Label Cloud

Saturday, February 23, 2008

Petugas Kebersihan Mogok Kerja

Selasa, 15 Januari 2008

Menuntut Tunjangan Mereka Dibayarkan

Radar Banjarmasin
BANJARBARU – Kota Idaman bakal jadi kota kotor, jika ancaman 300-an petugas kebersihan benar-benar terbukti. Pahlawan lingkungan itu mengancam akan mogok kerja jika dana tunjangan kinerja (di luar insentif) sebesar Rp100 ribu per bulan (selama tiga bulan) tidak dibayarkan.

Menariknya tuntutan mogok kerja berjamaah ini mereka buktikan dengan mengenakan pakaian resmi kuning-kuning serta berkumpul rame-rame di depan balai kota dan menolak membersihkan sejumlah tempat. ”Hari ini kami libur. Yang dibersihkan hanya lapangan DR Murdjani, itupun karena pesanan pemilik even pameran yang sudah membayar honornya,” tegas seorang petugas kebersihan yang minta namanya tak disebutkan.

Disampaikan sumber tersebut, ratusan petugas kebersihan sangat kecewa lantaran penghasilan mereka sebagai tenaga kontrak yang dibayar di bawah Upah Minimum Regional (UMR) atau hanya Rp325 ribu per bulan terus ditekan harus kerja maksimal. “Penghasilan sebulan kami sangat minim yakni Rp325 ribu saja per bulan, mana cukup untuk hidup? Makanya tambahan penghasilan diharapkan dari tunjangan sebesar Rp100 ribu per bulan itu,” ungkapnya kepada koran ini.

Ditambahkannya, dia dan ratusan teman-temannya akan mogok kerja kalau tuntutan itu tidak dipenuhi sampai beberapa hari ke depan.”Jika tak ada kejelasan kami akan mogok kerja, biarkan saja Banjarbaru jadi kotor,” ucapnya disambut koor setuju oleh ratusan paskun lainnya.

Jasuli, pengawas kebersihan yang membawahi sedikitnya 140 pekerja kemarin juga tak sanggup menahan luapan emosi ratusan anak buahnya itu. Saat terik matahari pukul 10.00 WITA di tengah kerumunan ratusan paskun, Jasuli hanya bisa mendengarkan keluhan-keluhan paskun.

”Saya berupaya menenangkan anak buah saya, tetapi sepertinya sangat sulit. Saya yakin tak ada provokator dibelakang mereka, sebab semuanya seragam menuntut pembayaran insentif Rp100 ribu per bulan selama tiga bulan,” katanya

Jasuli yang mengabdi 24 tahun di bagian kebersihan ini akhirnya terpaksa hanya menenangkan agar anak buahnya tidak berbuat anarkis.

Plt Kadistakot, Zahedi MF dikonfirmasi di ruang kerjanya, mengakui terjadi kesalahan terhadap perhitungan keuangan di jajarannya. Kesalahan itu baru diketahui setelah pembayaran tunjangan dikeluarkan bagi 300-an paskun selama 10 bulan atau terakhir bayar, Oktober 2007 lalu. ”Seiring keluarnya Permendagri No 13 Tahun 2006 kami tak lagi berani melanjutkan pembayaran tunjangan kepada paskun ( bagian taman dan kesehatan lingkungan),” ujarnya.

Dalam Permendagri itu, terang Zahedi, disebutkan larangan membayar penghasilan ditambah tunjangan kinerja kecuali bagi Pegawai Negeri Sipil (PNS) dan Pegawai Tidak Tetap (PTT).

Sementara, petugas kebersihan di lingkungan distakot itu mayoritas bukan PTT tetapi tenaga kontrak ”Kami salah membayar selama 10 bulan kepada tenaga kebersihan berstatus kontrak kerja. Yang tentunya dana dibayarkan itu merupakan 'jatah' bagi PNS dan PTT,” terangnya setelah melakukan rapat terbatas bersama kasi, kabid dan pengawas kebersihan di ruang tertutup.

Oleh karena itu Zahedi mengaku tak dapat berbuat banyak ketika dituntut petugas kebersihan yang meminta dibayarkan tunjangan sebesar Rp100 ribu per bulan untuk Oktober 2007-Januari 2008.

