Label Cloud

Tuesday, December 16, 2008

DAS Barito Makin Kritis 13 Titik Berpotensi Banjir

Rabu, 17 Desember 2008
BANJARMASIN,- Kondisi daerah aliran sungai (DAS) Barito makin kritis, akibat pembalakan hutan dan konversi penutupan lahan yang dulunya hutan menjadi permukiman dan pertambangan. Kondisi ini menyebabkan 13 titik di Kalsel berpotensi banjir. Terlebih saat curah hujan tinggi seperti sekarang ini. Kepala Balai Pengelolaan DAS Barito Kalsel Eko Kuncoro mengungkapkan, 13 titik tersebut adalah Tabukan (Batola), Amuntai Selatan, Babibrik dan Sungai Pandan (HSU), hampir seluruh wilayah HSS, Kabupaten Banjar, Kintap, Bati-Bati, Pelaihari (Tala), Satui, Kelumpang dan Batulicin (Tanbu), Pulau Laut Selatan dan Pulau Laut Utara (Kotabaru). ”Sejumlah daerah tersebut berpotensi banjir,” papar Eko.

Dia menjelaskan, bencana banjir di sebagian wilayah Kalsel termasuk bencana alam yang hampir pasti terjadi pada setiap datangnya musim penghujan. Menurut dia, bencana banjir ditentukan oleh banyak hal. Pertama, karakteristik DAS dari aspek biogeofisikal yang mampu memberikan ciri khas tipologi DAS tertentu. Kedua, aspek meteorologis-klimatologis, terutama karakteristik curah hujan yang mampu membentuk badai atau hujan maksimum. Ketiga, aspek sosial ekonomi masyarakat, terutama karakteristik budaya yang mampu memicu terjadinya kerusakan lahan DAS, sehingga wilayah DAS tersebut tidak mampu lagi berfungsi sebagai penampung, penyimpan, dan penyalur air hujan yang baik.

Aktivitas di daerah hulu, paparnya, sering dituding sebagai penyebab utama terjadinya banjir di daerah bawahnya. Seperti pada DAS Barito, daerah hulunya telah terjadi konversi penutup lahan yang cukup signifikan dari hutan ke tambang. Sehingga air hujan yang jatuh tidak akan ditangkap oleh kanopi dan diresapkan secara perlahan ke dalam tanah, lalu ditampung oleh akar. Tapi air langsung menjadi over land flow atau limpasan karena tanah tambang biasanya dikupas hingga ke batuan induknya (bed rock). Limpasan ini kemudian masuk ke alur sungai. Karena cukup banyak maka tidak tertampung dan sebagian meluap, sehingga mengakibatkan banjir di beberapa daerah seperti Kabupaten Tabalong, Balangan bahkan hingga Hulu Sungai Utara.

Sedangkan potensi banjir di wilayah Kabupaten Banjar akibat hujan terus menerus dalam jangka waktu yang lama, sehingga Waduk Riam Kanan akan semakin penuh. Guna menghindari jebolnya waduk yang cukup dimakan usia tersebut, dibukalah pintu-pintu air sehingga daerah bawahnya seperti Kabupaten Banjar. Akibatnya, Kecamatan Karang Intan dan Martapura akan tergenang, karena badan sungai tidak mampu menampung air tersebut.

Sedangkan di Tanah Bumbu dan Tanah Laut, banjir berpotensi akibat adanya arus pasang air laut, sehingga air sungai dari hulu tidak akan lancar atau terhambat di muara sungai. Kondisi ini merupakan salah satu penyebab bencana banjir di dearah ini.

Di HSU dan HSS, papar Eko, ancaman banjir disebabkan Sungai Negara yang merupakan salah satu anak Sungai Barito telah mengalami pendangkalan yang cukup signifikan, sehingga kurang mampu lagi menampung air dari daerah hulu. Hal ini menyebabkan HSU dan sekitarnya akan tergenang bila sungai ini meluap.(sga)


Sulitnya Menormalisasi Sungai Tingkat Kerusakan Terlalu Tinggi

Rabu, 17 Desember 2008
BANJARMASIN,- Upaya Pemkot mengembalikan kondisi sungai seperti semula atau disebut dengan program normalisasi sungai banyak menuai apreasiasi. Namun, tak mudah dalam merealiasasikannya sehingg masih disangsikan keberhasilannya.

Sejak dicanangkan 2 tahun lalu, Pemkot mengalokasikan anggaran miliaran rupiah untuk program normalisasi sungai pada setiap pembahasan APBD Kota Banjarmasin. Kendati demikian, selain penyiringan, upaya pengerukan dan pembersihan sampah belum terlihat signifikan.

