Label Cloud

Monday, December 25, 2006

Banjarmasin Lampu Kuning

Sabtu, 16 Desember 2006 01:56:41
* Anugerah Adipura 2007

Banjarmasin, BPost
Berbagai upaya membersihkan lingkungan telah dilakukan. Namun kenyataannya, Kota Banjarmasin masih berada dalam posisi kritis alias lampu kuning. Bukan mustahil Kota Bungas ini bakal kembali menyandang sebagai kota terkotor.

Hasil Penilaian Adipura Tahap I
Nama Kota Nilai Fisik Sebelumya

Martapura


64,28


58,24

Batulicin


63,16


54,35

Pelaihari


61,98


66,46

Banjarbaru


61,50


60,39

Kotabaru


59,98


57,53

Banjarmasin


59,53


61,93

Marabahan


58,90


53,16

Barabai


58,32


61,90

Kandangan


57,52


60,00

Paringin


55,91


62,51

Amuntai


55,87


58,42

Tanjung


55,21


60,87

Rantau


53,97


53,91

Sumber : Bapedalda Kalsel

Berdasar penilaian Tim Adipura periode September-Oktober 2006, yang dilansir Kepala Badan Pengendalian Dampak Lingkungan Daerah Kalimantan Selatan, Rachmadi Kurdi, Jumat (15/12) nilai Kota Banjarmasin merosot. Tapi uniknya, meski nilainya turun, dari 12 kota di seluruh Indonesia, Banjarmasin berada di posisi sembilan.

Sebagai gambaran, Kota Banjarmasin yang masuk kategori kota besar pada 2005/2006 mengantongi poin 61,93 saja dinobatkan sebagai kota terkotor. Apalagi kini nilai yang dikantongi hanya 59,53. Jelas ini mengkhawatirkan.

"Pada penilian tahap pertama Anugerah Adipura 2006/2007, nilai yang diperoleh Kota Banjarmasin hanya 59,53. Ini warning, agar semua pihak melakukan perbaikan. Masih ada kesempatan di penilaian tahap kedua," ungkapnya.

Pejabat yang diboyong Gubernur Kalsel Rudy Ariffin dari Pemkab Banjar ini menyarankan agar trotoar di jalan arteri seperti di Jalan A Yani dan Jalan Jafri Zam Zam difungsikan lagi. Caranya, dilakukan penertiban terhadap pedagang kaki lima.

Kemudian membersihkan pasar yang kondisinya masih kumuh, tidak ada drainase. Ini diperparah dengan tidak adanya penghijauan. Semua terlihat gersang.

"Kalau tidak ada pembenahan dari sekarang, bukan mustahil Banjarmasin kembali menjadi yang terkotor. Ada tiga kota yang bakal ditetapkan sebagai kota terkotor," tandasnya.ais

Copyright © 2003 Banjarmasin Post

Lestarikan Anggrek Meratus!

Jumat, 15 Desember 2006 01:19:48
Banjarbaru, BPost
Masyarakat adat Dayak Meratus kembali protes eksploitasi alam di wilayah mereka. Warga meminta anggrek alam,di kawasan Kecamatan Loksado, Hulu Sungai Selatan agar tidak dipetik, karena hutan merupakan napas hidup masyarakat adat.

Asnawi, tokoh adat dari Balai Malaris mengatakan, nilai jual tumbuhan ini memang cukup tinggi. Namun warga setempat tak pernah mengambilnya demi kepentingan kelestarian.

Sementara pengambilan oleh pihak luar semakin agresif tanpa memperhatikan dampak lingkungan. "Pilihan kami, anggrek alam Meratus boleh diambil jika pemanfaatannya jelas," tandas Asnawi, warga Dayak dari Balai Adat Malaris, Loksado.

Asnawi mewakili masyarakat adat dengan lantang menyuarakan larangan itu di hadapan puluhan peserta seminar bertema ‘Potensi Anggrek Alam Kalsel dan Sinergitas Antara Konservasi dan Bisnis di Aula Museum Lambung Mangkurat, Kamis (14/12).

Ia menyatakan sikap tegas itu harus ditetapkan karena banyak pengusaha memberikan penawaran tinggi,jika ada yang membawa anggrek dari Meratus.

Karena itu, lanjut Asnawi masyarakat Dayak, didampingi Yayasan Cakrawala Hijau Indonesia (YCHI) Banjarbaru bertekad membabat habis pola pengambilan dari habitatnya.

"Sebagai gantinya, harus ada pola baru pengembangan sinergis antara bisnis dan kelanjutannya,"katanya.

Masyarakat malaris telah melakukan pengelolaan konservasi. Mereka menetapkan kawasan perlindungan anggrek, berdasarkan kesepakatan lokal dalam pengelolaannya, seperti hukum adat. Untuk mengurangi tekanan populasi alam anggrek Meratus diperbanyak melalui pembibitan dan perbanyakan.

Pola ini tak sekadar memanfaatkan anggrek dari sisi jualnya, melainkan pengembalian ke alam. Setidaknya 20 persen hasil budidaya akan kembali. Selain upaya ini bisa meningkatkan pendapatan warga sekitar. niz

Copyright © 2003 Banjarmasin Post

Ancam Pesisir Kalsel

Kamis, 14 Desember 2006 02:41:04
STASIUN Klimatologi BMG Kelas I Banjarbaru menyatakan puting beliung yang menyerang 3 kecamatan di Kabupaten Banjar akibat pengaruh Siklon (badai) Utor. Sampai Selasa (12/12) malam siklon masih terlihat.

Forecaster BMG Irman Sonjaya memprediksi kejadian itu bisa terulang. Pasalnya, pola angin yang melewati Kalsel, didominasi pola Utara Selatan yang memiliki kontribusi memunculkan angin besar dengan gerak cepat.

Puting beliung mengancam pesisir Kalsel seperti Tanah Laut, Batu Licin dan Kotabaru. Angin bisa saja langsung merobohkan bangunan dengan kekuatan antara 35 sampai 40 knot. Kekuatan tersebut bakal lebih dahsyat lagi ketika melalui kawasan yang bebas hambatan. niz

Copyright © 2003 Banjarmasin Post

Ingin Lepas Kota Terkotor

Senin, 11 Desember 2006 02:08:17
Banjarmasin, BPost
Pemerintah Kota Banjarmasin bersama-sama warga terus melakukan aksi bersih-bersih untuk melepas predikat kota terkotor. Maklum, di bulan Desember ini Tim Adipura kembali datang melihat perkembangan kebersihan di kota ini. Tim Adipura yang melakukan penilaian terbagi dalam tiga tim yakni, lokal, regional dan nasional.

Sabtu (9/12) pagi, warga Kecamatan Banjarmasin Selatan bersama Wakil Walikota Alwi Sahlan membersihkan kampung Pekauman dan Kelayan Selatan. Mereka tampak begitu semangat.

Meski demikian. Kepala Badan Pengendalian Dampak Lingkungan Kota Hesly Julianto masih mengaku waswas. Sejumlah pasar tradisional, Pasar Sentra Antasari, fasilitas umum dan pedagang kaki lima, menjadi kendala tersendiri. Tempat-tempat itu belumlah bersih seperti yang diharapkan.

"Masih banyak yang harus dibenahi, terutama Pasar Sentra Antasari. Lokasi ini menjadi salah satu poin utama dalam penilaian," kata Hesly.

Hesly mengaku telah melayangkan surat yang isinya meminta pengelola Sentra Antasari untuk proaktif menangani sampah dan kebersihan di lingkungannya.

"Kami meminta agar pengelola tidak hanya memikirkan masalah keuntungan ekonomis semata, melainkan harus berperan serta dalam menyukseskan program pemerintah dalam masalah penanganan kebersihan," tegasnya.ck6

Copyright © 2003 Banjarmasin Post

41 Tahun Tabalong

Selasa, 05 Desember 2006 03:45:42
Kota Minyak Yang Andalkan Agrobisnis
TABALONG memang tak bisa dilepaskan dari kekayaan alamnya yang melimpah ruah. Setelah produksi minyak mulai menurun, kabupaten paling utara di Kalsel ini, mengandalkan batu bara dan agrobisnis untuk mendongkrak pendapatan daerah (PAD).Berikut wartawan Banjarmasin Post Herlina Lasmianti memaparkan hasil pembangunan di kabupaten ini.

HARI ini Tabalong genap berusia 41 tahun. Di usianya yang makin dewasa itu, Bumi Sarabakawa di bawah kepemimpinan Drs Rachman Ramsyi MSi tak henti-hentinya mencari terobosan untuk kemakmuran rakyatnya.

Rachman menyadari Tabalong tak bisa hanya mengandalkan kekayaan sumber daya alam, yang lambat laun pasti habis. Untuk itu dia bertekad menjadikan Tabalong sebagai pusat agrobisnis dan perdagangan.

Untuk mewujudkan obsesinya tersebut, berbagai prioritas pembangunan terus dilaksanakan. Baik bidang pendidikan dan kesehatan, infrastruktur jalan, jembatan, irigasi dan air bersih.

Tabalong dengan luas wilayah 3.946 kilometer persegi dengan jumlah penduduk 174.178 jiwa juga diarahkan pada pemberdayaan ekonomi rakyat, yakni mengupayakan agar perekonomian masyarakat berjalan dinamis.

Apalagi letak Tabalong cukup geografis strategis, berbatasan dengan Provinsi Kaltim, di bagian Selatan berbatasan dengan Kabupaten Hulu Sungai Utara dan bagian Barat dengan Provinsi Kalteng.

Beberapa misi pun mulai diterapkan untuk menjadikan Tabalong sebagai pusat agrobisnis dan perdagangan. Salah satunya melalui upaya peningkatan daya guna dan hasil guna penyelenggaraan pemerintahan untuk peningkatan mutu pelayanan kepada masyarakat.

Selain itu membina dan mengembangkan lembaga dan sumber daya manusia secara kreatif dan optimal, terutama sektor pertanian dan kehutanan, perhubungan (infrastruktur jalan dan jembatan), industri dan perdagangan, pendidikan serta kesehatan.

Bupati Rachman Ramsyi menyadari, untuk mewujudkan kepemerintahan yang baik memang perlu waktu. Secara bertahap sistem yang ada baik menyangkut birokrasi dan sebagainya akan ditata kembali.

Ada tiga pilar penyangga dalam mewujudkan kepemerintahan yang baik (good governance) untuk terciptanya pusat perdagangan dan agribisnis. Yakni pemerintah yang baik, dunia usaha yang baik dan masyarakat yang mendukung.

Wajar jika Tabalong yang sudah berusia 41 tahun pada 1 Desember 2006 ini sebagai ajang evaluasi terhadap pekerjaan yang telah dilakukan, termasuk pembangunan.

Sekretaris Daerah Drs Akhmad Bakhit bahkan menerjemahkan kepemerintahan yang baik dengan terwujudnya efisiensi dan efektivitas. Karena itu sistem yang ada saat ini akan diperbaiki secara perlahan, termasuk mewujudkan transparansi meski memerlukan waktu cukup panjang.

"Transparansi akan terwujud, namun perlu waktu panjang. Kita juga akan memperbaiki sistem yang ada secara bertahap guna mewujudkan pemerintahan yang baik, efektif dan efisien," ujar Sekda.

Tabalong merupakan pusat pengembangan Segitiga Emas menyusul adanya kerja sama di semua sektor antara Barito Selatan, Tabalong dan Pasir (Kalimantan Timur).

Sektor pertanian dan perkebunan menjadi prioritas yang harus segera dikembangkan, agar Tabalong bisa menjadi pusat perdagangan melalui potensi karet.

Awal 2007 mendatang, pabrik crumb rubber yang investasinya mencapai Rp100 miliar mulai beroperasi, begitu juga pabrik kelapa sawit (CPO) milik PT Astra.

Kepala Dinas Pertanian Tanaman Pangan dan Perkebunan Ir M Saleh menyebutkan, sampai saat ini sudah sekitar 990 hektare lahan karet yang diremajakan. Produksi bibit mencapai 2 juta setiap tahunnya.

"Potensi perkebunan kita seperti karet cukup besar. Itu menjadi modal untuk mewujudkan Tabalong sebagai pusat agribisnis dan perdagangan," ujar Saleh.

Potensi sektor pertanian dan perkebunan, padi mencapai 117.931 ton dengan luas lahan 40.476 hektare dan karet 25.727 ton dengan luas lahan 45.874 hektare.

Copyright © 2003 Banjarmasin Post

Sunday, December 24, 2006

Barambai Mengandung B3

Selasa, 28 Nopember 2006 03:01:35
* Batola dalam cekungan potensial migas

Batola, BPost
Lokasi semburan lumpur di Desa Kolam Kanan, Barambai, Batola, Kalsel bukan tempat yang baik dan aman untuk dikunjungi. Selain memproduksi lumpur dan air, sumur tersebut juga mengandung bahan beracun berbahaya (B3).