Disinggung langkah konkrit jika ancaman mogok kerja petugas kebersihan terbukti, Zahedi akan berupaya melakukan koordinasi ke tingkat atas di lingkungan setdakot.”Hari ini (kemarin) saya menghadap pimpinan, semoga ada solusi sehingga tidak terjadi gejolak,” katanya.

Dikaitkan pendapatan paskun jauh dibawah UMR, Zahedi lebih memilih tak banyak komentar.”Saya benar-benar terjepit,” ucapnya. (uni)

]

Distakoberpar Kekurangan Armada Sampah

Senin, 14 Januari 2008

Minta Tambahan Truk Sampah Baru

Radar Banjarmasin
AMUNTAI – Sampah dimanapun selalu menjadi persoalan, meski hanya terbilang kota kecil ternyata soal sampah masih menyisakan masalah di Kota Bertakwa ini. Setidaknya hal ini dirasakan oleh Dinas Tata Kota, Kebersihan dan Pariwisata (Distakoberpar) HSU dalam hal mengangkut dan menampung sampah di kota ini. Kenyataannya kondisi di lapangan masih banyak sampah yang terkumpul di TPS tidak bisa terangkut karena masih minimnya armada alat angkut yang dimiliki dinas bersih-bersih kota Amuntai ini.

“Dari total 72 meter kubik sampah yang dihasilkan per-harinya di kota ini, kenyataannya yang bisa terangkut hanya 42 meter kubiknya saja,” ujar Kepala Dinas Tata Kota, Kebersihan dan Pariwisata HSU, H Ahmad Musaddik SSos kepada koran ini. Ini, akunya, disebabkan jumlah kendaraan angkutan sampah hanya bisa beroperasi 1 kali berangkat dalam 1 hari. “Sehingga sampah yang dibuang pada siang hari tidak terangkut lagi,” ujarnya lagi.

Masalah lainnya, ujar Musadik, juga disebabkan oleh minimnya jumlah armada yang dimiliki dinas yang dipimpinnya ini sangat terbatas. Saat ini, hanya 9 unit truk angkut sampah yang ada. “Itupun hanya 6 unit yang dapat dioperasionalkan secara optimal,” keluhnya. Parahnya lagi, 2 unit armada sampah sudah berumur 15 tahun lebih semenjak digunakan. “Itu artinya lagi hanya 4 buah armada sampah yang bisa digunakan full,” sebutnya.

Kendati begitu, mengingat pentingnya angkutan sampah di kota ini guna memaksimalkan angkutan pada siang hari yang tidak terangkut, Musaddik berharap pada tahun 2008 nanti truk sampah bisa turut dianggarkan. “Kondisi ini bisa diantisipasi dengan cepat,” ujarnya berkemauan.

Sekedar untuk diketahui, Dinas Tata Kota, Kebersihan dan Pariwisata HSU mendapatkan armada truk sampah hanya dari bantuan Pemerintah Pusat dan Provinsi. Itu pun sudah dipergunakan sejak dari daerah tahun 1994 dan yang terbaru pada 1997 lalu. Ia berharap pada tahun depan angkutan sampah bisa ditambah demi peningkatan pelayanan publik dibidang kebersihan. (bie)

Wednesday, February 20, 2008

Penambang Tong Hengkang

Selasa, 29-01-2008 | 00:25:49

• Enceng Gondok Bisa Netralkan Limbah

PELAIHARI, BPOST -
Ketidakjelasan sikap Pemkab Tala dalam menangani permasalahan usaha pendaur ulang limbah tromol emas (tambang tong) membuat pelaku usaha gelisah. Mereka kini hengkang dan menjalankan usahanya di daerah lain.

“Semua yang beroperasi di Karang Jawa, Kelurahan Kaang Taruna Kecamatan Pelaihari, sudah pindah ke tempat lain. Sebagian ke Palam (Banjarbaru) dan Martapura. Sebagian lagi ke Desa Tanjung Keamatan Pelaihari,” tutur Sekretaris Asosiasi Pendaur Ulang Limbah Tromol (APULT) Jauhari Alamsyah, Senin (27/1).

Di tempat baru itu, bebernya, mereka bisa menjalankan usaha dengan tenang dan lancar. Apalagi usaha pendauran ulang tersebut banyak menyerap tenaga kerja dan menambah penghasilan bagi pemilik tromol emas, karena limbahnya tak terbuang percuma.

