST - Enam dari 12 daerah aliran sungai (DAS) di Kalimantan Selatan (Kalsel) dalam kondisi sangat kristis, sedangkan empat DAS lainnya juga potensial kritis, akibatnya saat curah hujan tinggi, DAS-DAS tersebut tidak mampu mengendalikana luapan air sungai.

Informasi yang dihimpun dari Badan Pengendalian Dampak Lingkungan (Bappedalda) Kalsel, enam DAS yang kini kondisinya sangat kritis tersebut yaitu, DAS Barito dengan dua sub DAS yaitu Riam Kiwa dan Riam Kanan.

Selanjutnya DAS Tabanio dengan sub DAS Asam-Asam, Sawarangan dan Sabahur. Setelah itu DAS Kintap dengan sub DAS Kintap dan Kintap Kecil, kemudian DAS Satui terbagi dua sub DAS yaitu, sub DAS Satui Hulu dan sub DAS Satui Hilir.

DAS Batulicin yang terbagi menjadi sub DAS Batulicin dan sub DAS Sungai Dua kondisinya juga sangat mengkhawatirkan dan menjadi penyebab terjadinya luapan banjir di daerah Batulicin Tanah Bumbu sejak tahun 2006.

Terakhir yaitu DAS Cengal yang meliputi sub Das Cengal Hulu dan Cengal Hilir juga tidak lagi mampu menampung curah hujan yang cukup atau menjadi kekeringan pada saat kemarau.

Kepala Dinas Bappedalda Kalsel Rachmadi Kurdi mengungkapkan, keenam DAS tersebut merupakan daerah aliran sungai di empat kabupaten yaitu Kabupaten Banjar, Tanah Laut (Tala), Tanah Bumbu (Tanbu) dan Kotabaru, yang sejak 2006 selalu menjadi langganan banjir saat curah hujan dengan intensitas tinggi.

Kenapa kritis?, tambah Rachmadi, karena hutan di kawasan DAS tersebut kurang dari 30 persen yang diakibatkan oleh aktivitas penebangan liar, perladangan, kebakaran hutan dan lahan.

Juga akibat pembukaan areal tambang PETI dan pengolahan pertanian yang belum sesuai pola konservasi lahan. Sendimentasi sungai cukup tinggi yang mengakibatkan pendangkalan di sepanjang DAS membuat air sunga meluap dan terjadilah banjir.

Sementara itu, empat DAS lainnya yang potensial kritis yaitu, DAS Kusan dengan wilayah sub DAS kusan Hulu, Kusan Tengah, Kusan Hilir dan Cantung.

Selanjutnya DAS Pulau Laut, dengan wilayah sub DAS Semarang dan Sekojang, kemudian DAS Sebuku dan DAS Manunggal dengan wilayah sub DAS Manunggal Hulu dan Hilir.

Keempat DAS tersebut, tambahnya, kawasan hutannya tidak lebih dari 30 persen, dan beberapa aliran sungainya juga mulai mengalami pendangkalan dengan sendimentasi yang lumayan tinggi.ant

Wednesday, August 29, 2007

Bersahabat dengan Sampah

Tuesday, 07 August 2007 02:03

Ades Hendra M
Pemerhati Lingkungan Tinggal di Jogjakarta

Pernahkah kita merenungkan bahwa sebenarnya sampah begitu dekat dengan dan dalam kehidupan kita sehari-hari? Hampir setiap aktivitas hidup kita menghasilkan sampah sebagai bagian dari proses kita mewujudkan tujuan aktivitas hidup kita. Bila kita cermati lebih jauh, ternyata dalam sehari semalam saja kita dapat menghasilkan sekian sampah. Ini baru satu rumah satu keluarga. Belum lagi jika dikalikan dengan rumah dan jumlah penduduk dalam satu wilayah, bisa dibayangkan berapa banyak sampah yang dihasilkan dalam sehari.

Terdapat beberapa prinsip logis yang bisa diterapkan dalam keseharian, misalnya dengan menerapkan Prinsip 4R yaitu: Reduce (mengurangi). Semakin banyak material digunakan, semakin banyak sampah yang dihasilkan. Reuse (memakai kembali). Sebisa mungkin menggunakan barang-barang yang bisa dipakai kembali, sehingga dapat memperpanjang usia pemanfaatan barang sebelum menjadi sampah. Recycle (mendaur ulang) mengoptimalkan nilai manfaat suatu barang yang telah terpakai. Dalam tinjauan ekonomis, ini berarti penghematan. Replace (mengganti) yakni menggunakan barang-barang sehari-hari dengan barang yang lebih tahan lama dan ramah lingkungan. Misalnya, memilih keranjang yang tahan lama daripada kantong plastik.

Potensi Tersembunyi
Secara garis besar, sampah dapat dibagi ke dalam dua kelompok besar. Kelompok sampah organik, yaitu yang berasal dari alam dan mudah terurai dalam jangka waktu tidak terlalu lama oleh proses alamiah. Contohnya, sisa sayur mayur, daun-daun kering, kulit buah, kayu, sisa makanan, limbah dapur, dan lain-lain.