Dijelaskan Plh Kadistamben Kalsel Heryozani Dharma, Senin (27/11), berdasarkan hasil penelitian Distamben Kalsel bersama PT Arutmin Indonesia Satui, tepat di atas sumur Barambai tersebut terdeteksi CH4 (methana) 26,6 persen, CO (karbon monoksida) 5 PPm dan O2 (oksigen) 18,4 persen. Sedangkan, H2S (gas berbau sulfur atau belerang, Red) masih 0 PPm. "Yang harus diwaspadai secara serius adalah CH4 dan CO, karena berbahaya bagi manusia," ujar Yoyo, sapaan akrab Heryozani.

CH4, adalah gas yang mudah terbakar. Sedangkan CO adalah gas beracun yang tidak berwarna dan tidak berbau. Kalau terhirup dapat menimbulkan sesak nafas bahkan meninggal.

"Yang termasuk zona berbahaya hanya di sekitar pusat semburan. Di luar pusat semburan atau masih di dalam tanggul (50mx50m), tidak berbahaya. Karena persentase gas yang keluar sudah kurang atau terurai. Untuk CH4 turun menjadi 3,5 persen dan O2 meningkat menjadi 20,1 persen," jelas Yoyo.

Meski demikian, pintanya, lokasi sumur lumpur harus dijauhi. Untuk mengantisipasi hal-hal yang tidak diinginkan pihaknya telah meminta aparat mengisolir lokasi.

Pantauan BPost di lokasi, Senin (27/11), sumur masih menyemburkan lumpur setinggi 50-75 sentimeter, namun tidak ada penambahan volume lumpur.

Warga pun masih banyak yang mengunjunginya. Bahkan ada yang nekat melintasi police line.

Yoyo mengatakan menghentikan atau menutup sumur, mudah saja dilakukan dengan kayu, batu atau pasir.

"Hanya saja dalam penanganan gas ini kita harus sesuai protap. Kita harus hati-hati menangani gasnya. harus jelas gas apa saja yang muncul dari sumur itu kemudian sumbernya darimana," katanya.

Cekungan Barito

Yoyo pun mengungkapkan adanya dugaan gas yang keluar dari sumur lumpur Barambai adalah migas, mengingat Batola termasuk dalam Cekungan Barito.

"Di Kalsel terdapat dua cekungan atau tempat terdapatnya potensi sumber daya migas di dalam bumi. Cekungan Batola dan Cekungan Asam Asam yang sudah berproduksi. Batola masuk Cekungan Barito, tapi belum bisa dipastikan di dalamnya ada gas atau tidak, kita masih meneliti," ujar Yoyo.

Cekungan Barito membentang sepanjang sebelah Barat Pegunungan Meratus. Tepatnya dari Banjarmasin ke arah Utara hingga ke sebagian Kalteng. Sebaliknya, Cekungan Asam Asam adalah daerah di sebelah Timur Pegunungan Meratus.

"Nah, Batola terletak pada peta temuan potensi sumber daya mineral berjenis gas di Cekungan Barito tersebut. Namun, hingga saat ini belum ada kesimpulan yang menguatkan kalau Batola pun memiliki potensi migas," ujarnya.

Saat ini, hanya di Tanjung Raya, Tabalong saja yang mampu berproduksi. Hingga 2003 sudah ada 19,532 juta meter kubik migas yang dihasilkan. Sementara cadangan yang dapat diproduksi ada 27 juta meter kubik. mdn/niz

Copyright © 2003 Banjarmasin Post

Barambai Tak Menentu

Senin, 27 Nopember 2006 02:00:01
Banjarmasin, BPost
Aktivitas sumur yang menyemburkan lumpur bercampur gas di Desa Kolam Kanan, Kecamatan Barambai, Kabupaten Barito Kuala, Minggu (26/11) masih terus berlangsung. Bahkan, semburan sumur meningkat ketika air pasang pada dinihari sekitar pukul 02.00 Wita.

Semburan terlihat semakin deras dengan ketinggian sekitar 2,5 meter dibarengi suara gemuruh. Meski begitu, tidak terjadi penambahan volume air maupun lumpur di sekitar sumur. "Sangat dimungkinkan yang keluar dari sumur adalah gas," kata staf Distamben Kalsel, Sri Hargo.

Sementara rencana penutupan sumur menggunakan pasir urung dilakukan. Tim gabungan Distamben Kalsel dan PT Pertamina yang terus memonitor aktivitas lumpur ini, menilai penutupan dengan pasir tidak menyelesaikan masalah.

Selain itu, tim khawatir jika sumur ditutup akan memunculkan kawah-kawah baru. "Kita tak ingin mengambil risiko. Penutupan dengan pasir kita batalkan," ujar seorang anggota tim kepada BPost.

Hingga petang kemarin aktivitas sumur relatif stabil. Menurut Sri Hargo, ketinggian semburan berkisar 50 sampai dengan 75 sentimeter. Saat itu tidak terdengar gemuruh melainkan hanya riak-riak diselingi semburan berulang-ulang.

Dari pantauan BPost, akibat semburan kencang pada malam hari, bekas lumpur menempel di batang pohon kelapa yang berada persis di samping sumur.

Meski tidak ada penambahan lumpur yang signifikan, warga telah melokalisir sumur dengan membuat tanggul setinggi 1 meter. Di atas tanggul ditumpuk karung-karung berisi pasir.

Kepala Posko Satlak Penanggulangan Bencana yang didirikan tidak jauh dari lokasi sumur, Kasbi Sianipar mengatakan, tanggul itu sebagai langkah antisipasi. Mereka khawatir, lumpur yang keluar semakin banyak dan meluas.

"Memang dua hari ini tak ada penambahan lumpur dalam jumlah banyak. Tapi tidak ada salahnya tanggul kita siapkan lebih dulu," ujar Hasbi di posko bersama beberapa anggota TNI.

Sementara Pemkab Batola menyerahkan sepenuhnya penanggulangan lumpur kepada tim gabungan yang terus melakukan penelitian. "Karena kami tak memiliki instansi teknis (dinas pertambangan, Red). Kami hanya menyiapkan segala sesuatunya terkait dampak Lumba," jelas Kabag Humas Batola, Wawan Wahyuni.

Salah satunya, sebut dia, pihaknya mendirikan posko gabungan Kodim, Polri, Satpol PPP dan Orari lokal dan dapur umum untuk para relawan.

Pemkab Batola, aku Wawan, tak memiliki data tentang kandungan sumber daya mineral di perut bumi Batola. Apalagi, sebut dia, hampir 97 persen Batola terdiri dari rawa sehingga tidak memungkinkan adanya sumur gas atau minyak.

"Memang tahun 1975 silam pernah ada survei minyak, namun hingga kini hasilnya tidak pernah disampaikan ke Pemkab Batola," ungkapnya.

Bupati Eddy Sukarma sendiri masih menunggu hasil penelitian yang dilakukan Dinas Pertambangan Kalsel dan tim ahli geologi dari Departemen ESDM dibantu UGM, ITB dan ITS.

Larang Sumur Bor

Dinas Pertambangan dan Energi Kalsel meminta semua kegiatan pengeboran sumur di Batola dihentikan. Hal ini guna menghindari peristiwa itu terulang di wilayah lain.

"Kami mengimbau semua kegiatan pengeboran sumur di Batola segera dihentikan. Ini agar tak mengulangi kejadian lumba," kata Plh Kadistamben Kalsel, Heryozani Dharma.

Menurut Yoyo --sapaan akrab Heryozani yang juga Wakadistamben Kalsel-- langkah itu sekaligus menunggu temuan jenis gas dan kandungan apa dari dalam lumpur yang tersembur di Barambai.

Sampai saat ini, Pertamina belum bisa memastikan jenis gas yang terkandung di dalamnya. Alat pendeteksi gas milik Pertamina di Murung Pudak, Tabalong, tidak menunjukkan hasil memuaskan. Alat itu, sebut Yoyo, belum mampu menemukan jenis gas yang mendorong lumpur di dalam sumur bor di halaman rumah Ketut Tegal.

Sementara, sampel lumpur dan material di dalamnya sedang diteliti di laboratorium di Jakarta. "Diteliti untuk memastikan kandungan materialnya," kata Yoyo.

Namun dia kembali menegaskan gas yang keluar dari sumur tidak beracun. Memang, sumur berpotensi mengandung Nitrat yang berbahaya bagi mahluk hidup. Namun, gas yang keluar dari sumur belum ada mengandung Nitrat. "Kandungan zat kimia dalam gas yang keluar masih berada di bawah baku. Jadi aman bagi penduduk," terangnya.

Lokasi Ditutup

Fenomena lumpur menjadi daya tarik bagi warga untuk melihat dari dekat. Pantauan BPost, ribuan orang dari berbagai penjuru Kalsel bahkan Kalteng berdatangan hingga sore hari. Hal yang sama terjadi sehari sebelumnya, Sabtu (25/11).

Namun, kemarin, sekitar pukul 15.30 Wita, seorang pengunjung perempuan dari Kota Banjarmasin tiba-tiba jatuh menggelepar ketika mendekat ke garis polisi yang berjarak 25 meter dari sumur.

Wanita paro baya diketahui bernama Hj Jatiah tiba-tiba kesurupan. Matanya terpejam, sementara tangannya bergerak seperti memberi isyarat mengandung makna. Warga setempat berdatangan, sebagian ada yang membawa dupa.

Jatiah tampak ingin menyampaikan seseuatu. Setelah ditanya warga, perempuan itu mengeluarkan kalimat aneh dengan suara berdesis. Menurut seorang warga yang diucapkan Jatiah dalam bahasa Bali halus.

Warga yang asal Bali menerjemahkan bahwa jasad Jatiah sedang dirasuki penunggu sumur gas yang mengaku bernama Made dan Wayan.

"Kerajaan roh halus dari Bali kini sedang bekerja menutup sumur. Mereka minta lokasi dikosongkan dari pengunjung, karena lokasi berbahaya, dan itu mengganggu pekerjaan mereka," ujar Made Sukre, menerjemahkan kalimat yang disampaikan Jatiah.

Roh yang merasuki tubuh Jatiah, sebut Sukre, juga meminta sesajen ayam hitam, kelapa dan lainnya. Warga juga diminta sembahyang setiap Rabu selama 40 hari berturut-turut.

Setelah siuman, Jatiah tampak kebingungan. Wanita itu buru-buru dibawa rekannya ke tempat parkir sepeda motor. Tak lama kemudian, keduanya buru-buru meninggalkan lokasi.

Sukre dan warga lainnya mempercayai hal itu. Mereka lantas meminta aparat kepolisian membubarkan pengunjung. Warga bubar setelah petugas dengan menggunakan alat pengeras suara meminta mereka tidak berada di lokasi sumur.

"Jauh-jauh saya dari Banjarmasin ingin melihat, kok nggak boleh. Padahal, kata pemerintah tidak berbahaya," gerutu pengunjung yang secara berombongan datang dari Banjarmasin dengan mengendarai mobil pick-up itu.

Sementara para pemuda setempat menahan pengunjung dari di jembatan jalan masuk ke kampung. Mereka meminta pengunjung segera memutar haluan. "Lokasi sumur tidak boleh dikunjungi lagi. Kondisinya berbahaya," seru para pemuda itu. ais/niz

Copyright © 2003 Banjarmasin Post

Lumpur Barambai Meluber

Minggu, 26 Nopember 2006 02:37
Marabahan, BPost
Semburan lumpur yang menebarkan gas beracun di Desa Kolam Kanan, Barambai, Barito Kuala, Kalsel, memantik keresahan masyarakat setempat. Volume lumpur makin meningkat dan meluber dekat permukiman, Sabtu (25/11).
Lumpur Barambai - Semburan lumpur di Desa Kolam Kana, Desa barambai, Kabupaten Batola, hingga kemarin (25/11) masih berlangsung. Foto: BPost/Apunk

Warga cemas kalau semburan lempur semakin meluber seperti lumpur panas Lapindo di Sidoarjo, Jawa Timur. Apalagi, lumpur meluber dan mulai memasuki halaman rumah warga.

Soal kecemasan diungkapkan Arbainah (55), seorang guru SDN Kolam Kanan, yang rumahnya tepat di depan gang lokasi semburan. Meski hingga kemarin dia masih aktif mengajar, namun sejak mendengar adanya lumpur ‘mirip’ Lapindo di daerahnya, perasaan takut terus menggelayutinya.

Karena tidak mampu menahan beban pikiran, Arbainah dan beberapa warga mengeluh pusing-pusing. Mereka pun mendatangi posko kesehatan Kecamatan Berambai yang dioperasikan di salah satu ruangan kelas SDN Kolam Kanan.

"Setidaknya sampai hari ini (kemarin) sudah ada lima warga, termasuk Arbainah datang ke posko mengeluh pusing. Tetapi setelah kita periksa, pusing yang mereka alami bukan karena pengaruh gas yang ditimbulkan dari semburan lumpur," kata Sayid Setiadi, petugas posko kesehatan kepada BPost.