Pengamat masyarakat dan budaya sungai dari FKIP Unlam Bambang Subiyakto, agak pesimisi target mengembalikan kondisi sungai kecil atau kanal itu bisa berhasil. Sebab, tingkat kerusakan sungai sudah terlalu tinggi. Salah satu penyebabnya, dampak dari pembangunan yang berada di atas bantaran atau badan sungai.

“Kalau sungai besar masih mungkin. Tapi, saya sangat apresiatif dengan upaya Pemkot itu asal ada pengkajian yang mendalam sebelum melaksanakannya,” papar Bambang saat diwawancarai Radar Banjarmasin kemarin (16/12). Sebab, lanjut dosen pengajar mata kuliah Masyarakat dan Budaya ini, pemerintah daerah Surabaya dan Jakarta saja kewalahan menangani masalah sungai meski jumlahnya jauh lebih sedikit.

Lain lagi soal benturan hukum. Dijelaskan Bambang, status sungai di Banjarmasin ini terbagi dua, yaitu sungai alami dan buatan. Karena dulunya masyarakat Banjarmasin mayoritas petani, sehingga banyak membangun sungai buatan atau kanal untuk kepentingan pengairan sawah dan sarana transportasi.

“Kanal atau sungai buatan itu status lahannya adalah hak milik mereka. Sehingga, secara hukum tidak bisa dipersalahkan membangun di atasnya. Apalagi kalau sungai itu sudah mati, tentu menjadi kendala yang signifkan dalam upaya pelaksanaan program itu,” paparnya.

Meski demikian Bambang tetap menegaskan pentingnya merealiasasikan tujuan pengembalian kondisi sungai itu. “Saat ini saja kita sudah merasakan dampaknya. Akibat laut pasang dan sungai Barito meluap membuat Banjarmasin tergenang. Salah satu jalan keluarnya dengan mengembalikan fungsi sungai atau kanal-kanal yang ada,” katanya.(dla)

Monday, December 15, 2008

Masyarakat Lebih Kreatif Dalam Memanfaatkan Sisa Lahan

Selasa, 16 Desember 2008
MARTAPURA - Sumber Daya Alam Kabupaten Banjar belum habis. Masih banyak potensi-potensi lain, selain eksplotasi hutan dan tambang yang belum maksimal tergarap. Haparan pada ilalang nan tandus serta kearifan lokal merupakan potensi yang bisa mendatangkan kekayaan bagi masyarakat.

Beruntunglah Kabupaten Banjar yang memiliki tipikal ekologi beragam. Dataran tinggi dengan potensi hutan dan kandungan mineral sumber daya alamnya, sementara dataran rendah memiliki tipikal sebagai lahan-lahan pertanian.

Potensi sumber daya alam di kawasan pegunungan, menurut salah satu anggota Tim Inventarisasi Lahan Pemkab Banjar Jayadi Noor, Untuk aktivitas pertambangan sudah sangat minim. Namun jika dikembangkan dengan kegiatan-kegiatan lain, justru potensi tersebut menjadi sangat luar biasa.

“Yang tersisa itu lahan-lahan areal kehutanan, eks pertambangan dan lahan-lahan produktif. Kenyataan di lapangan lahan-lahan tersebut masih sangat luas. Hanya saja seluas mata memandang, pandangan mata tidak berubah. Tandus, semak belukar atau illalang,” katanya.

Senada dengan itu, Anggota Tim Inventarisasi lainnya, Ali Fahmi menunjuk semua itu jika dimanfaatkan dengan arif bijaksana, diyakini akan membuat sejahtera masyarakat setempat.

“Di sektor perkebunan misalkan, warga di Kecamatan Pengaron hingga naik Kecamatan Peramasan bisa dibilang telah berhasil membudidakan tanaman karet. Catatannya, lahan untuk itu realatif satu hamparan,” katanya.

Ini apa katanya lagi, dengan kondisi sekarang ini investasi di sektor perkebunan sangat bagus di sana. Selain berfungsi sebagai reboisasi, pengembangan sektor perkebunan di sana sekaligus untuk mensejahterakan masyarakatnya.

“Itu baru satu sektor. Investasi di sektor kehutanan juga sangat berpeluang di sana. Sekarang tinggal bagaimana kesempatan untuk itu diciptakan,” katanya.

Selain soal banyaknya potensi yang bisa mengundang datangnya investor, masyarakat Kabupaten Banjar ternyata kaya akan kreatifitas. Hingga menjadikan kreativitas tersebut sebagai kearifan lokal dalam mengelola potensi alam di Kabupaten Banjar ternyata juga luar biasa.