Tambang tong adalah usaha penyaringan kembali sisa butiran emas yang masih tersisa pada limbah tromol emas. Melalui proses khusus di dalam tabung raksasa dengan menggunakan banyak kapur dan sedikit kostik (soda api), sisa emas bisa diambil kembali.

Usaha yang diadopsi dari Manado itu sempat menjamur di Karang Jawa beberapa bulan lalu. Namun kemudian ditutup sementara oleh Pemkab Tala, karena hasil uji lab Kantor Lingkungan Hidup, ada pencemaran lingkungan. Sebagian warga Karang Jawa selama ini juga keberatan atas keberadaan tambang tong karena dinilai berpotensi besar menimbulkan pencemaran.

Penutupan sementara itu menimbulkan kegelisahan di kalangan penambang, karena tidak jelas batas waktunya. Sementara Kantor LH Tala tidak juga menemukan teknologi penetralisasi limbah.

APULT menilai Kantor LH Tala tidak serius mencari solusinya. “Kepala KLH bilang sudah mencari teknologinya kemana-mana, tapi tidak ada. Ternyata ketika saya konsultasi dengan ahli lingkungan dari Universitas di Surabaya, limbah-limbah racun bisa dinetralisasi dengan enceng gondok,” beber Jauhari.

Tumbuhan liar yang mengapung di permukaan air itu, sebut Jauhari, mampu mengikat segala jenis bahan kimia yang terlarut di dalam air. “Sesuai hasil konsultasi, limbah tambang tong juga bisa dinetralkan dengan enceng gondok. Tumbuhan ini cukup ditaruh di salah satu kolam penampungan limbah,” sebut Jauhari. roy

Pasukan Kuning HST Jadi Pemulung : Hasilkan Rp 63 Juta Setahun dari Sampah

Rabu, 13-02-2008 | 00:25:20

BERGELUT dengan sampah. Inilah keseharian pekerja yang tergabung dalam pasukan kuning, sebutan untuk petugas kebersihan. Namun tak ada yang mengira kalau dari hasil pekerjaan tersebut mereka bisa menghasilkan uang puluhan juta setahun. Tapi pasukan kuning di Kabupaten Hulu Sungai Tengah (HST), membuktikannya.

Di bawah Badan Pengelola Lingkungan Hidup (BPLH), petugas yang berjumlah 100 orang, dengan jam kerja 3 sampai 4 jam sehari ini dibina agar menghasilkan uang tambahan, selain honor Rp 450.000 per bulan.

Ya, mereka menjadi pemulung. Selain memungut sampah, mereka mendaur ulang sampah yang dikumpulkan. Dari hasil pemisahan sampah organik dan anorganik setiap hari,mereka mengumpulkan 33 ton sampah setahun. Sampah itu terdiri dari kardus, botol, dan plastik.

Dari hasil 33 ton, setelah dijual ke pengumpul barang bekas, mereka bisa mendapatkan uang Rp 63 juta. Kepala BPLH HST, H Sabirin Tuganal, ditemui disela pelantikan pejabat belum lama tadi mengatakan, uang sekitar Rp 63 juta itu 100 persen untuk tambahan penghasilan mereka, yang dibagi rata dengan sesama petugas yang ikut pengumpulan sampah tersebut.

Keberadaan mesin Komposting di Tempat Pembuangan Sampah Akhir (TPA), secara tak langsung membantu mereka memisahkan sampah yang bisa dijual, seperti kardus, botol, dan plastik dengan sampah yang bisa diolah menjadi kompos.

Tujuan akhir dari pekerjaan sampingan tersebut terang Sabirin, tidak lain bagaimana agar sampah yang terkumpul dari 117 tempat pembuangan sampah sementara (TPS) bermanfaat sebesar-besarnya. "Masalahnya volume sampah kita mencapai 116 kubik perhari," ujarnya. Mengenai jumlah petugas kebersihan yang hanya 100 orang di menurut Sabirin masih perlu ditambah. Dengan meningkatnya volume sampah setiap tahun, idealnya jumlah pasukan kuning 125 orang.

"Sekarang HST punya stadion, otomatis tenaga kebersihannya perlu ditambah. Kita usulkan tahun 2009 ada penambahan,"ujarnya. (yud)

Gaji Pasukan Kuning Dibayar

Minggu, 10-02-2008 | 00:33:22

AMUNTAI, BPOST - Janji Dinas Tata Kota dan Kebersihan, Kabupaten Hulu Sungai Utara akhirnya membayar gaji puluhan petugas kebersihan yang terlambat dibayar selama dua bulan, Jumat (8/2).