Menurut dia, pusing yang dialami warga diduga karena terlalu banyak membayangkan macam-macam yang akhirnya memacu tingkat stres secara berlebihan. "Maklumlah, karena tidak terbiasa menghadapi itu (lumpur) akhirnya terbayang macam-macam," jelasnya.

Sejak menyembur kali pertama, Rabu (22/11), aktivitas semburan lumpur bercampur gas di Desa Kolam Kanan, memang semakin meningkat. Bahkan, kata Kepala Desa Barambai Reben Widodo, luas pergolakan lumpur yang keluar (kemarin) sudah mencapai tujuh meteran.

"Bahkan, suara gemuruh bak ombak di pantai terdengar sampai radius 100 meter," ujarnya. Untuk menghindari terjadinya sesuatu, aparat memperlebar police line sekitar 250 meter dari pusat semburan.

Pantauan BPost, semburan lumpur masih berlangsung dengan ketinggian hingga dua meter. Kondisi itu memaksa warga membangun tanggul darurat setinggi satu meter dengan luas 50 x 50 meter persegi. Di atas tanggul darurat itu diletakkan karung-karung berisi pasir.

Pembuatan tanggul yang dilakukan warga bersama anggota TNI dan Polri itu untuk mencegah terjadi luberan lumpur ke kawasan pemukiman warga. Hal ini dikarenakan adanya peningkatan volume lumpur di sekitar lokasi semburan.

"Tanggul darurat itu akan ditinggikan jika semburan lumpur terus bertambah. Sementara ini jaringan listrik di sekitar lokasi semburan, yakni RT 10 juga diputus," kata Reben Widodo, Kepala Desa Kolam Kanan.

Wakil Gubernur Rosehan NB yang juga Ketua Harian Satuan Koordinasi Pelaksana Penanggulangan Bencana Kalsel meminta kepolisian dan TNI melarang warga memasuki daerah rawan semburan.

"Jika luapan lumpur semakin memburuk, seluruh warga yang berdekatan dengan lokasi lumpur harus dievakuasi," tandas Rosehan saat mengunjungi Desa Barambai.

Warga mengaku siap mengungsi bila ada anjuran dari pemerintah. Sebaliknya, l Desa Kolam Kanan yang lebih dikenal kampung Bali itu, kini ramai didatangi orang luar desa.

Selain pembuatan tanggul, warga Barambai yang mayoritas transmigran asal Bali pada 1977, Jumatkemarin, melakukan upacara ritual keagamaan di dekat semburan. Rabu (29/11) mendatang bersamaan perayaan Hari Galungan, warga kembali melakukan ritual tolak bala.

Dilarang Nyalakan Api

Sementara pihak Dinas Pertambangan Kalsel bersama-sama tiga ahli eksplorasi dari Badan Geologi, Departemen Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) masih terus melakukan penelitian dan pengambilan sample lumpur dan gas dari pusat semburan.

Pihak Distamben Kalsel sebelumnya menyatakan kandungan lumpur bercampur gas belum membahayakan. Kandungan lumpur di antaranya mengandung unsur S02 (Sulfur Dioksida), N02 (Nitrogen Dioksida), CO (Karbon Monoksida), NH3 (Amoniak) dan H2S (Hidrogen Sulfida).

"Kondisinya masih di bawah ambang batas dan belum termasuk berbahaya," kata salah seorang peneliti dari Distamben.

Tim ahli dari Badan Geologi Departemen ESDM sendiri masih melakukan pengambilan sampel dan pengukuran suhu pada lumpur gas tersebut. Sampel-sampel itu rencananya dibawa ke Jakarta untuk diteliti unsur-unsur kimianya.

Yang jelas, kata Plh Kadis Pertambangan Kalsel, Heryozani Dharma, semburan gas sangat berbahaya jika mengandung gas methana di antara unsur kimia lainnya. "Unsur methana ini, kalau ada percikan api bisa menimbulkan kebakaran," jelasnya.

Karena itu, pihaknya meminta warga tidak menyalakan api di dekat semburan lumpur bercampur gas tersebut. "Kita berlakukan larangan itu guna menghindari hal-hal yang tidak diinginkan," imbuhnya.

Heryozani ditemui di sekitar lokasi semburan lumpur gas, mengaku belum bisa memastikan penyebab terjadinya semburan itu. "Kami juga belum bisa memperkirakan kapan semburan lumpur gas itu berhenti," tukasnya.

Selain dari Badan Geologi Departemen ESDM akan segera tiba tim ahli dari Universitas Gadjah Mada, Jogjakarta dan Institut Teknologi Bandung.

Seperti diketahui semburan lumpur bercampur gas terjadi saat seorang warga Kolam Kanan, melakukan pencarian air bersih dengan pembuatan sumur bor sedalam 136 meter di dekat rumah Ketut Tegal, Rabu (22/11) lalu.

Mencegah semburan lumpur meluber ke permukiman warga, Dinas Pertambangan dan Pertamina berencana menutup kawah semburan dengan pasir. Tim menilai cara itu efektif untuk mencegah melubernya lumpur ke lahan pertanian dan permukiman warga. mdn/kcm/miol/ant

Copyright © 2003 Banjarmasin Post

Lumpur Barambai Menebar Racun

Sabtu, 25 Nopember 2006 02:36:35
Lumpur Barambai Menebar Racun

* Berbahaya dalam radius kurang 100 meter
* Jadi ‘Lapindo II’ bila sumur disumbat
* Geolog Banjarbaru yakin segera mampet

Marabahan, BPost
Kecemasan baru menggelayuti masyarakat Desa Kolam Kanan, Kecamatan Barambai, Barito Kuala, Kalimantan Selatan. Lumpur yang menyembur dari bumi Kolam Kanan, Jumat (24/11), menebarkan gas beracun.

Dinas Pertambangan Kalsel mengidentifikasi gas tersebut, jenis Nitrogen dari senyawa Nitrit (NO2). Senyawa kimia ini mampu membuat seseorang meninggal mendadak, apabila terhirup dalam jumlah besar atau kadarnya melebihi ambang batas.
Klik untuk memperbesar
Klik untuk memperbesar

Sifat gas ini cenderung mengikat oksigen. Begitu terhirup dan masuk dalam peredaran darah, maka oksigen dalam darah akan berkurang. Sistem peredaran darah pun terganggu hingga memicu kegagalan pernafasan (sesak nafas), lemas dan pingsan.

"Nitrit atau NO2 itu memang termasuk zat kimia beracun. Sifatnya lebih agresif atau berbahaya dibanding senyawa sejenisnya, Nitrat (NO3)," ujar Abdullah SSi MSi, ahli kimia dari Program Studi Kimia Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam (FMIPA) Universitas Lambung Mangkurat Banjarbaru, Jumat (24/11).

Nitrit mampu mengacaukan peredaran darah yang pada gilirannya mengganggu metabolisme tubuh. Gejala keracunan bisa dideteksi dari sesak nafas lalu pingsan, begitu susunan saraf pusat terganggu. Bahaya zat ini pernah membuat kelimpungan ratusan santri Al Falah Banjarbaru, Mei 2006 lalu.

Ketika itu kandungan Nitrit ditemukan dalam makanan basi yang dikonsumsi santri. Kini zat yang sama menyaput udara Desa Kolam Kanan. Abdullah menengarai Nitrit yang keluar dari lubang sumur bor sedalam 135 meter itu, merupakan hasil proses alamiah dari bercampurnya bahan-bahan organik yang membusuk dalam tanah.

Tebaran gas dari Nitrit ini patut diwaspadai, karena membahayakan jiwa manusia, bila kadarnya mencapai lebih dari ambang batas 0,1 PPm. "Itu sebabnya, warga kami imbau agar tidak lerlalu dekat pusat semburan. Minimal sekitar 100 meter dari lokasi semburanlah," kata Heryozani Dharma, Plh Kepala Dinas Pertambangan Kalsel.

Selain Nitrit, lumpur yang menyembur dari dalam tanah halaman rumah Ketut Tegal (60) itu, mengandung Asam Sulfida (H2S), Alumunium (Al), Amoniak (NH3), Sulfat (SO4), Klorida (Cl), Nitrat (NO3). Ditinjau dari sumber semburan yang berkedalaman 135 m, Heryozani meyakini material lumpur berada pada sedimen kuarter.

Setelah diteliti di laboratorium, sampel semburan lebih didominasi gas dibanding material lumpurnya. Sejak lumpur menyembur, Rabu (22/11) lalu, Dinas Pertambangan Kalsel menerjunkan dua petugas yang melakukan monitoring dan mengambil sampel tiga kali dalam sehari.

Dari hasil penelitian sementara, semburan lumpur diduga terjadi akibat tiga kemungkinan. Pertama, gas yang keluar merupakan hasil pembentukan di daerah gambut atau disebut gas mitan. Diperkirakan letak gas tersebut pada kedalaman 135 meter. Dugaan lainnya, daerah itu merupakan cekungan sedimentasi terkait pembentukan cekungan Barito.

Dugaan terakhir adalah gas muncul dari lapisan kedap air yang mendapat tekanan kuat dari bawah. "Kami belum bisa memastikan apa yang menyebabkan semburan gas tersebut. Di satu sisi, semburan itu menjadi berita kegembiraan kalau gas itu berupa gas alam, tetapi di sisi lain juga prihatin belum tahu bagaimana mengatasi atau menghentikan semburan tersebut," tutur Heryozani.

Semburan lumpur liar Kolam Kanan terus mengucur hingga pukul 14.00 Wita kemarin. Ketinggian semburan mencapai 1-2 m, lebih rendah dibanding semburan hari pertama setinggi pohon kelapa. Semburan kemarin juga tak lagi menyertakan material lumpur sebanyak semburan perdana.

Namun, justru gas beracun yang dominan. Mengantipasi kemungkinan buruk, aparat kepolisian memasang police line dalam radius sekitar 100 meter dari pusat semburan. Pengamanan ini dilakukan karena warga dari berbagai daerah di Kalsel berdatangan untuk menyaksikan fenomena alam tersebut. Apalagi, lubang bor yang semula hanya 1,5 inci, kemarin makin menganga, mencapai sekitar 5 meter persegi. Evakuasi

Wakil Gubernur Kalsel, Rosehan NB bersama Kepala Badan Kesbanglinmas Kalsel, Hadi Susilo kemarin meninjau pusat semburan ini. "Berdasarkan keterangan BTKL, gas dari sumur itu masih di bawah ambang batas. Jadi, udara setempat masih aman untuk manusia," tutur Hadi Susilo.

Seiring kunjungan Wagub Rosehan, datang kabar baik. Ahli Geologi Akademi Teknik Pembangunan Nasional (ATPN) Banjarbaru, Ir Syamsuri memprediksi semburan lumpur Barambai segera berhenti. Tekanan gas akan habis dalam hitungan hari.

Alasannya, galian sumur dari mata bor yang dibenamkan ke perut bumi relatif dangkal. Kedalaman 135 meter dari permukaan bumi, tidak membuat semburan lumpur sampai meluber hingga mengakibatkan lautan lumpur, seperti lumpur panas Lapindo Sidoarjo.

Menurut Ir Syamsuri, semburan lumpur Kolam Kanan hanya fenomena alam biasa. Akibat gangguan dari sekitar areal rawa atau zona gas terbentuklah jebakan gas yang membumbung tinggi, bak air yang disebut artesis.

Berpijak dari karakteristik rawa ini, Syamsuri menyarankan membiarkan lubang lumpur. Apalagi mencoba menutup lubang sumur atau dikenal penyuntikan. "Dampaknya akan parah, lumpur justru akan meluber ke mana-mana akibat labilnya tanah di areal sumur," jelasnya. ais/niz

Copyright © 2003 Banjarmasin Post

Abrasi Ancam Pantai Pagatan

Kamis, 23 Nopember 2006 01:36:57
Batulicin, BPost
Pantai Pagatan adalah satu di antara sejumlah objek wisata pantai di Tanah Bumbu dengan panorama yang indah sehingga mampu menyedot wisatawan baik lokal maupun asing.

Namun keberadaan pantai yang berada di Kecamatan Kusan Hilir ini tidak lagi seperti dulu, dimana kawasan pantainya sejuk karena banyaknya pohon. Pantai Pagatan yang berada di tepi jalan poros Banjarmasin-Batulicin itu mulai tergerus abrasi (pengikisan daratan).

Pantauan BPost, di Desa Beringin terlihat abrasi mulai mengenai kawasan pantai, tidak telihat ada tanaman pencegah abrasi baik pohon bakau, kelapa maupun braek water (pemecah gelombang) buatan.

Apabila gelombang pasang, air laut langsung menghantam daratan dan terjadi setiap waktu. Abrasi yang terjadi di pantai Pagatan ini tidak hanya terjadi di satu titik melainkan beberapa kawasan.