“Salah satu contoh yang sangat konkrit adalah sitem pertanian di Kecamatan Astambul. Luar biasa, pola pertanian di sana sudah sangat modern. Semula begitu yang saya kira. Namun ternyata pola dengan sistem irigasi, tumpang sari lintas sektoral sudah ada sejak zaman Datu Kelampaian,” katanya.

Dari apa yang ada di lapangan tersebut, perngalian kearifan lokal ternyata sangat penting. Apalagi ternyata konsep kearifan lokal terbukti sangat efektif bagi pelakunya menuju keberdayaan masyarakat. (yan)

Januari, Galuh Cempaka Tutup Dampak Krisis, 575 Karyawan di-PHK

Senin, 15 Desember 2008
BANJARBARU – Kabar buruk menimpa karyawan perusahaan tambang intan PT Galuh Cempaka. Kekhawatiran akan pemutusan hubungan kerja alias PHK, akhirnya benar-benar terjadi. Sebanyak 575 karyawan, baik itu tenaga kontrak, karyawan permanen hingga staf perusahaan akan diputus kerjanya akibat dampak krisis global yang menimpa Amirika Serikat dan pasar Eropa. Rinciannya karyawannya, 6 ekspat (dari luar negeri), 15 karyawan luar Kalsel dan sisanya warga sekitar perusahaan tambang atau Kalsel.

Kebijakan ini diambil, setelah harga intan di pasar dunia terus merosot. Sebagai bukti, sebelum krisis global harga intan masih bisa mencapai 330 dolas AS per karatnya, namun pasca krisis yang terjadi Oktober-November lalu, harga intan turun draktis menjadi 88 dolar AS per karatnya.

Rencana PHK karyawan PT Galuh ini jauh-jauh hari memang telah disampaikan kepada karyawan. Sudah barang tentu, mendengar kabar pemutusan hubungan kerja itu, ratusan karyawan kaget. Maklum saja, karyawan ini baru mulai kembali bekerja setelah sempat lebih setengah tahun mengganggur pasca ditutupnya Galuh Cempaka karena masalah lingkungan.

Memang saat menggangur itu, seluruh karyawan masih berhak mendapatkan gaji. Tapi, kabar PHK ini nantinya, karyawan tetap akan mendapatkan pesangon.

“Dampak krisis ini, mau tak mau karyawan jadi korban PHK. Karena menghindari terpuruknya kondisi perusahaan karena harga intan memang benar-benar merosok,” kata Kuncoro Hadi, Direktur PT Galuh Cempaka yang didampingi Personal Officer PT Galuh Cempaka Subhan Abu Bakar, Sabtu (13/12) akhir pekan tadi.

Menurut Kuncoro, perusahaan tambang intan yang terletak di Palam Cempaka ini bisa bertahan, bila harga intan minimal 220 dolor per karatnya. Kalau di bawah itu, tentu tidak mencukupi biaya operasional.

Terlebih lagi, sejauh ini selama tahun 2008 target produksi intan tak memenuhi. Ditarget 90 ribu karat, namun sejauh ini baru dapat 20 ribu karat atau bila dirata-ratakan setiap bulanya memproduksi tak kurang 1.500 sampai 2.000 karat.

Terkait pesangon, PT Galuh Cempaka juga telah menyampaikan pemberitahuan kepada Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi Banjarbaru. Dimana, sesuai ketentuan yang ada karyawan tetap akan menerima pesangon sebagaimana aturan ketenagakerjaan.

Kalau Januari resmi ditutup dan karyawan di-PHK, lalu kapan perkiraan PT Galuh Cempaka bisa beroperasi lagi? Ditanya begitu, Kuncoro mengungkapkan semua tergantung kondisi pasar dan harga intan. Kalau cepat pulih, pengoperasian perusahaan pun cepat dilakukan.

Untuk itu, pihaknya berharap awal 2009 mendatang, rekrutmen lagi karyawan baru PT Galuh Cempaka bisa dilakukan kalau memang bisa beroperasi. Kalau itu terjadi, perusahaan akan memprioritaskan bekas karyawan menjadi karyawan lagi. (mul)

Monday, December 08, 2008

BAT Dan Hantakan Rawan Longsor

Minggu, 30-11-2008 | 19:31:08

BARABAI, BPOST - Sejumlah kecamatan di kawasan Hulu Sungai Tengah (HST), Kalsel terutama di Batang Alai Timur dan Hantakan, rawan bencana tanah longsor. Penyebabnya, kerusakan lingkungan karena banyaknya eksistensi pengerukan tanah dan batu oleh penambang rakyak.