Kelompok kedua sampah anorganik. Sampah dari benda buatan manusia yang sulit terurai secara alamiah dan memakan waktu lama. Sampah anorganik yang dibuang ke tanah, sungai dan laut membutuhkan waktu sedemikian panjang untuk penguraiannya. Kertas dapat terurai dalam rentang waktu 3 - 6 bulan, kain 6 bulan - 1 tahun, filter rokok dan permen karet lima tahun, kayu dicat 13 tahun, nilon lebih dari 30 tahun, plastik dan logam lebih dari 100 tahun, kaca sejuta tahun, bahkan ban karet tidak bisa diperkirakan waktunya. (Intisari, Desember 2006).

Beberapa metode/kegiatan yang biasanya ditempuh dalam penanganan sampah antara lain dengan cara pengomposan, dibakar, dihancurkan, didaur ulang dan ditimbun. Kompos sangat berguna memelihara kesuburan tanah dan menjadi pasokan nutrisi bagi tanaman. Bila kompos diproduksi dalam jumlah banyak dapat dikomersialkan dengan menjualnya kepada petani, pengusaha tanaman.

Pembakaran sampah dipadukan dengan teknologi tepat guna dapat menghasilkan listrik dan energi alternatif. Sedangkan daur ulang dilakukan melalui pengolahan sampah yang tepat sehingga mengubah sampah menjadi sesuatu yang lebih bermanfaat dan bernilai ekonomis. Menyadari potensi besar yang tersembunyi ini, mengapa kita tidak memulai bersahabat dengan sampah?

e-mail sang_rajawali@yahoo.com


Dana untuk Pos Pengaduan LH

Selasa, 31 Juli 2007

BANJARMASIN,- Pada APBD Perubahan 2007 yang masih dibahas di DPRD Kalsel, Bapedalda mengajukan usulan sebesar Rp 343.385.000. Dari dana sejumlah itu dialokasikan Rp 43,385 juta untuk pemberdayaan Pos Pengaduan Kasus Lingkungan Hidup (LH).

Usulan dana khusus untuk pos LH tersebut terbilang baru, meski tahun-tahun sebelumnya Bapedalda memang telah memiliki Pos LH dan menerima laporan kasus. Namun ternyata belum ada alokasi dana khusus untuk menindaklanjutinya.

“Untuk penanganan laporan kasus lingkungan hidup itu kemudian kita gunakan dana dari pos pengawasan. Dan untungnya, selama ini tetap jalan,” kata Kepala Bapedalda Kalsel Rachmadi Kurdi, di DPRD Kalsel, pekan lalu.

Dijelaskan Rachmadi, mulai rentang Januari hingga Juli 2007 lalu, Bapedalda telah menindaklanjuti laporan LH sebanyak 8 kasus, yang hingga kini masih tahap penyelesaian. Selain itu, ada beberapa kasus LH yang diserahkan Bapedalda Kalsel ke Dinas LH Kabupaten/Kota setempat. “Meski begitu, Bapedalda tetap memantau kemajuan penanganan kasus LH tersebut,” ujarnya.

Komisi III DPRD Kalsel yang menjadi mitra kerja Bapedalda, menilai dana pos LH tersebut terlampau kecil. Alasannya, setiap laporan yang masuk ke pos, harus ditindalanjuti yang tentu saja memerlukan dana juga. “Jangan cuma ditampung saja, sehingga harus ada tambahan dana. Siapa tahu nanti banyak laporan masyarakat. Nantinya jika memang tidak digunakan, maka dana itu dikembalikan ke kas daerah,” saran anggota Komisi III, Mahlian (FPBR).

Selain mengajukan usulan APBD Perubahan 2007, Bapedalda juga mengeluhkan minimnya tenaga ahli yang memiliki kualifikasi lingkungan. Menurut Rachmadi, keseluruhan tenaga penyidik, tenaga laboratorium, dan tenaga analisis, hanya 10 orang. Minimnya tenaga tersebut, tentu saja membuat Bapedalda harus membagi orang jika harus menangani satu kasus LH secara bersamaan.

Dia pun berharap, ke depan akan ada tambahan tenaga ahli lagi. “Seperti penyidik lingkungan hanya ada 4 orang, itu pun termasuk saya. Memang sekarang ada tambahan 1 orang penyidik Perda,” paparnya.

Di sisi lain, capaian tahun anggaran 2007 lalu, secara garis besar Bapedalda telah melakukan pengujian pencemaran air sebanyak 20 kali, pengujian pencemaran udara 4 kali, pembinaan laboratorium 3 buah, pengawasan pengelolaan persampahan 3 kali, pengelolaan prokasih/superkasih 2 kali. Kemudian melakukan pemantauan kualitas air sebanyak 26 sample dan 6 sample pemantauan kualitas udara, serta 9 kali melakukan koordinasi pemulihan reklamasi dan revegetasi lahan pasca tambang. “Bapedalda pun telah melakukan pembinaan Adipura pada 13 kabupaten/kota, dan sekali melakukan penilaian perkantoran Pemprov,” pungkasnya. (pur)