Afrullah, nelayan setempat menyebutkan, 10 tahun lalu badan jalan Banjarmasin-Batulicin jauh dengan pantai namun sekarang terasa dekat sekali. Jalannya tidak berubah, garis pantai yang semakin mendekati jalan raya khususnya jembatan Beringin di Desa Beringin.

Meski kurang mengerti soal abrasi, Afrullah mengaku khawatir apabila tidak ditanggulangi, sebab pengikisan pantai semakin parah dan bisa merusak pondasi jembatan yang terbuat dari kerangka baja tersebut.

Ombak pantai yang terjadi setiap hari terus mengikis sedikit demi sedikit kawasan Pantai Pagatan.

Apabila pemda maupun pemprov tidak segera mengambil tindakan dengan membuat siring buatan, abrasi di kawasan itu akan semakin meluas. "Jangan sampai jalan raya putus dan jembatan putus seperti di Sungai Lembu akibat kawasan pantai yang terus terkikis," kata Afrullah. dhs

Copyright © 2003 Banjarmasin Post

Sungai Tabonio Dikeruk Lagi

Selasa, 21 Nopember 2006 01:38:58
Pelaihari, BPost
Mengantisipasi kemungkinan kekritisan debit air pada musim kemarau tahun depan, Sungai Tabonio akan dikeruk lagi. Manajemen PDAM Pelaihari mengesampingkan keberadaan waduk eks pabrik gula.

"Saya telah mengusulkan kepada Bupati agar Sungai Tabonio dikeruk lagi. Ini penting untuk menjaga kecukupan debit air di musim kemarau di masa mendatang," tukas Plt Dirut PDAM Pelaihari H Dwi Wahatno Bagio BE SSos.

Pengerukan tersebut mendesak dilakukan mengingat tingginya tingkat sedimentasi (pendangkalan). Apalagi sekarang di bagian hulu sungai mulai marak penambangan bijih besi, selain penambangan emas rakyat yang telah berlangsung sejak puluhan tahun silam.

Sungai Tabonio sampai sekarang masih menjadi bahan baku utama PDAM Pelaihari. Sebagian bahan baku lainnya didapat dari air terjun Bajuin dan sumur artesis.

Sejumlah kalangan di Pelaihari sebenarnya menyarankan agar PDAM Pelaihari mencari sumber bahan baku lain. Ini mengingat kondisi Sungai Tabonio yang cenderung terus mengalami penurunan kuantitas dan kualitas.

Akibat tingginya tingkat kekeruhan di musim kemarau saja, biaya produksi berlipat ganda. Seperti kebutuhan tawas dari 50 kilogram menjadi 250 kilogram per hari. Belum lagi hasil lab yang memperlihatkan tingginya kadar Fe (besi) hingga jauh melampui ambang batas baku mutu.

Waduk eks pabrik gula milik PTPN XIII di Desa Ambungan Kecamatan Pelaihari banyak dirujuk oleh sejumlah kalangan sebagai alternatif bahan baku. Namun ini dikesampingkan oleh manajemen PDAM Pelaihari.

"Saya sudah lihat waduk itu. Itu juga tidak akan tahan jika kemarau panjang. Jadi, lebih baik menjaga dan mengamankan Sungai Tabonio saja. Apalagi IPA (instalasi pengolahan air) kita sudah ada di sana," sebut Wahatno.

Menurutnya Sungai Tabonio cukup dikeruk lagi sepanjang 5 kilometer, meneruskan kerukan 3 kilometer beberapa tahun silam. Selain akan menambah debit air dalam jumlah besar, juga akan mengurangi aktivitas penambangan emas.

"Jadi pengerukan akan memberikan dua manfaat sekaligus. Kita tidak perlu konfrontasi untuk mengatasi penambangan emas itu, tapi cukup dengan pengerukan. Jika air dalam, praktis mereka tidak akan bisa beraktivitas di sungai lagi," sebut Wahatno.

Bupati Tala Drs H Adriansyah saat jumpa pers dengan wartawan, pekan tadi menegaskan, dirinya menyetujui pengerukan kembali Sungai Tabonio.

"Saya juga berharap rehabilitasi jaringan PDAM tahun ini berlangsung lancar. Saya harapkan ini didukung penuh oleh semua pihak, karena ini demi memenuhi hajat orang banyak (masyarakat). Kita sudah bisa mengatasi keterbatasan telekomunikasi dan listrik, tinggal air yang belum," kata Aad. roy

Copyright © 2003 Banjarmasin Post

Tuesday, December 19, 2006

Musim Hujan Dongkrak Harga Karet

Kamis, 16 Nopember 2006 23:44:39
Banjarmasin, BPost
Datangnya musim penghujan sekitar akhir tahun 2006 sampai awal tahun 2007 diharapkan dapat menstabilkan harga karet dunia yang kini merosot. Harga karet yang sempat menyentuh angka 2 dolar AS per kilogram pertengahan 2006, kini turun 1,66 dolar AS per kilonya.

Direktur PT Insan Bonafide, Kodrat Syukur mengatakan, penurunan harga komoditas karet disebabkan ulah para spekulan yang membuat pasokan karet ke pasar dunia berlebihan sehingga harga tertekan. Ia berharap musim hujan tahun ini bisa menstabilkan harga karet.

"Memang benar seperti dikatakan Gapkindo Pusat, akan terjadi penurunan produksi musim hujan datang. Sebab saat hujan para petani kesulitan menyadap karet. Jika produksi turun pasokan ke pasar dunia juga akan sedikit ditekan, sehingga harga bisa naik lagi," katanya, Kamis (16/11).

Disebutkan Kodrat, harga karet yang ideal bagi pengusaha adalah 1,7 dolar AS sampai 2 dolar per kilogramnya. Karena harga yang terlalu rendah dari range tersebut akan merugikan pengusaha dan petani, sedangkan harga yang terlalu tinggi dari range itu akan memberatkan konsumen.

PT Insan Bonafide sendiri per bulannya mengekspor sekitar 2500 ton karet dalam bentuk SIR 20 ke Amerika Serikat, Jepang dan China. Terbesar adalah ke Amerika mencapai 50 persen dari total ekspor.

Produsen karet dunia sendiri saat ini masih dimonopoli Thailand, menyusul kemudian Indonesia dan Malaysia. Di mana secara berurutan kapasitas produksi per tahun kini mencapai 2,8 juta ton, 2,2 juta ton dan 1,1 juta ton.

Jumlah tersebut mengalami peningkatan sangat signifikan dibandingkan tahun 2002 yang hanya 2 juta ton di Thailand, 1,3 juta ton di Indonesia dan 700 ton di Malaysia. nda

Copyright © 2003 Banjarmasin Post

Friday, December 08, 2006

Riam Kiwa Tercemar

Jumat, 10 Nopember 2006 01:07:22
Martapura, BPost
Bapedalda Banjar mengakui, hasil pemeriksaan sampel air Sungai Riam Kiwa di sejumlah titik terindikasi tercemar.

"Dari hasil pemeriksaan sampel air Sungai Riam Kiwa yang dilaksanakan laboraturium perindustrian di Banjarbaru, ada dua zat yang signifikan melebihi ambang batas di air sampel," kata Kepala Bapedalda Banjar Ir Achmad Suprapto, Kamis (9/11).

Dua zat yang melebihi ambang batas berdasar ketentuan syarat standar kesehatan air sungai yang tertuang dalam SK Gubernur Kalsel No 28/1994, adalah raksa dan lemak/minyak.

Dalam ketentuan, zat raksa di setiap liter air paling tinggi 0,001, sedangkan lemak/minyak harus nihil atau tidak ada. Namun, di sejumlah titik ditemukan zat raksa dan lemak yang melebihi ambang batas, ungkapnya.

Sampel yang diambil di Pengaron menunjukkan raksa 0,044, Mataraman 0,057, Martapura 0,051 dan Sungai Tabuk 0,051. Dari data itu, kadar raksa terbesar dijumpai pada sampel air Sungai Riam Kiwa yang diambil di Pengaron.

Kandungan lemak/minyak di Pengaron ada 11, Mataraman 1, Martapura 2 dan Sungai Tabuk 0. Semestinya, kandungan lemak/minyak harus tidak ada agar memenuhi standar kesehatan air.

"Jika melihat ada kandungan raksa, ada kemungkinan terdapat tambang emas ilegal di kawasan hulu. Pasalnya, raksa ini biasanya digunakan untuk menghimpun butiran emas. Masalah ini tentu akan kita koordinasikan dengan Distamben Banjar untuk menentukan langkah selanjutnya," bebernya.

Adapun mengenai kandungan lemak/minyak, Suprapto mengatakan ada kemungkinan oli bekas yang dibuang secara sembarangan ke sungai.

Bina Lingkungan Hidup Indonesia (BLHI) Kalimantan menuding, pencemaran Sungai Riam Kiwa disebabkan ulah oknum warga yang menyebar potas untuk mengambil ikan di sungai.

"Berdasarkan laporan hasil penelitian sampel yang dilakukan Fakultas Kedokteran Unlam Banjarbaru, Sungai Riam Kiwa di kawasan Batang Banyu Kecamatan Sambung Makmur tercemar potas. Itu adalah bukti bahwa oknum warga sendiri yang mengakibatkan sungai tercemar," ujar Direktur BLHI Kalimantan Badrul Ain Sanusi.

Disinggung hasil sampel yang berbeda dengan Bapedalda, Badrul mengatakan bahwa hal itu bisa saja terjadi, tergantung dari mana sampel diambil.

Hal ini harus ditindaklanjuti dengan aksi nyata dari instansi pemerintah, agar air sungai yang menjadi kebutuhan pokok warga tidak tercemar lagi. Bapedalda dan Distamben Banjar mesti berani menertibkan pihak tertentu yang menjadi biang pencemaran, ujarnya. adi

Copyright © 2003 Banjarmasin Post

Friday, December 01, 2006

Belum Ada Rencana Relokasi Warga Desa Kolam Kanan

Rabu, 29 November 2006
Palangkaraya, Kompas - Hingga saat ini belum ada rencana merelokasi permukiman penduduk di sekitar lubang semburan lumpur bercampur gas di Desa Kolam Kanan, Kecamatan Barambai, Kabupaten Barito Kuala, Kalimantan Selatan. Itu karena frekuensi semburan cukup stabil dan volume materialnya tidak besar.

Air dan lumpur yang dimuntahkan juga terlihat keluar-masuk lubang semburan. Menurut Camat Barambai Taufik Hidayat, Selasa (28/11), hanya lima keluarga yang rumahnya berdekatan dengan lokasi semburan yang perlu diungsikan.

Lumpur dan gas menyembur dari lubang sumur galian air yang dibuat warga sejak Rabu pekan lalu. Untuk melokalisasi genangan, warga membangun tanggul dari karung berisi tanah dengan ukuran 50 meter x 50 meter setinggi 0,5 meter.

"Sambil menunggu kepastian hasil penelitian kandungan lumpur dan gas, kami melarang warga memasuki area sekitar semburan," ungkap Hidayat. Posko Satuan Pelaksana Penanganan Bencana juga didirikan di dekat lokasi.

Posko yang aktif 24 jam tersebut dijadikan pusat informasi bagi masyarakat sekitar agar tidak resah. "Kami coba menenangkan warga, apalagi kejadian semburan lumpur dan gas ini baru pertama terjadi sehingga banyak masyarakat bertanya-tanya," kata Taufik.

Personel yang berjaga di posko terdiri atas prajurit Tentara Nasional Indonesia, polisi, satuan polisi pamong praja, dinas pertambangan, dan warga. Posko didirikan sekitar 150 meter dari lokasi semburan.

"Dengan adanya posko ini, kami dapat cepat menginformasikan kepada masyarakat seandainya ada perkembangan baru," kata Taufik. Di sisi lain, masyarakat juga dapat langsung mendatangi posko seandainya ingin mengetahui berbagai informasi seputar semburan lumpur campur gas tersebut. (CAS)

Semburan Lumpur-Gas Masih Berlangsung

Selasa, 28 November 2006
Banjarmasin, Kompas - Semburan lumpur dan gas di Desa Kolam Kanan, Kecamatan Barambai, Kabupaten Barito Kuala, Kalimantan Selatan, hari Senin (27/11) masih berlangsung. Namun, aktivitas harian warga desa sudah mulai normal kembali.

Camat Barambai Taufik Hidayat mengatakan, semburan tersebut tidak lagi menghasilkan tambahan volume lumpur. Lumpur bercampur gas menyembur untuk pertama kalinya dari lubang sumur galian warga pada Rabu (22/11) pekan lalu.

Sejauh ini penghuni empat rumah diungsikan ke rumah tetangga atau kerabat yang ada di wilayah itu. Salah satu dari empat keluarga yang diungsikan itu adalah Ketut Tegal, warga yang galian sumur airnya menyemburkan lumpur tersebut. "Semburan lumpur dan gas itu belum mengkhawatirkan," kata Taufik.