Ancaman bencana longsor kian nyata karena intensitas hujan yang cukup tinggi dalam beberapa hari terakhir.

Kepala Dinas Pekerjaan Umum HST, Ir Ahmad Fanani Saifudin mengatakan dua kecamatan itu merupakan daerah langganan longsor setiap tahunnya.Tercatat pada tahun 2007 terdapat 37 titik rawan longsor. “Untuk tahun ini belum diketahui beberapa titik daerah rawan longsor namun diperkirakan jumlahnya tidak jauh dari tahun lalu,” katanya.

Disebutkan titik-titik paling rawan di BAT meliputi dikawasan Desa Tandilang, Hinas Kiri, Batu Tangga. Sementara dikawasan Hantakan titik rawan terdapat di kawasan Hantakan dan Batu Tanggul. "Di titik-titik itu kondisi tanahnya masih labil sehingga mungkin saja terjadi longsor bila diguyur hujan," ujarnya.

Memerangi Pemanasan Global

Sabtu, 29 November 2008
BATULICIN - Tantangan lingkungan hidup paling berat yang dialami umat manusia di muka bumi ini adalah terjadinya pemanasan global dan perubahan iklim. Pola iklim mengalami perubahan akibat dari kenaikan suhu permukaan bumi.

Akibatnya ada bagian bumi yang curah hujannya berlebihan, ada pula yang berkurang. Kenaikan curah hujan akan meningkatkan frekuensi dan intensitas banjir, makin banyak erosi dan fluktuasi musim yang semakin sulit diprediksi akan mengancam ketersediaan pangan dan air, sehingga rawan terjadinya kekurangan pangan dan kelaparan.

Untuk mengatasi persoalan tersebut, Presiden RI Susilo Bambang Yudhoyono telah menertibkan Surat Keputusan Presiden Nomor 24 tahun 2008 tentang Hari Menanam Pohon Indonesia yang jatuh pada tanggal 28 November 2008 telah ditetapkan sebagai Hari Menanam Pohon Indonesia dan bulan Desember sebagai Bulan Menanam Nasional.

Momentum pelaksanaan Hari Menanam Pohon Indonesia tahun 2008 juga dilakukan oleh Pemkab Tanbu melalui Dinas Kehutanan dan Perkebunan setempat, usai menggelar senam pagi di halaman Mahligai Bersujud, kemarin.

Bupati Tanbu H M Zairullah Azhar juga ikut berpartisifasi menanam bibit pohon Mahoni yang dipusatkan di kawasan Kapet Batulicin. Begitu juga Wakil Bupati Tanbu H Abdul Hakim G, beserta unsur muspida, pejabat daerah, anak-anak sekolah dan masyarakat.

Menurut laporan Kepala Dinas Kehutanan dan Perkebunan (Kadishutbun) Bambang Apriyuandono, Hari Menanam Pohon Indonesia dan Bulan Menanam Nasional

bertujuan untuk meningkatkan kepedulian berbagai pihak akan pentingnya penanaman dan pemeliharaan pohon yang berkelanjutan dalam mengurangi pemanasan global dan mencapai pembangunan Indonesia yang bersih.

Lebih lanjut dikatakannya, bibit tananam yang akan ditanam adalah jenis mahoni, cempedak, tanjung, gaharu, rambutan dan akasia yang diperoleh dari bantuan Departemen Kehutanan melalui Balai Pengelolaan Daerah Aliran Sungai Barito Banjarbaru sebanyak 10 ribu batang. Kemudian bantuan mitra PT Hutan Rindang Buana jenis akasia sebanyak 1000 batang dan bantuan dari PT AI jenis mahoni sebanyak 1000 batang.

Bibit-bibit tersebut sudah disalurkan kepada 5 desa di Kecamatan Kuranji sebanyak 5000 batang, Desa Betung Kecamatan Kusan Hilir 1000 batang, Koramil Kusan Hulu 500 batang, sekolah 100 batang, PKK Kabupaten Tanbu 1000 batang dan masyarakat 1500 batang.

Sementara itu, Menteri Kehutanan RI H MS Kaban dalam sambutan tertulisnya yang dibacakan oleh Bupati Tanbu H M Zairullah Azhar, mengatakan, kegiatan menanam massal oleh seluruh rakyat Indonesia sebagai perwujudan pelaksanaan Hari Menanam Pohon Indonesia setiap tanggan 20 November, merupakan salah satu konstribusi nyata bangsa Indonesia yang peduli terhadap perbaikan lingkungan.

