Label Cloud

Wednesday, May 21, 2008

1.500 Karyawan Tak Masuk Jamsostek

 
Senin, 31-03-2008 | 00:31:30

KOTABARU, BPOST - Sebanyak 120 perusahaan atau sekitar 30 persen dari 400 perusahaan yang ada di wilayah hukum Kotabaru dan Tanah Bumbu, belum memasukkan karyawannya menjadi peserta PT Jaminan Sosial Tenaga Kerja (Jamsostek).

Kepala Cabang PT Jamsostek Kotabaru dan Tanah Bumbu, Mahmud, mengatakan, akibatnya, sekitar 15.000 orang karyawan atau 30 persen dari 35.000 karyawan perusahaan di dua kabupaten tersebut kehilangan hak normatifnya, seperti Jaminan pemeliharaan kesehatan (JPK), jaminan hari tua (JHT), Jaminan kematian (JK) dan jaminan kecelakaan kerja (JKK).

Menurut Mahmud, sebagian besar perusahaan yang belum mengikutsertakan karyawannya menjadi peserta PT Jamsostek itu, perusahaan pertambangan, kontraktor dan industri rumahan.

Sesuai dengan undang-undang ketenagakerjaan, bagi perusahaan yang telah memperkerjakan karyawan sebanyak 10 orang dengan gaji Rp 1 juta, maka perusahaan tersebut wajib mengikutsertakan karyawannya menjadi peserta PT Jamsostek.

"Tetapi jika perusahaan tersebut tidak memenuhi hak normatif karyawannya, sesuai undang-undang nomor 3 tahun 1992 tentang ketenagakerjaan, sanksinya adalah penjara," ujarnya.

Ia menghimbau pada karyawan yang haknya dikebiri, hendaknya ia segera meminta perusahaan tempatnya bekerja mendaftarkan dirinya menjadi peserta PT Jamsostek.

"Hak mendapatkan jaminan kecelakaan, jaminan hari tua, jaminan kesehatan dan jaminan kecelakaan kerja adalah hak normatif yang harus diterima oleh semua karyawan," kata Tatang, Kepala Bidang Pemasaran PT Jamsostek. (ant)

Kayu Galam Makin Langka

 
Minggu, 30-03-2008 | 00:35:10

RANTAU, BPOST - Meningkatnya permintaan kayu bakar, seiring melambungnya harga minyak tanah, membuat warga Desa Hiung RT 2 Kecamatan Tapin Tengah, Kabupaten Tapin beramai-ramai berburu kayu bakar.

Warga yang hampir 90 persen penduduknya bertani dan mencari ikan ini menjadi pencari kayu di hutan galam, Tanjung Puting, Kecamatan Candi Laras Selatan, menggunakan kelotok (perahu bermesin tempel).

Namun karena banyak ditebang untuk pembukaan lahan bagi perusahaan kelapa sawit, kini warga sulit menemukan pohon galam.

Margono, warga setempat menuturkan untuk mencari kayu tersebut, perlu waktu sekitar enam jam.

"Tempatnya jauh, sekarang kita pulang pergi menghabiskan bensin tiga liter. Sedangkan galam yang berhasil dibawa cuma satu klotok atau seharga Rp 150.000. Itu pun diolah selama 3 hari," tuturnya.

Rukiyah (27), warga lainnya mengaku, sekarang permintaan kayu bakar kini meningkat, namun harganya tak berubah. Satu ikat ukuran kecil berisi 25 batang kayu galam yang sudah dipotong-potong kecil dijual seharga Rp 500. Sedangkan ukuran besar Rp 1.250.

Setiap hari ia dan suaminya bisa menghasilkan rata-rata sampai 100 ikat. Satu potong galam dengan panjang dua meter menghasilkan dua ikat kayu bakar ukuran kecil. Sedangkan yang ukurannya besar, satu batang galam hanya menghasilkan satu ikat.

Sebelum dipotong-potong untuk dijadikan kayu bakar, galam diikat dan dikeringkan dengan cara disusun di halaman rumah atau tepi jalan. "Menjualnya mudah, karena ada pedagang pengumpul yang sewaktu-waktu datang membeli. Tapi sekarang suami saya berangkat pagi pulang sore karena kesulitan mencari galam," katanya. (ck2)

Tambal Jembatan dengan Batang Kelapa

 
Jumat, 28-03-2008 | 00:40:30

PARINGIN, BPOST - Kerusakan jalan provinsi yang merupakan akses dari Kota Paringin ke Kecamatan Halong di Kabupaten Balangan kian memprihatinkan. Jalan poros sepanjang sekitar 35 kilometer, kondisinya rusak berat.

Aspalnya banyak terkelupas dan badan jalan penuh lubang. Bahkan ada bagian yang ambles sehingga badan jalan yang bisa dilewati tinggal separuh.

Kondisi badan jalan yang ambles itu terlihat di ruas Jalan Paringin-Halong, tepatnya di depan SDN Malihu, Desa Teluk Bayur. Jalan aspal di sana ambles sampai 30 sentimeter pada bagian terendahnya yang berbatasan dengan tebing sungai.

Menurut warga, amblesnya badan jalan itu sekitar empat bulan lalu. Sampai sekarang belum diperbaiki pemerintah. Padahal, jalan itu merupakan akses vital bagi warga, karena jalur terdekat dan paling sering digunakan saat keluar atau kembali ke Halong, Juai dan sekitarnya.

Ivan, warga RT 01 Desa Teluk Bayur menuturkan, amblesnya badan jalan karena tidak kuatnya siring penopang di samping badan jalan yang berbatasan dengan sungai. Kondisi tanah yang labil ditambah lalu lalang angkutan berat seperti puluhan truk pengangkut kelapa sawit dari PT Cakra yang setiap hari melintas menambah parah kerusakan jalan.

Selain badan jalan, kerusakan di ruas jalan provinsi itu juga terjadi pada sejumlah jembatan kayu di jalur tersebut.

Setidaknya ada sembilan jembatan kayu yang kondisinya memprihatinkan, mulai dari Paringin sampai ke Halong.

Selain ada yang tanpa pembatas di samping kiri dan kanannya, badan jembatan pun banyak yang bolong karena kayunya lapuk. Agar tetap dapat dilewati, warga bergotong royong menambalnya menggunakan kayu pohon kelapa atau ulin bekas yang diikat dengan rantai bekas.

Namun, justru banyak pengendara sepeda motor yang celaka, karena bannya selip saat melewati badan jembatan yang tidak rata.

Wakil Bupati Balangan, H Ansharuddin menyatakan, pemkab tak dapat berbuat banyak karena status jalan dan jembatan merupakan milik provinsi. (nda)