Tunggu hasil penelitian

Dalam kesempatan terpisah, Pelaksana Tugas Kepala Dinas Pertambangan Kalsel Heryozani Dharma mengatakan, sampai kemarin belum ada kesimpulan dari penelitian terhadap sampel gas.

Sampel semburan diambil oleh Badan Geologi Departemen Energi dan Sumber Daya Mineral. "Kami menunggu hasil tersebut untuk memastikan apakah gas yang keluar tersebut berbahaya atau tidak," kata Heryozani.

Menurut dia, material semburan terutama terdiri dari gas ditambah lumpur yang jumlahnya lebih sedikit. Itu sebabnya sejak awal Dinas Pertambangan Kalsel telah menyurati Direktorat Jenderal Minyak dan Gas agar segera bertindak.

"Penanganan semburan gas itu bukan lagi urusan daerah, tetapi urusan instansi di lingkungan Kementerian ESDM," kata Heryozani. (FUL)

Semburan Lumpur di Kalsel Ada Unsur Gas

Sabtu, 25 November 2006
Banjarmasin, Kompas - Semburan lumpur di Desa Kolam Kanan, Kecamatan Barambai, Kabupaten Barito Kuala, Kalimantan Selatan, pada Jumat (24/11) siang masih setinggi satu meter hingga dua meter. Kini material yang disemburkan sebagian besar adalah gas dengan sedikit lumpur.

Untuk mengantisipasi terjadinya hal-hal yang buruk, warga diminta menjauh sekitar radius 100 meter di luar batas garis polisi yang dipasang di lokasi semburan.

Sementara itu, para petugas satuan koordinasi pelaksana (satlak) penanganan bencana Kabupaten Barito Kuala, polisi, dan petugas lainnya terus mengamankan lokasi semburan tersebut. Itu dilakukan karena warga dari berbagai daerah di Kalimantan Selatan (Kalsel) terus berdatangan untuk menyaksikan kejadian alam tersebut.

Setiap hari di dekat semburan lumpur, warga Desa Kolam Kanan juga melakukan ritual agama Hindu Bali untuk menolak bala. Mereka berharap semburan segera berakhir.

Semburan lumpur keluar dari sumur bor sedalam 135 meter yang digali di depan rumah seorang warga, Ketut Tegal, sejak Rabu lalu. Sumur itu dibuat untuk mencari air bersih.

Semburan lumpur tersebut sempat mencapai setinggi pohon kelapa. Akibat peristiwa itu, beberapa warga mengungsi karena khawatir rumahnya terendam. Dua rumah warga terpaksa dibongkar karena mulai tergenang lumpur.

Camat Barambai Taufik Hidayat mengatakan, meski volume semburan tidak bertambah dan lebih banyak gas yang keluar, diameter lubang bertambah. Awalnya lubang semburan sebesar pipa sumur bor, kini diameternya sekitar lima meter.

"Secara umum, perkembangan semburan liar itu tidak ada yang mengkhawatirkan, tetapi warga dari berbagai daerah terus berdatangan untuk melihat langsung semburan tersebut," kata Taufik Hidayat.

Sedimen kuarter

Menurut Pelaksana Harian Kepala Dinas Pertambangan Kalsel Heryo Zani Dharma, asal semburan masih berada pada sedimen kuarter—usianya relatif muda.

Hasil sampel deteksi dini yang diperiksa di laboratorium menunjukkan material gas jauh lebih banyak dibandingkan dengan lumpur.

Unsur kimia yang terbawa semburan adalah hidrogen sulfida (H>sub<2>res<>ressub<3>res<>res<), dan Nitrit (mengandung NO>sub<2>res<>res<). Nitrit perlu diwaspadai karena berbahaya bagi manusia jika kadarnya di atas 0,1 particle per million (ppm).

Saat ini kandungan nitrit masih di bawah 0,05 ppm. "Itu sebabnya, warga kami imbau untuk tidak terlalu dekat. Minimal sekitar semburan radius 100 meter diamankan," kata Heryo.

Sejak terjadi semburan, dua petugas dinas pertambangan terus memantau perkembangan dan tiga kali mengambil sampel setiap hari. "Agar perkembangan semburan bisa diketahui setiap saat," kata Heryo.

Tiga penyebab

Pada Jumat siang petugas dari Pertamina juga datang membantu. Dari Departemen Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) telah mengirimkan tiga ahli untuk meneliti semburan.

Heryo menjelaskan, ada tiga kemungkinan penyebab semburan. Dugaan pertama, gas merupakan hasil pembentukan di daerah gambut atau disebut gas methan. Diperkirakan letak gas tersebut ada pada kedalaman sekitar 135 meter.

Dugaan kedua, daerah itu merupakan cekungan sedimentasi yang berkaitan dengan pembentukan cekungan Barito. Dugaan terakhir, gas keluar dari suatu lapisan yang kedap air karena ada tekanan yang kuat di bawahnya.

"Kami belum bisa memastikan penyebabnya. Di satu sisi, semburan menjadi berita gembira kalau gas itu berupa gas alam. Di sisi lain, kami prihatin karena belum tahu bagaimana mengatasi atau menghentikannya," kata Heryo.

Dalam kesempatan terpisah, Syamsuri, Ketua Jurusan Teknik Pertambangan Akademi Teknik Pembangunan Nasional di Banjarbaru, menduga yang terjadi adalah semburan lumpur dan gas yang terperangkap dalam satu satu jebakan.

Jebakan itu berada dalam tekanan tinggi sehingga ketika ditembus mata bor langsung menghasilkan semburan yang tinggi. Tak heran jika yang keluar adalah lumpur dan gas.

Gas tidak ekonomis

Menurut Syamsuri, semburan tidak mengkhawatirkan dan diduga akan segera mati dengan sendirinya. Sebab, gas yang terperangkap itu volumenya tidak besar dan tidak ekonomis untuk dieksploitasi.

Daerah Kabupaten Barito Kuala sendiri sebenarnya memang termasuk daerah yang menghasilkan gas karena masuk dalam cekungan Barito. Namun, kantong-kantong gasnya sampai saat ini masih belum ekonomis untuk dieksploitasi. (FUL)

Semburan Liar di Barito

Jumat, 24 November 2006
Marabahan, Kompas - Akibat semburan lumpur yang mendadak keluar dari galian sumur bor, warga mengungsi karena khawatir rumah mereka akan ambles. Hingga kemarin sejumlah warga masih mengungsi.

Sumur bor yang digali sedalam 135 meter di depan rumah Ketut Tegal, warga Desa Kolam Kanan, Kabupaten Barito Kuala, Kalimantan Selatan, Rabu (22/11) pukul 16.00, tiba-tiba menyemburkan lumpur setinggi pohon kelapa yang ada di daerah itu.

Saat Kompas menyaksikan Kamis (23/11) siang, semburan tinggal sekitar satu meter. Lubang semburan yang semula seukuran pipa berdiameter 1,5 inci, sekitar empat sentimeter, melebar hingga 2 meter-3 meter.

Karena semburan tidak juga berhenti, warga khawatir lubang itu terus membesar. Rumah Ketut Tegal dibongkar oleh warga karena khawatir ambles. Rumah itu dan satu rumah lain tergenang lumpur setinggi mata kaki.

Desa itu didiami 20 keluarga transmigran asal Bali yang datang tahun 1971. Desa tersebut berjarak sekitar tujuh kilometer dari Marabahan, ibu kota Kabupaten Barito Kuala, sekitar 47 kilometer dari Banjarmasin. Kemarin desa itu ramai didatangi warga dari berbagai daerah. Lubang semburan sekitar 20 meter persegi diamankan oleh polisi.

Camat Barambai Taufik Hidayat menuturkan, banyak warga mengungsi karena semburan sempat setinggi puluhan meter. Kini lima keluarga masih mengungsi. Rumah mereka berjarak sekitar 25 meter dari lubang semburan. Tenda dan dapur umum didirikan, mengantisipasi kejadian ini akan berlangsung lama.

Keterangan dari Nyoman Suke (34), anak pasangan Ketut Tegal- Kadek Kundri, semburan lumpur terjadi setelah setengah jam empat pengebor sumur bekerja. Penggalian itu untuk mencari air bersih karena empat bulan terakhir mereka kesulitan air bersih—air di daerah itu asam.

"Saat kejadian terdengar suara gemuruh dan ledakan. Kami mengungsi karena tinggi semburan lumpur sudah di atas rumah," kata Kadek Kundri. Sebanyak 36 pipa paralon ukuran 3/4 inci— sekitar dua sentimeter—yang dimasukkan ke lubang juga terlempar keluar. Malam harinya, lubang semburan membesar sehingga satu mesin penyedot air tenggelam ke dalam lumpur.

Keempat pekerja dimintai keterangan oleh polisi. "Kami sudah tujuh tahun menjadi penggali sumur, namun baru kali ini bertemu semburan lumpur," kata Suparto. Tajuddin Noor, Kepala Subdinas Perwilayahan pada Dinas Pertambangan Kalsel mengatakan, belum tahu penyebab semburan dan masih menelitinya.

Dia menduga semburan ini tak berbahaya, beda dengan semburan lumpur panas di Kabupaten Sidoarjo, Jawa Timur, yang sumbernya di kedalaman 3.000 meter. (FUL)

Friday, November 24, 2006

Seribu Pohon Dekat Sungai Dibabat

Sabtu, 04 Nopember 2006 01:28:54
Pelaihari - Sesuai jadwal, dua eksekutif PT Kintap Jaya Wattindo (KJW) yakni DS dan TP, mulai menjalani persidangan di Pengadilan Negeri Pelaihari, Kamis (2/11). Keduanya didakwa sebagai pihak yang harus bertanggungjawab atas penebangan pohon dekat sungai di Desa Tebing Siring 3 Kecamatan Pelaihari.

Dalam dakwaannya, Jaksa Penuntut Umum (JPU) M Aini Arsyad SH didampingi M Aswadi Noor SH menyebutkan luasan hutan yang dibabat telah mencapai sekira 5 hektare. Jumlah pohon yang telah ditebang sekitar 1.000 batang dengan diameter 5-30 centimeter.

Penebangan pohon itu merupakan kegiatan KJW dalam memperluas perkebunannya. Pembukaan areal menggunakan alat berat berupa satu unit dozer yang dioperatori Suyatno. Aktivitas itu berdekatan dengan anak sungai yakni dalam rentang jarak hingga 50 meter.

Pepohonan yang telah dirobohkan lantas dirapikan dengan cara membenamkan ke dalam tanah. Selanjutnya ditutup dengan tanah atau dikumpulkan dan kemudian dibakar.

Perbuatan tersebut melanggar pasal 78 (2) jo pasal 50 (3) huruf c UU 41 tahun 1999 tentang kehutanan jo pasal 55 (1) ke-1e KUHP. Dalam hal ini, DS dan TP diidentifikasi sebagai pihak yang melakukan, menyuruh melakukan atau turut melakukan perbuatan dengan sengaja melakukan penebangan pohon dalam kawasan hutan dengan radius atau jarak sampai dengan 50 meter dari kiri kanan tepi anak sungai.

Pada persidangan perdana, Kamis (2/11) itu, DS dan TP didampingi kuasa hukumnya yakni Giyanto SH. Keduanya kembali akan menjalani persidangan lanjutan Rabu (8/11) mendatang dengan materi eksepsi (tanggapan atas dakwaan). roy
Copyright © 2003 Banjarmasin Post

Air Sungai Pandahan Menghitam

Sabtu, 04 Nopember 2006 03:53:16
Diduga tercemar limbah industri
Pelaihari, BPost
Sejak kemarau beberapa bulan lalu hingga kini warga Desa Pandahan Kecamatan Bati Bati kesulitan memperoleh air bersih. Sementara air sungai setempat tak layak lagi dimanfaatkan karena rasanya menjadi kalat dan berwarna kuning kehitaman.

Keberadaan sungai itu sendiri selama ini cukup vital bagi warga setempat. Setidaknya digunakan untuk mandi dan cuci. Bahkan tak sedikit yang memanfaatkan untuk air minum.

Melalui pemerintah desa, warga Pandahan meminta bantuan material kepada Pemkab Tala untuk menutup aliran air dari Guntung Manggis, Banjarbaru, yang bermuara di Sungai Pandahan. Permohonan tertulis telah disampaikan beberapa waktu lalu ditandatangi Kades dan Ketua BPD Zainal Ilmi.

Warga Pandahan meyaikini penutupan aliran air dari Guntung Manggis tersebut mampu mengatasi pencemaran yang terjadi. Pasalnya, sumber pencemaran Sungai Pandahan dipastikan berasal dari Guntung Manggis.

Sekedar diketahui, Guntung Manggis merupakan kawasan industri di Kota Banjarbaru. Sejumlah pihak menduga limbah industri beberapa perusahaan mengalir ke aliran sungai yang diantaranya mengalir ke Sungai Pandahan.