Puluhan petugas kebersihan yang sejak pukul 09.00 Wita telah berkumpul tampak gembira menerima rapelan gaji yang dibagikan oleh staf bendahara di kantor tersebut.

Selain menerima gaji, mereka juga menandatangani kontrak kerja berikutnya.

“Hari ini pembayaran gaji petugas kebersihan yang tertunda dua bulan ini kami bayarkan sesuai tanggungjawab kerja masing-masing dan besaran gaji yang diterima plus kenaikan gaji seperti dijanjikan sebelumnya,” ujar Syahrir, pjs kadistako.

Sebelumnya petugas kebersihan protes ke kantor distako, karena pembayaran gaji Januari dan Februari 2008 terlambat dibayar. Pejabat distako beralasan keterlambatan karena perubahan sistem pengelolaan anggaran keuangan.

Sebelumnya, gaji petugas kebersihan masuk dalam pos anggaran rutin pembayaran gaji tenaga honorer dan non PNS. Karena APBD 2008 baru disahkan, sehingga untuk pencairan dana butuh waktu penyesuaian.(ori)

Ikan Waduk Tercemar Merkuri

Rabu, 20-02-2008 | 00:30:30


MARTAPURA, BPOST - Air Waduk Riam Kanan dipastikan mengandung merkuri. Berdasarkan penelitian Bapedalda setempat, kandung merkuri mencapai 0,001 mg/liter. Masih di bawah ambang batas 0,05 mg/liter.


Kepala Bapedalda Kabupaten Banjar, A Suprapto, mengatakan, kalau dibiarkan merkuri itu akan mencemari air waduk tersebut dan membahayakan penggunanya.

Dikatakan, pihaknya meneliti sampel air di tiga tempat yaitu di sekitar pendulangan emas di Desa Sungai Luar, di sekitar pendulangan Bunglai dan di kawasan waduk sejauh satu kilometer dari dua tempat pendulangan emas tersebut. Hasilnya, dari tiga tempat itu ditemukan kandungan merkuri sebanyak 0,001 miligram/liter.

Ditambahkan, selain meneliti kandungan merkuri di air waduk Riam Kanan, pihaknya juga meneliti kandungan merkuri di tubuh ikan di Waduk Riam Kanan. Sampel ikan yang diambil adalah ikan nila dari karamba mengandung 0,0205 mg/kilogram, ikan merah mengandung 0,11345 mg/kilogram dan ikan toman mengandung 0,02403 mg/kilogram.

"Dari hasil penelitian ikan di waduk tersebut, kandungan ikan itu masih di bawah ambang batas, jadi masih aman dikonsumsi," katanya.

Sebelumnya, Bapedalda juga meneliti sampel air di dua titik di Sungai Riam Kanan, dua titik di Sungai Riam Kiwa dan dua titik di Sungai Martapura pada bulan April dan September lalu. Hasil penelitian bulan April diketahui ada kandungan phenol sebanyak 0,0398 mg/liter dan kandungan minyak dengan kadar 4 mg/liter di waduk Riam Kanan.

Bupati Banjar, HG Khairul Saleh mengatakan, Pemkab Banjar menyerahkan sepenuhnya proses hukum kepada aparat kepolisian. Pemkab telah mengeluarkan surat edaran yang berisi penutupan tambang liar di kawasan hutan lindung tersebut. (sig)

Kandungan Merkuri Waduk Riam Kanan :
1. Air di Desa Sungai Luar, Bunglai dan tengah waduk (1 kilometer dari dua desa itu) mengandung merkuri 0,001 miligram per liter
2. Ikan nila karamba di waduk Riam Kanan mengandung merkuri 0,0205 mg/kilogram
3. Ikan merah di waduk Riam Kanan mengandung merkuri 0,11345 mg/kg
4. Ikan toman (ikan liar) di waduk Riam Kanan mengandung merkuri 0,02403 mg/kg

Sumber: Bapedalda Banjar

Penambangan Emas Ancam PLTA

Senin, 18-02-2008 | 00:46:30

• Waduk Dipastikan Makin Dangkal



MARTAPURA, BPOST - Penambangan emas di Desa Sungai Luar dan Bunglai Kecamatan Aranio, Banjar, selain mengancam kerusakan lingkungan warga juga mengancam kelangsungan pembangkit listrik di Kalselteng. Pasalnya, turbin Pembangkit Listrik Tenaga Air (PLTA) Riam Kanan hanya mengandalkan air waduk tersebut.