Salah satu upaya umat manusia untuk mengurangi efek pemanasan global dan perubahan iklim adalah dengan memperbanyak pohon dan tanam-tanaman. Oleh karena itu diperlukan upaya mempertahankan keutuhan ekosistem hutan dan melaksanakan penanaman pohon secara besar-besaran.

“Apa yang kita lakukan hari ini tidak seberapa dibanding luasan hutan dan lahan yang rusak. Namun, upaya ini akan sangat berharga apabila dilaksanakan secara terus menerus dan dipelihara dengan penuh kesungguhan, sehingga setiap pohon yang kita tanam dapat hidup dan tumbuh subur,” ujar Menteri. (kry)

Anak TK Pun Ikut Selamatkan Dunia

Sabtu, 29-11-2008 | 21:32:17

MARTAPURA, BPOST - Pemanasan global menjadi ancaman serius masa depan dunia. Inipula yang menjadi kerisauan dalam hasil Conference of Parties United Nation Framework Convention on Climate Change (UNFCCC) di Bali tahun 2007 yang lalu. Dunia pun diserukan menghijaukan bumi dan menyelamatkan hutan dari kegundulan.

Membudayakan menanam pohon sedari kecil, merupakan salah satu upaya yang kelihatan ringan, tapi justru membawa manfaat besar untuk mengurangi efek pemanasan global (global warming).

Terkait misi lingkungan untuk penyelamatan dunia, pemerintah pusat dengan melibatkan propinsi dan kabupaten kota seluruh Indonesia menggalakkan program aksi penanaman serentak 100 Juta Pohon dalam rangka peringatan 100 tahun Kebangkitan Nasional.

Seperti juga aksi penanaman pohon di kabupaten Banjar di Halaman Sekolah TK SD Internasional Indrasari kecamatan Martapura, Jumat (27/11) lalu.

Bupati Banjar HG. Khairul Saleh bersama ketua Tim PKK, Unsur Muspida, anggota TNI 1006 Martapura bersama-sama dengan ratusan anak TK Internasional Indrasari Martapura beramai-ramai melakukan penanaman.

Dengan tingkah polah kekanakannya, bocah-bocah TK ini sudah diajari untuk sadar menanam pohon. Meski sedikit aksi, tapi satu tanaman yang hidup dari sentuhan menanam seorang bocah sudah menyumpang tambahan nafas bumi. Satu pohon yang tumbuh bisa menyerap polutan gas karbon dan mengurangi tingkat pemanasan global. Bayangkan bila kebiasaan kecil ini diikuti setiap orang.

"Di sekitar tempat kita berada, masih banyak hutan kritis, bukit-bukit yang gundul, lahan kosong yang tidak terurus dan tidak jelas pemiliknya, lahan tegal dan pekarangan terbuka, jalan yang gersang, tempat publik dan tempat ibadah yang belum memiliki ruang hijau yang memadai. Marilah kita hijaukan kembali dengan melakukan penanaman pohon demi keselamatan bumi anak cucu kita,"ajak Bupati Khairul Saleh.

Sebagaimana amanat Menteri Kehutanan RI H.M.S. Indonesia patut bergembira dan bersyukur karena telah mendapat pengakuan dan penghargaan dari dunia internasional melalui United Nation Environment Programme (UNEP) atas partisipasinya dalam program kampanye penanaman milyaran pohon, berupa Certificate of Global Leadership yang diterimakan kepada ibu Negara Ani Bambang Yudhoyono dan Menteri Kehutanan pada tanggal 5 Juni 2008 yang lalu.

Menaman pohon bukan merupakan hal baru bagi rakyat Indonesia, namun bagaimana kegiatan menanam pohon tersebut hendaknya dapat menjadi momentum strategis oleh seluruh komponen bangsa mulai dari tingkat pusat sampai kepelosok tanah air secara serentak.

Hari Menanam Pohon Indonesia tahun 2008 yang dicanangkan oleh Presiden RI pada tanggal 28 Nopember 2008 dengan mengambil tema " Penanaman Serentak 100 Juta Pohon dalam rangka Peringatan 100 Tahun Kebangkitan Nasional. Wujudkan Hutan Lestari, Masyarakat Sejahtera Indonesia Bisa".

Kepala Dinas Kehutanan Kabupaten Banjar, H Gusti Ruswanto, menjelaskan kegiatan penanaman pohon dimaksudkan untuk meningkatkan penyerapan (absorpsi) gas CO2, SO2 dan polutan lainnya.

"Tujuannya untuk mengurangi pemanasan global dan mencegah  berbagai musibah alam seperti banjir, kekeringan, tanah longsor serta meningkatkan upaya konservasi sumberdaya genetik tanaman hutan,"ucapnya.