Zainal menuturkan pencemaran sungai di desanya selalu terjadi setuap tahun pada musim kemarau dan menjelang musim penghujan. Saat kemarau, air berubah menjadi asin akibat intrusi payau air laut. Rasanya menjadi kalat dan warnanya berubah kuning kehitaman ketika hujan mulai turun.

Pada musim penghujan, aliran air dari Guntung Manggis akan bergerak dan turun ke Sungai Pandahan. Air dari Guntung Manggis diperkirakan membawa gas atau zat-zat berbahaya dari limbah industri yang terus mengendap dan berakumulasi selama musim kemarau.

Pengalaman tahun-tahun sebelumnya, penurunan kualitas air Sungai Pandahan tersebut akan menyebabkan kematian populasi ikan. Biasanya ini terdeteksi bulan Desember yang ditandai mengapungnya jasad ikan. Bahkan saat ini populasi ikan di Sungai Pandahan dilaporkan mulai langka.

Dalam proposalnya, Desa Pandahan meminta bantuan ke Pemkab Tala senilai Rp9,2 juta. Ini untuk kebutuhan pengadaan material (kayu galam, karung, dan lainnya). Material ini digunakan untuk menutup aliran air dari Guntung Manggis di muara Sungai Pandahan. Lebar aliran 5 meter. roy
Copyright © 2003 Banjarmasin Post

Thursday, November 23, 2006

Metode Al-Banjari Dalam Memelihara Lingkungan

Senin, 30 Oktober 2006 01:03
Hal terpenting yang patut diamati dari usaha Al-Banjari dalam membuka perkampungan Dalam Pagar, Al-Banjari berhasil meletakkan tiga dasar penting dalam membangun masyarakat yakni pendidikan, keekonomian dan kemandirian.

Oleh: Zulfa Jamalie
Pelajar Universiti Utara Malaysia

Diskursus tentang lingkungan hidup menarik untuk dibicarakan dan dicermati. Terlebih di tengah berbagai persoalan kerusakan dan pencemaran lingkungan yang terjadi dewasa ini. Karena itu berbagai upaya untuk menumbuhkembangkan kesadaran masyarakat terhadap lingkungan menjadi sangat penting digagas. Salah satu di antaranya dengan pendekatan dakwah. Melalui model ini diharapkan dakwah hadir dalam format yang multidimensi.

Artinya, dakwah tidak hanya melulu membicarakan ajaran agama an sich, tetapi juga implikasi penting dari sejumlah ibadah dan perintah agama terutama yang khusus berkaitan dengan masalah lingkungan. Dengan model dakwah lingkungan diharapkan pula secara terarah mampu memotivasi masyarakat untuk mencintai dan mengelola lingkungannya dengan baik. Salah satu sumber yang bisa dielaborasi adalah gerakan dakwah lingkungan yang dilakukan ulama besar banua, Syekh Muhammad Arsyad al-Banjari.

Tulisan ini adalah sepenggal informasi yang disarikan dari hasil penelitian saya berkenaan Dakwah Lingkungan Al-Banjari. Diharapkan bisa menjadi media silaturahmi kepada pembaca BPost, terutama dalam rangka memperingati dua abad haul Syekh Muhammad Arsyad bin Abdullah al-Banjari, 5 Syawal 1427 H - 28 Oktober 2006.

Setelah diberikan tanah lungguh oleh Sultan Banjar, dibantu anak cucu dan menantu Al-Banjari menggarap dan membuka daerah itu yang kemudian dikenal dengan nama Kampung Dalam Pagar. Menurut saya, di sinilah aktivitas dakwah Islam berwawasan lingkungan mulai digiatkan oleh Al-Banjari. Paling tidak, kaitannya dengan pembukaan Kampung Dalam Pagar. Ada tiga tahapan penting yang dilakukan Al-Banjari: pembukaan lahan (kampung baru), pembangunan dan penataan bangunan; pemberdayaan lingkungan. Hal terpenting yang patut diamati dari usaha Al-Banjari dalam membuka perkampungan Dalam Pagar, Al-Banjari berhasil meletakkan tiga dasar penting dalam membangun masyarakat yakni pendidikan, keekonomian dan kemandirian.

Di Dalam Pagar pula kemudian Al-Banjari bersama anak menantu membangun surau dan tempat tinggal yang sekaligus difungsikan sebagai mandarasah (madrasah). Hal ini menjadi cikal bakal lahirnya sistem pendidikan secara kelembagaan di Kalsel, sebagaimana sistem pondok pesantren. Boleh jadi, inilah pesantren di Bumi Kalimantan.

Al-Banjari secara taktis juga memberi contoh kepada masyarakat bagaimana membangun rumah yang baik, berwawasan lingkungan dan berdasarkan hitungan yang matang dari segi lokasi maupun posisi sehingga terhindar dari hal yang tidak diinginkan seperti banjir, erosi, abrasi sungai atau gangguan binatang. Al-Banjari secara terarah menata permukimam dan Dalam Pagar menjadi kampong yang ramah lingkungan.

Al-Banjari juga seorang petani yang andal. Ini terlihat dari keberhasilan usahanya membuka persawahan dan perkebunan di Kalampayan, dekat Lok Gabang. Semula daerah ini merupakan lahan ‘rawa tidur’ yang sangat luas dan belum/tidak bisa dimanfaatkan karena selalu tergenang air. Untuk kepentingan masyarakat banyak serta dalam rangka meningkatkan taraf hidup mereka melalui usaha pertanian, Al-Banjari membuat saluran air sepanjang delapan kilometer.

Berdasarkan fakta itu, pada prinsipnya Al-Banjari berhasil membuka lahan (hutan) untuk tempat tinggal dan perkampungan baru (Kampung Dalam Pagar) dengan baik. Kemudian meletakkan kondisi dasar masyarakat yang sadar lingkungan dan perkampungan yang ramah lingkungan, yang bertumpu pada kehidupan keagamaan, pendidikan dan ekonomi. Bahkan Al-Banjari berhasil mengubah tanah mati dan lahan tidur menjadi produktif, memberikan manfaat dan keuntungan kepada masyarakat.

Bagaimana dengan kiprah kita? Mudah-mudahan kita dapat mengikuti jejak langkah dan perjuangan Al-Banjari dalam membangun dan memberdayakan masyarakat.

e-mail: zuljamalie@yahoo.co.id

Banjir Ancam Jorong * Pemecahan Sungai Asam Asam ditunda * Warga harus waspada

Sabtu, 28 Oktober 2006 01:44:10
Pelaihari, BPost
Warga Desa Asam Asam Kecamatan Jorong dan sekitarnya harus tetap waspada pada musim penghujan tahun depan. Musibah banjir kemungkinan besar masih mengancam menyusul penundaan rencana pemecahan sungai setempat.

Penundaan program fisik tersebut ditegaskan Kadis Kimprasda Tala H Anang Aderiani Basuni, Jumat (20/10).

"Program itu tidak memungkinkan terakomodasi dalam perubahan anggaran 2006. Jadi, akan kita anggarkan dalam APBD 2007 mendatang."

Seperti diwartakan beberapa waktu lalu, banjir cukup besar melanda dan menenggelamkan ribuan rumah warga Desa Asam Asam. Tidak hanya itu, beberapa titik jalan arteri nasional di desa setempat juga putus selama beberapa hari.

Mencegah terulangnya musibah serupa, disolusikan memecah sungai setempat. Dengan begitu luapan air dari gunung pada musim penghujan cepat turun ke laut sehingga tidak sempat menggenang dan meluapi permukiman penduduk.

Kala itu, Dinas Kimprasda berjanji secepatnya akan melaksanakan rencana tersebut. Ditargetkan terlaksana pada 2006 melalui anggaran biaya tambahan (ABT).

Ternyata, pembahasan ABT berlarut-larut dan baru disahkan pekan tadi. "Waktu yang tersedia tidak memungkinkan lagi, hanya dua bulanan. Padahal, proses lelang saja menelan waktu 40 hari," sebut Anang.

Pemecahan sungai Asam Asam, beber Anang, bukan pekerjaan sederhana yang bisa dilaksanakan dalam waktu singkat. Lebih dari itu merupakan pekerjaan cukup besar dan menelan biaya yang tidak sedikit di atas Rp100 juta. Karenanya harus melalui proses pelelangan.

Pejabat eselon II di Bumi Tuntung Pandang ini memastikan pemecahan sungai Asam-Asam tersebut akan menjadi prioritas dalam proyek fisik tahun depan. Karenanya Anang mengimbau warga Asam Asam tidak perlu khawatir.

Pihaknya sendiri bahkan telah membuat perencanaannya. Beberapa pekan pasca banjir beberapa waktu lalu, beberapa staf teknis Kimprasda langsung diterjunkan ke lokasi guna menentukan model dan pola pemecahan sungai yang paling tepat.

Model yang dibuat ketika itu yakni memecah Sungai Asam-Asam yang ada dekat lokasi persawahan. Areal persawahan ini sekaligus difungsikan sebagai penampung luapan air. Sebagian luapan air lainnya akan mengalir ke laut. roy

Copyright © 2003 Banjarmasin Post

Sunday, November 19, 2006

PARIWISATA

Sabtu, 11 November 2006

Samarinda, Kompas - Meski pengelolaan obyek wisata alam di Kutai Barat, Kalimantan Timur, telah melibatkan warga setempat, hasilnya belum optimal. Hal ini diperkirakan akibat kurangnya promosi. Karena itu, pemerintah setempat akan melibatkan diri secara aktif.

Kepala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kutai Barat Stanislaus Liah mengungkapkan hal itu di Sendawar, Kamis (9/11) malam.

Obyek wisata, terutama air terjun, yang dikelola warga, antara lain ada di Jantur Menarung dan Kampung Ombau Asa, Kecamatan Barong Tongkok. Warga menjaga dan menarik retribusi dari pengunjung. Tarif retribusi Rp 1.000 hingga Rp 2.000.

Namun, tarif tersebut tidak mutlak berlaku. Satu mobil berisi delapan orang, misalnya, pernah dimintai Rp 4.000. Harga yang sama juga dibayar oleh dua pengunjung bersepeda motor.

Selama ini hasil retribusi digunakan untuk berbagai keperluan warga, seperti membiayai perbaikan jalan kampung atau penyelenggaraan acara adat. Perawatan dan pembangunan fasilitas obyek wisata ditanggung pemerintah kabupaten.

Kondisi ini, kata Liah lagi, membebani keuangan pemerintah daerah karena tidak ada pemasukan dari retribusi. Karena itu, pemerintah kabupaten berencana memungut sebagian hasil retribusi. "Pengelolaan obyek wisata tetap melibatkan warga agar mereka dapat manfaat," katanya.

Agar pengelolaan pariwisata lebih optimal, lanjutnya, pemerintah mempersiapkan sejumlah peraturan tentang cara pengelolaan beserta retribusinya. Pemerintah setempat ingin pariwisata menjadi satu sektor penghasil pendapatan asli daerah utama, selain tambang.

Kabupaten berpenduduk 156.000 jiwa itu memiliki 20 air terjun. Beberapa air terjun bahkan potensial dimanfaatkan untuk pembangkit listrik tenaga mikrohidro. (BRO)

Saturday, November 18, 2006

430 Warga Diare, Delapan Meninggal

Selasa, 07 November 2006
Banjarmasin, Kompas - Dalam dua bulan terakhir, 430 warga di Kalimantan Selatan terserang diare. Sebanyak delapan di antaranya meninggal karena kondisinya sudah buruk saat dibawa ke rumah sakit atau puskesmas.

Warga terserang diare karena mereka mengonsumsi air yang tidak layak minum. Di samping itu, ada juga yang mengonsumsi air sungai tanpa merebusnya dengan baik.

"Mereka terpaksa. Sebagian besar sumber air di daerah itu kotor akibat kemarau berkepanjangan," kata Kepala Dinas Kesehatan Kalimantan Selatan (Kalsel) Rosehan Adhani di Banjarbaru, Senin (6/11).

Ratusan warga yang menderita diare itu tinggal di tiga kabupaten, yaitu Hulu Sungai Selatan, Hulu Sungai Utara, dan Hulu Sungai Tengah. Di Hulu Sungai Selatan tercatat 378 penderita, empat di antaranya meninggal dunia.

Sementara di Hulu Sungai Utara, satu dari 52 penderita meninggal dunia. Dinas Kesehatan belum memiliki data jumlah penderita diare di Hulu Sungai Tengah, tetapi diketahui tiga warga meninggal karena penyakit tersebut.

Desa terparah

Di Hulu Sungai Selatan, ungkap Rosehan, serangan diare yang terparah menimpa Desa Tambangan, Kecamatan Daha Selatan.

Sampai Jumat pekan lalu, masih ada 19 penderita yang dirawat di puskesmas. Sementara di Hulu Sungai Utara, 40 penderita masih dirawat.