Kepala PLTA Riam Kanan, Kardoyo, mengatakan, jika penambangan emas itu dibiarkan, dipastikan akan menyebabkan pendangkalan waduk yang bisa berakibat tersendatnya kinerja tiga turbin PLTA di kawasan tersebut.

Menurutnya, tanpa penambangan liar emas itu saja, waduk Riam Kanan sudah mengalami pendangkalan setinggi 25 sentimeter per tahun.

“Tanpa penambangan itu saja, sedimentasi waduk sedemikian cepat, apalagi jika penambangan itu tak terkendali, pasti akan sangat mengganggu kinerja turbin,” kata Kardoyo, Minggu (17/2).

Pendangkalan waduk secara cepat terjadi sejak tahun 2000 yang lalu. Saat ini, pendangkalan waduk diperkirakan sudah mencapai 1,5 meter lebih. Upaya pengerukan pendangkalan itu sudah diajukan oleh PLTA, tapi belum mendapat respon dari PT PLN.

PLTA, kini mengoperasikan tiga unit turbin dengan kemampuan masing-masing 10 megawatt yang beroperasi selama 24 jam penuh. Total produksi yang dihasilkan dari pembangkit ini mencapai 687.400 kwh, menggunakan 5.025.888 m3 air yang dialirkan ke Sungai Riam Kanan.

Satu buah turbin pada saat beban penuh mampu menyuplai aliran listrik sebanyak 8,5 megawatt membutuhkan air sebanyak 30 meter kubik per detik.

Untuk itu, dia berharap aparat bertindak tegas dan benar-benar mengawasi aktivitas penambangan di kawasan taman hutan rakyat (Tahura) itu pascaditutup Kamis lalu. Tahura itu sendiri seluas 112.000 hektare, di mana 90 ribu hektare berada di wilayah Kabupaten Banjar, sisanya di Kabupaten Tanah Laut. (sig)

Menggali Emas di Waduk Riam Kanan (1) : Parabola Hiasi Rumah Papan Beratap Daun

Sabtu, 16-02-2008 | 00:30:05

EMPAT bulan terakhir, Desa Sungai Luar dan Bunglai Kecamatan Aranio Banjar yang biasanya sangat sepi, tiba-tiba saja berubah menjadi ramai. Perekonomian penduduk di dua desa yang terletak di perbukitan di tengah Waduk Riam Kanan Banjar ini pun menggeliat.

Beberapa parabola tampak menghiasi rumah-rumah penduduk yang terbuat dari papan dan beratap anyaman daun ini. Rata-rata rumah penduduk di desa ini tidak besar, hanya berukuran 4X5 meter persegi atau 5X6 meter persegi saja. Televisinya pun tidak sembarangan, ukurannya banyak yang di atas 21 inchi bermerek terkenal. Padahal, aliran listrik di desa ini masih menggunakan genset.

Tidak hanya itu, beberapa sepeda motor keluaran terbaru juga tampak menghiasi jalanan desa yang masih berupa tanah selebar satu meter itu. Sepeda motor yang kebanyakan masih baru itu, rata-rata tak pernah bersih dari lepotan lumpur. Maklum, kegunaannya bukan untuk mengangkut manusia, tapi untuk mengangkut karung berisi batu dan tanah.

Ya, empat bulan terakhir, dua desa yang dipisahkan oleh bukit dan sungai besar ini memang tengah disibukkan dengan penambangan biji emas. Tidak tanggung-tanggung, meski penambangan di kawasan hutan lindung ini baru saja dimulai, tapi hasilnya sungguh di luar dugaan. Dalam sehari, bisa terkumpul hingga 600 gram emas.

Ada sekitar 500-an orang yang menggantungkan hidupnya dari tambang emas di Desa Sungai Luar dan 750-an orang lagi di Desa Bunglai. Di Desa Sungai Luar ada delapan unit genset untuk mengolah batu berisi biji emas ini, sementara di Desa Bunglai ada sekitar 13 genset. Satu genset biasa menggerakkan 12-14 tromol yang berfungsi sebagai pemecah batu sekaligus mengolahnya menjadi bubur batu.