Rosehan berpendapat, warga sesungguhnya tahu akan risikonya jika mereka mengonsumsi air yang tidak layak minum. Namun, sebagian besar terpaksa melakukannya—termasuk tidak merebus air sampai matang—karena keterbatasan dana.

Di daerah-daerah itu, harga minyak tanah mencapai Rp 5.700 per liter. Kayu bakar yang menjadi bahan bakar alternatif juga sulit ditemukan.

"Yang memprihatinkan, kadang air tersebut hanya mereka saring atau endapkan, setelah itu langsung diminum tanpa direbus lebih dahulu," kata Rosehan menambahkan. (FUL)

Sunday, November 12, 2006

"Tabat" di Kawasan Rawan Terbakar Diperbanyak

Senin, 30 Oktober 2006
Palangkaraya, Kompas - Organisasi konservasi lingkungan, WWF-Indonesia, yang merupakan mitra Balai Konservasi Sumber Daya Alam Kalimantan Tengah, memperbanyak jumlah tabat pada kanal-kanal kawasan gambut Taman Nasional Sebangau yang mudah terbakar. Tabat adalah bendungan kayu yang dapat membuat kawasan gambut tetap basah dan lembab.

"Kami sudah membuat empat tabat di kanal Sebangau Sanitra Indah, enam di sekitar Sungai Simpang Kiri dan Simpang Kanan," kata Pemimpin Proyek WWF-Indonesia Kalteng Drasospolino, Minggu (29/10).

Tabat mencegah air yang dikandung tanah gambut terkuras ke dalam kanal atau parit. Fungsi tabat dalam mencegah kebakaran gambut sudah terbukti di sekitar kanal Sebangau Sanitra Indah (SSI). Kanal tersebut membentang 24 kilometer dari tepian Sungai Sebangau ke dalam kawasan hutan TN Sebangau.

Tahun lalu, dua tabat dibangun pada kanal SSI Kilometer 1 dan KM 10, yang masuk kawasan Sebangau di Kabupaten Pulang Pisau. Pada Agustus 2005, ketika terjadi kebakaran di kawasan SSI, daerah di sekitar tabat tersebut tidak ikut terbakar.

"Tahun ini kami membangun lagi dua tabat di Kilometer 3,5 dan KM 6. Terbukti gambut di sekitar tabat-tabat tersebut tidak lagi terbakar," ujar Drasospolino.

Ketika mengunjungi TN Sebangau awal bulan ini, Kompas menyaksikan lahan gambut di sekitar tabat SSI sudah ditumbuhi semak dan perdu.

Tahun depan, WWF merencanakan membangun lagi dua tabat untuk menjaga kelembaban gambut di kiri-kanan kanal SSI.

"Biaya pembuatan tabat tergantung ukuran. Tabat di kanal yang lebarnya 1,5 hingga dua meter butuh biaya kurang dari Rp 10 juta. Namun, biaya pembuatan satu unit tabat di kanal SSI yang lebarnya 9 meter butuh sekitar Rp 80 juta," tutur Drasospolino.

Rawan terbakar

Hutan Sebangau luasnya 568.700 hektar dan mencakup tiga kabupaten/kota, yakni Katingan, Pulang Pisau, dan Palangkaraya. Areal hutan itu merupakan ekosistem rawa gambut dengan ketebalan tanah gambut tiga meter hingga 10 m. Saat kering, kawasan itu rawan terbakar.

Di Sebangau terdapat 166 jenis flora, termasuk yang dilindungi seperti ramin (Gonystilus bancanus), jelutung (Dyera costulata), dan belangeran (Shorea belongeran). Selain itu, juga ada 116 jenis burung, 35 jenis mamalia, dan 36 jenis ikan. Juga terdapat sekitar 6.200 orangutan (Pongo pygmaeus), di samping bekantan (Nasalis larvatus) dan bangau tong-tong (Leptoptilus javanicus).

Kalsel

Di Kalimantan Selatan, hujan yang mengguyur sebagian kota dalam beberapa hari terakhir belum mampu mengatasi kabut asap. Pencemaran asap di Banjarmasin dan sekitarnya masih dikategorikan membahayakan kesehatan.

Pada Minggu (29/10) di sekitar jalan penghubung Banjarmasin-Banjarbaru, sejumlah kawasan masih terbakar. Api masih terus membara karena diduga masih ada warga yang membuka lahan seusai berlebaran.

Kabut asap tebal, terutama pada malam dan pagi hari. Jarak pandang di Kecamatan Kertak Hanyar dan Gambut, misalnya, hanya berkisar 100 m hingga 500 m.

Kabut asap juga menyelimuti jalan Trans-Kalimantan poros Kalsel-Kalimantan Timur, terutama terjadi di Kabupaten Tapin, Hulu Sungai Selatan, dan Hulu Sungai Utara. Asap menebal terutama pada sore hari.

"Biasanya pembakaran untuk membuka ladang ada di dua daerah, yakni di pegunungan oleh peladang, dan rawa lebak oleh petani rawa," ungkap Akhmad Rijali Saidy, staf pengajar Fakultas Pertanian Universitas Lambung Mangkurat, Banjarbaru.(CAS/FUL)

Angkutan Sungai Lumpuh

Kamis, 26 Oktober 2006
Palangkaraya, Kompas - Walau hujan sudah sesekali turun, dua sungai besar di Kalimantan, Kapuas dan Kahayan, masih surut. Di Kahayan, Kalimantan Tengah, dua bulan terakhir ini angkutan sungai antara Palangkaraya dan Kuala Kurun lumpuh.

Kini, hubungan antara Palangkaraya dengan ibu kota Kabupaten Gunung Mas mengandalkan jalan darat sepanjang 180 kilometer (km). Ironisnya, jalur darat yang bergelombang dan tidak beraspal baik itu tidak bisa diandalkan pada musim hujan.

Berdasarkan pantauan Kompas, Rabu (25/10), selisih tinggi permukaan Kahayan masih empat meter di bawah tinggi permukaan pada musim hujan. Panjang Sungai Kahayan 600 km, dan 500 km di antaranya dapat dilayari.

Sungai dengan kedalaman rata-rata tujuh meter ini berhulu di Gunung Mas. Dengan lebar sungai rata-rata 450 meter, Sungai Kahayan melintasi Palangkaraya dan Kabupaten Pulang Pisau sebelum bermuara di Laut Jawa.

Kemarau ini, lebar Kahayan yang melintasi Palangkaraya menyusut menjadi 100 meter. "Kedalaman sungai di banyak tempat kurang dari satu meter sehingga motoris enggan membawa penumpang," kata Yosef, motoris yang selama 65 hari tidak berani membawa penumpang.

Apabila dipaksakan, speedboat yang dia bawa bisa kandas di dangkalan lumpur dan pasir. Penumpang pun, kata Yosef, banyak yang takut menggunakan speedboat dan memilih menggunakan mobil angkutan umum.

Adhian, warga Kuala Kurun, menuturkan, jalan Palangkaraya-Kuala Kurun sangat licin dan kendaraan rawan tergelincir atau amblas dalam lumpur saat musim hujan. Namun, kemarau ini, jalan itu mudah dilalui, baik mobil maupun sepeda motor.

Tarif dan waktu tempuh antara mobil angkutan umum dan speedboat di rute Palangkaraya-Kuala Kurun bersaing. Tarif mobil Palangkaraya-Kuala Kurun Rp 100.000 per penumpang dengan waktu tempuh lima jam, sedangkan tarif speedboat Rp 120.000 selama empat jam perjalanan.

Adapun Sungai Kapuas masih surut meski hujan turun di sebagian wilayah Kalbar dalam beberapa hari terakhir. Bagian Kapuas yang surut ada di Kabupaten Sanggau dan Kapuas Hulu.

Bagi warga Pontianak di bagian hilir sungai, imbas penyurutan sungai adalah masih payaunya air PDAM. Ini terjadi akibat intrusi air laut, yang memasuki Sungai Kapuas pada malam hari.

"Di Sanggau, lebar Kapuas tersisa 50 persen (50-70 meter). Dua hari terakhir memang turun hujan, tetapi hanya sekitar 30 menit saja," ungkap Yuliantini, penduduk Kabupaten Sanggau.

Transportasi sungai di kawasan itu belum normal. Hanya kapal cepat ukuran kecil yang dapat beroperasi. Di Putussibau, Kapuas Hulu, Sungai Kapuas belum normal. Dasar sungai tampak di beberapa tempat. (CAS/RYO)


Search :










Berita Lainnya :

·
Bandar dan Pengedar Dibekuk di Ende
·
Mendapat Remisi, Terpidana Mujarod Bebas
·
Cuaca Cerah di Daerah Palangkaraya dan Pontianak
·
Bandara SMB II Ditutup Lagi
·
Kekhawatiran Itu Kembali Menjadi Kenyataan
·
Bebas, Sumanto Jalani Terapi di Ponpes
·
Angkutan Sungai Lumpuh
·
Perekonomian Babel Bakal Melambat
·
Bandara Baru Juanda Surabaya Dioperasikan
·
Perahu Wisata Tenggelam, 5 Tewas
·
Kilas Daerah

KABUT ASAP

Kamis, 26 Oktober 2006







Palangkaraya, Kompas - Warga Palangkaraya, Kalimantan Tengah, dan Pontianak, Kalimantan Barat, leluasa menikmati dua hari Lebaran. Hujan lebat yang mengguyur kedua kota itu menyingkirkan kabut asap yang sebelumnya terus mengganggu aktivitas warga.

Hujan lebat turun di Palangkaraya pada Minggu malam hingga Senin (23/10) pagi. Kabut asap yang selama beberapa pekan menyelimuti, mulai tipis. Jarak pandang, Rabu (25/10), sekitar 500 meter-1.000 meter. Sebelumnya, seringkali kurang dari 50 meter.

Di Pontianak, hujan deras mengguyur selama Idul Fitri, Selasa dan Rabu (25/10), menyebabkan asap menghilang dan jarak pandang mencapai satu setengah kilometer.

Cuaca cerah dua hari Lebaran ini dimanfaatkan warga untuk berkeliling kota, termasuk bersilaturahmi ke rumah kerabat.

Meski demikian, udara di Palangkaraya masih tercemar dan dalam indikator sangat tidak sehat pada Indeks Standar Pencemaran Udara (ISPU). Berdasarkan Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup, terdapat lima kategori ISPU.

ISPU dalam poin 0-50 dikategorikan baik, 51-100 sedang, 101-199 tidak sehat, 200-299 sangat tidak sehat, dan 300 ke atas masuk kategori berbahaya. Demikian diungkapkan Kepala Unit Pelaksana Teknis Laboratorium Lingkungan, Badan Pengendali Dampak Lingkungan Daerah Kota Palangkaraya Andre Manurung.

Mulai Oktober

Badan Meteorologi Palangkaraya, kemarin, memperkirakan, musim hujan di Kalteng mulai Oktober ini, diawali dari bagian utara, seperti Kabupaten Murung Raya, disusul kabupaten-kabupaten di daerah tengah dan selatan, seperti Barito Selatan dan Kabupaten Pulang Pisau.

Kepala Subdinas Perlindungan dan Pengamanan Hutan, Dinas Kehutanan Kalteng, Andarias Lempang, berharap hujan akan memadamkan kebakaran lahan yang sejauh ini sulit dikendalikan. "Pemadaman secara manual ataupun bom air selama ini terbukti belum mampu mengatasi kabut asap akibat lahan yang terbakar. Pemadaman yang tidak tuntas justru menebalkan asap yang mengepul," kata dia.

Bencana asap di Kalteng pada tahun 1997 dan 2002, hujan juga menjadi faktor yang mengakhiri bencana tersebut.

Sementara itu, Direktur Eksekutif Wahana Lingkungan Hidup Indonesia Kalteng, Satriadi, terus mendesak pemerintah untuk memerhatikan warga yang terganggu kesehatannya akibat kabut asap.

Data Dinas Kesehatan Palangkaraya menyebutkan, jumlah penderita infeksi saluran pernapasan atas di Palangkaraya, pekan lalu, 1.763 orang. Jumlah itu didapat dari pasien di puskesmas, belum termasuk pasien yang berobat ke tempat lain. (CAS/RYO)

Friday, November 10, 2006

Warga Konsumsi Air Eks Tambang

Sabtu, 07 Oktober 2006
Banjarmasin, Kompas - Berbagai gejala kekeringan melanda sejumlah daerah menyusul musim kemarau yang belum berakhir. Warga sejumlah desa di Kabupaten Balangan, Kalimantan, sebulan terakhir ini, terpaksa mengonsumsi air dari kolam-kolam bekas tambang batu bara PT Bantala Coal Mining.

Warga Ambiyang, Piyait, dan Tundakan di Kecamatan Awayan itu harus berjalan dua kilometer untuk mencapai kolam bekas tambang tersebut. Mereka tidak peduli akan kebersihan dan keamanan air di kolam-kolam itu.