"Bubur batu itulah yang kemudian dicampur dengan air raksa. Setelah diputar selama setengah jam, baru dituang ke karpet. Di situlah emas-emas itu akan menempel," kata seorang penambang, Budi, yang sebelumnya adalah warga transmigrasi asal Magelang Jawa Tengah.

Batu-batu mengandung biji emas itu lokasinya sekitar 300-500 meter dari bibir sungai. Tempat batu-batu mengandung biji emas itu bernama Maluwau, Damar Ciput, Sarang Tiung dan Munggu Ayunan. Batu-batu itulah yang kemudian diangkut menggunakan sepeda motor dari bukit untuk kemudian digiling dan disaring biji emasnya ke bibir sungai (waduk Riam Kanan).

"Untuk satu karung, biaya ojeknya Rp 15 ribu. Jarak angkut hanya sekitar setengah kilometer saja," kata seorang pengojek di Desa Sungai Luar, Ahmad kepada BPost, Kamis petang (14/2).

Sekali tarik, pengojek mampu membawa tiga hingga empat karung alias seharga Rp 45 ribu hingga Rp 60 ribu. Dalam sehari, mereka bisa bolak-balik hingga puluhan kali.

Meski tergolong mahal, tapi tarif itu dianggap biasa saja. Maklum, di desa ini tidak ada penjual bensin. Untuk mendapatkan bensin, mereka harus pergi naik perahu kelotok selama satu jam dengan tarif Rp 5.000 ke Pelabuhan Tiwingan Lama Aranio. Di pelabuhan ini, mereka biasa membeli bensin seharga Rp 8.500 per liter. (sigit rahmawan abadi)

Merkuri Riam Kanan Lebihi Ambang

Kamis, 14-02-2008 | 00:50:20

• Dampak Penambangan Liar Emas

MARTAPURA, BPOST
- Penambangan liar emas di sekitar waduk Riam Kanan Banjar, selain mengancam kelestarian lingkungan, ternyata juga mengancam kesehatan ribuan warga di sekitar waduk. Pasalnya, para penambang membuang langsung limbah merkuri ke waduk itu.

Sampai saat ini, memang belum ada kabar, masyarakat terserang penyakit akibat limbah merkuri, karena penambangan liar emas itu baru dimulai empat bulan yang lalu. Merkuri sendiri, bisa menimbulkan penyakit yang sangat berbahaya dalam jangka waktu tertentu.

Penyakit minamata itu sendiri terjadi karena menumpuknya merkuri di dalam tubuh manusia dalam jangka waktu tertentu. Minamata itu bisa mengakibatkan gangguan syaraf dan genetik.

Kepala Bapedalda Banjar, A Suprapto, mengatakan, pihaknya selalu meneliti perkembangan air di seluruh Kabupaten Banjar. Untuk keperluan tersebut, pihaknya mengambil sampel air dari beberapa kecamatan untuk diteliti lebih lanjut.

Dalam satu tahun, Bapedalda meneliti air sebanyak dua kali yaitu di April dan September. Sampel air diambil dari dua titik di Sungai Riam Kanan, dua titik di Sungai Riam Kiwa dan dua titik di Sungai Martapura.

April tahun lalu, Bapedalda meneliti air di Kecamatan Aranio. Hasilnya, ada kandungan phenol sebanyak 0,0398 dan kandungan minyak dengan kadar 4. Kandungan itu lebih tinggi dari peraturan Gubernur Kalsel nomor 5/2007. Bulan September 2007, kandungan phenol berubah menjadi 0,06 dan kandungan minyak yang lebih tinggi dari 4.

“Saat itu, kami belum menemukan kandungan merkuri karena alat untuk melakukan penelitian mengenai hal itu sedang rusak,” kata Suprapto, Rabu (13/2).

Menurutnya, limbah merkuri yang sering dibuang oleh penambang emas itu sangat membahayakan tubuh manusia. Jika limbah logam berat itu dimakan ikan dan ikannya dimakan manusia, maka logam berat itu akan mengendap dalam tubuh.

Dikatakan, sampai sejauh ini pihaknya belum pernah melakukan penelitian terhadap ikan yang diambil dari Waduk Riam Kanan dan sungai di bawahnya. Alasannya, karena tidak ada anggaran untuk itu.

Pemkab Banjar rencananya baru akan menurunkan tim terpadu untuk melakukan tindak lanjut terhadap maraknya aktivitas penambangan liar emas di Kecamatan Aranio itu, Kamis (14/2) siang. (sig)

Dampak Merkuri Bagi Manusia
1. Logam berat merkuri cenderung tertimbun dalam jasad hidup seperti ikan dan manusia.
2. Bila dimakan ikan, merkuri akan tertinggal dan tertimbun dalam tubuh ikan.
3. Bila ikan yang mengandung merkuri itu dikonsumsi manusia maka merkuri akan tertinggal di tubuh manusia.
4. Bila dikonsumsi dalam jumlah banyak akan berbahaya bagi kesehatan, antara lain menimbulkan penyakit minamata atau gangguan syaraf dan genetik.

Sumber: Bapedalda Banjar

83 Hektare Lahan di Kalsel Kritis

Minggu, 10-02-2008 | 00:37:40

• 7 Kawasan di Kabupaten Banjar Potensi Banjir

MARTAPURA, BPOST
- Seluas 70 persen wilayah Kalimantan Selatan (Kalsel) baik dataran maupun pegunungan berpotensi terjadi longsor dan banjir, pada musim penghujan selama Februari hingga Maret 2008.

Kepala BP DAS Kalsel Eko Hadi Kuncoro, Jumat (9/2), mengungkapkan, kemungkinan terjadinya banjir dan longsor tersebut akibat besarnya lahan yang kini berpotensi kritis hingga sangat kritis di Kalsel yang kini mencapai 83 persen dari luas lahan yang ada.

Menurut Eko, dari total luas wilayah Kalsel mencapai 3.752105,82 hektare sebanyak 3.147518,4 hektare berada pada posisi potensial kritis hingga sangat kritis.

Secara rinci daerah yang berpotensi kritis, atau daerah yang bila tidak dirawat dengan baik akan menjadi daerah kritis mencapai, 1.051.423,03 hektare, agak kritis, 1.540.112,37 hektare, kritis, 500.078,00 hektare dan sangat kritis 55.905,00 hektare.

Besarnya daerah berpotensial kritis hingga sangat kritis tersebut, menjadikan sebagian besar wilayah Kalsel juga berpotensi terjadi bencana banjir dan longsor terutama pada Februari dan Maret 2008, di mana curah hujan diprediksi cukup besar lebih dari 300 mililiter.

Berdasarkan data dan analisa BP DAS, beberapa daerah berpotensi terjadi banjir besar dan longsor selama Februari yaitu, Kabupaten Banjar terdiri dari, Kecamatan Aranio, Atambul, Karang Intan, Pengaron, Sungai Paring, Sungai Tabuk dan Simpang empat. (ant)

Libur, Sampah Tak Terangkut

Jumat, 08-02-2008 | 00:35:15

BANJARBARU, BPOST - Penanganan sampah di Kota Banjarbaru masih menyisakan banyak permasalahan. Terbukti, di kota yang telah merebut piala adipura kedua se Kalsel tetap ditemukan sampah tak terangkut saat libur.

Pada akhir pekan dan tanggal merah seperti Kamis (7/2), saat libur imlek banyak sampah berserakan tak terangkut. Pantauan BPost, sejumlah Tempat Pembuangan Sampah (TPS) yang tersebar di sudut kota masih dipenuhi sampah. Seperti tampak di Jalan Mistar Cokrokusumo. Tepat di depan Citra Banjarbaru (CB) Plasa sampah tampak menumpuk.

Bau menyengat menyeruak, sehingga banyak pengguna jalan yang melintas harus menutup hidung akibat aroma tak sedap. Semakin siang, ketika tiba hari libur atau di awal pekan, bukannya bertambah sedikit, sampahnya justru semakin menumpuk, karena belum sempat sampah yang ada terangkut, sampah tambahan datang lagi.

Akibatnya, sampah meluber ke pinggir jalan. “Apa karena kemarin libur dan hari ini belum bisa diangkut? Sampahnya sudah siang masih saja berserakan,” ujar Agus, warga Jalan Mistar Cokrokusumo.

Tak hanya di Jalan Mistar Cokrokusumo, tumpukan sampah juga terlihat. Pemandangan serupa juga masih ditemui di TPS samping RSUD Banjarbaru, Panglima Batur Barat. (niz)