Air itu dipakai untuk minum, masak, mandi, dan mencuci karena sungai dan sumur yang ada di desa itu kering kerontang. "Kami sudah melaporkan ini kepada Bupati Balangan," kata Hamsi, warga Ambiyang, Jumat (6/10).

Bupati Balangan Seffek Effendi mengatakan, pemerintah kabupaten tengah menyiapkan bantuan berupa bak penampung air. Air bersih akan dipasok dari Perusahaan Daerah Air Minum Balangan dengan truk tangki.

"Untuk jangka panjang, kami akan memberikan penambahan pipa pompa air agar tak perlu mengambil air dari lubang bekas tambang," ujar Seffek. Krisis air juga terjadi di pinggir Kecamatan Paringin. Warga membeli air bersih dari PDAM Rp 40.000-Rp 50.000 per tangki isi 3.000 liter.

Di Banjarmasin, butuh dana Rp 32 miliar untuk membuat waduk penampung air dan membuat jaringan pipa. Saat ini, 15.000 calon pelanggan belum terlayani air bersih dari PDAM Bandarmasih, Banjarmasin.

Direktur Umum Bandarmasih, Zainal Arifin, mengatakan, dana diharapkan bersumber dari PDAM, bantuan APBN, APBD Kalsel, dan APBD Banjarmasin. "Di kedua kelurahan itu kondisi air Muara Sungai Barito (yang diandalkan warga) juga tak layak karena terintrusi air laut," katanya. Selama kemarau ini, lanjut Zainal, hanya satu pipa pengambilan air baku (intake) milik Bandarmasih yang dimatikan, karena air Sungai Martapura kadar garamnya tinggi sekali. Ada dua intake untuk pengolah air.

Sementara itu di Kalimantan Barat, Sungai Kapuas surut sehingga angkutan sungai tidak bisa mencapai daerah hulu. Penduduk kota Putussibau, Kabupaten Kapuas Hulu, hanya dapat mengandalkan perahu kecil.

Kompas mencatat, Sungai Kapuas juga surut pada awal kemarau. Pertengahan September debit air sempat normal karena hujan kerap turun. "Masyarakat Putussibau bisa bermain bola di tepian Kapuas. Warga beramai-ramai mandi di sungai," kata Kamin. Dalam kondisi normal, lebar sungai Kapuas 200 meter. Kini mereka bisa jalan kaki di atasnya. Selain kering, kini kabut asap juga menyelimuti sungai.

Kompleks Danau Sentarum—ada sekitar 30 danau kecil—juga surut airnya. Sentarum terletak sekitar 700 km timur laut Pontianak. Peneliti Center For International Forestry Research (CIFOR), Elizabeth Linda menginformasikan, kedalaman danau tinggal empat meter dari antara 8-10 meter saat normal. Danau ini menyerap 25 persen air Sungai Kapuas dan di musim kemarau, 50 persen air Sungai Kapuas berasal dari Sentarum.

Hampir kering

Air di sumber air dalam goa di Dusun Tlagawarak, Desa Giripurwo, Kecamatan Purwosari,Kabupaten Wonogiri kini makin susut karena makin banyak warga yang mengambil air akibat kemarau panjang. Sumber air Goa Pego yang biasanya sedalam satu meter kini dalamnya tinggal setengah mata kaki.

Untuk mengisi satu jeriken 30 liter, butuh waktu sekitar 30 menit. Warga kini terpaksa membeli pada penjual air tangki keliling, dan andalkan bantuan donatur.

"Dulu kami masih bisa mengambil tiga hingga empat jeriken air sehari. Tapi, karena semakin banyak warga yang butuh, air semakin susut," kata Ngadilah, warga Kamis (5/10). Untuk mengambil air dia harus antre sekitar tiga jam. Kondisi serupa terjadi di mata air Goa Kaligede, Dusun Gubar, Desa Giripurwo.

Sabtu (7/10) ini, Pemerintah Kabupaten Gunung Kidul akan mendistribusikan bantuan air gratis tahap dua kepada masyarakat yang kekeringan, golongan ekonomi lemah. Melalui APBD Perubahan Tingkat II, anggaran bantuan air gratis bagi warga tak mampu sekitar Rp 1,2 miliar.

Pascagempa, 41 desa menjadi kawasan baru rawan kekeringan, setelah sebelumnya selalu terjadi di ratusan desa pada 11 kecamatan. Wilayah baru kekeringan, seperti di Kecamatan Patuk, makin mengkhawatirkan.

Sementara di Kabupaten Purwakarta, kerugian akibat keringnya sawah sekitar Rp 1,681 miliar—dari biaya produksi yang terlanjur keluar. (FUL/RYO/MKN/ITA)

Wednesday, October 25, 2006

Atasi Air Bersih, Pemrov Diminta Peduli

Radar Banjarmasin - Senin, 2 Oktober 2006
Baru 7 Kecamatan yang Mendapatkan Air Bersih

MARABAHAN – Sejumlah masyarakat di Kabupaten Batola begitu mendambakan layanan air bersih. Jangankan warga yang tinggal di Komplek Perumahan yang tersebar di Kelurahan Handil Bakti dan Desa Berangas Timur Kecamatan Alalak, masyarakat yang ada di pelosok desa pun turut mendambakannya.

Sekadar diketahui, seperti yang pernah dijelaskan Direktur PDAM Batola Nazhirni SE MM, air bersih sebagai kebutuhan masyarakat yang sangat vital diakui tak bisa dijangkau seluruh Kabupaten Batola. Pasalnya dari 17 kecamatan yang ada, PDAM Batola baru mampu melayani 7 kecamatan.

Yaitu Kecamatan Marabahan melalui Unit PDAM Marabahan, Kecamatan Bakumpai melalui IKK Bakumpai, Kecamatan Cerbon melalui IKK Cerbon, Kecamatan Rantau Badauh melalui IKK Rantau Badauh, Kecamatan Anjir Pasar melalui IKK Anjir Pasar, dan dan Kecamatan Alalak melalui IKK Alalak, serta Kecamatan Tamban melalui Instalasi Pengolahan Air Bersih Sederhana (IPAS) Tamban.

Akibatnya, dari 260.967 jiwa penduduk Kabupaten Batola, baru 12,40 persen atau 24.360 jiwa saja yang mampu menikmati layanan air bersih. Masyarakat pun menyadari kemampuan dari Pemerintah Kabupaten Batola yang tidak banyak memiliki dana untuk membangun fasilitas air bersih tersebut.

“Karena itu, menurut saya, Pemerintah Provinsi Kalsel harus turut memikirkan masalah ini, karena ini terkait dengan masalah kesehatan masyarakat Kalsel sendiri,” ujar H Hasan, tokoh masyarakat Kelurahan Berangas Kecamatan Alalak.

Lain lagi yang dikemukakan Riduan warga Desa Tatah Masjid Kecamatan Alalak. Menurut Riduan, Pemkab Batola harusnya menjadikan layanan air bersih sebagai prioritas pembangunan. “Harapan saya, selain transportasi darat yang menjadi priortas, Pemkab Batola hendaknya juga memprioritaskan layanan air bersih sebagai prioritas pembangunan,” ujar Riduan.

Sekedar diketahui, kapasitas yang dimiliki masing-masing unit PDAM Batola masing-masing, Unit Kota Marabahan dengan kapasitas 30 liter per detik, IKK Bakumpai 5 liter per detik, IKK Rantau Badauh 5 liter per detik, IKK Cerbon 5 liter per detik, IKK Alalak 35 liter per ditik, IKK Anjir 10 liter per detik.(gtm)

Sunday, October 22, 2006

Menjawab Sulitnya Air Bersih di Kota Seribu Sungai (1)

Radar Banjarmasin - Senin, 18 September 2006
Mengikis Utang, Membangun Infrastuktur Layanan

Julukan Banjarmasin sebagai Kota Seribu Sungai bukan berarti penduduknya mudah mendapatkan air yang layak digunakan untuk kebutuhan sehari-hari. Letaknya di bawah permukaan laut dan tidak memiliki sumber air dari pegunungan yang cepat diolah menjadi air bersih. Namun demikian, PDAM Bandarmasih menjawab tantangan itu.

AIR bersih merupakan hajat hidup orang banyak. Menengok sejarah kehidupan penduduk Banjarmasin, betapa sulitnya mendapatkan air bersih yang digunakan sebagai kebutuhan pokok sehari-sehari. Seperti yang dikatakan Wali Kota Banjarmasin HA Yudhi Wahyuni, "Dulu sewaktu saya tinggal di Kayutangi, Kecamatan Banjarmasin Utara, betapa sulitnya mendapatkan kucuran air di kran. Apalagi jika musim kemarau, kucuran air itu terhenti sama sekali. Pedagang air dengan gerobak menjualnya dengan harga yang tinggi. Bahkan saya pun juga harus bangun tengah malam, hanya untuk menunggu air di kran yang kucurannya sangat kecil. Alhamdullilah, kerja keras PDAM Bandarmasih bersama seluruh elemen masyarakat, termasuk pemerintah dan wakil rakyat, keluhan itu bisa diatasi" kenang Yudhi.

Di tengah jepitan utang bank-bank asing (sisa utang PDAM Bandarmasih hingga 2006 sebesar Rp 110 miliar), PDAM Bandarmasih mulai percaya diri untuk bisa bangkit melayani penduduk Banjarmasin. Pinjaman dengan bunga tinggi dan denda melambung itu mulai perlahan dicicil. Bahkan PDAM Bandarmasih minta pengampunan atau pemutihan terhadap bunga pinjaman dan denda. Selain itu, tawaran utang baru diabaikan. Manajemen yang memikirkan penduduknya menikmati air bersih lebih mempercayai dana rakyat melalui APBD dan APBN, serta tarif rekening air dari pelanggan. "Kalau dana APBD dan APBN itu sumbernya dari rakyat, maka kami kembalikan pula hasilnya ke rakyat. Demikian halnya dengan tarif rekening air yang dibayar pelanggan setiap bulannya. Dengan cara itu, kami bisa melepaskan berbagai utang dengan bunga yang sangat tinggi dan denda yang sangat besar. Percuma jika hasil pendapatan PDAM terus hanya untuk membayar utang dan bunganya," kata Direktur Utama PDAM Bandarmasih Drs H Zainal Arifin MSi beberapa waktu lalu.

Keberhasilan PDAM Bandarmasih mulai dirasakan. Infrastruktur yang menjadi jantungnya pelayanan air bersih terus ditambah dan dikembangkan. Sistem kerja di internal PDAM dibenahi, termasuk SDM-nya. Dengan pasokan air baku 1.825 liter perdetik, kini produksi air bersih mencapai 1.571 liter perdetik (termasuk 500 liter perdetik dari IPA Pramuka II yang bakal diresmikan Menteri PU Joko Kirmanto).

Millennium Development Goals (MDGs) air bersih yang disasarkan pemerintah pusat tahun 2009 sudah mampu melayani 80 persen penduduk Kota Banjarmasin, sudah bukan menjadi ukuran lagi. Hingga hari ini, layanan penduduk kota sudah 83 persen. Dengan penambahan produksi air bersih dari IPA II Pramuka, tahun 2009 bukan lagi mampu melayani 80 persen penduduk, tapi hampir seratus persen. Bahkan, PDAM Bandarmasih mampu memberikan pelayanan regional kepada daerah tetangga.

Konsentrasi PDAM Bandarmasih kini tertuju pada penduduk di dua kelurahan terakhir di Kota Banjarmasin yang belum terlayani. Bagaimanakah IPA II Pramuka yang memproduksi tambahan air bersih 500 liter perdetik bisa secepat mungkin menerobos Mantuil dan Basirih yang menjadi dua kelurahan belum terlayani air bersih itu? (yusni hardi) (bersambung)

Thursday, October 19, 2006

Ikan Keramba di Sungai Kahayan Mati

Rabu, 20 September 2006
Palangkaraya, Kompas - Ribuan ikan keramba milik warga di sepanjang aliran Sungai Kahayan, Kalimantan Tengah, mati. Kematian ikan itu terjadi sejak sekitar dua bulan terakhir. Saat ini Laboratorium Teknik Badan Pengendalian Dampak Lingkungan Daerah Kota Palangkaraya sedang memantau kualitas air Sungai Kahayan.

"Dalam satu hari ikan yang mati di keramba milik warga berkisar 10 hingga 50 ekor. Jumlah warga yang mempunyai keramba di tepian Kahayan wilayah Palangkaraya ini lebih dari 1.000 orang," kata Zainuddin, pemilik keramba di Pahandut Seberang, Palangkaraya, Selasa (19/9).

Tingkat kematian ikan yang masih usia bibit lebih tinggi. Beberapa warga rugi karena satu boks isi 6.000 bibit semuanya mati setelah dimasukkan ke keramba tepian Kahayan.

Menurut Zainuddin, kerugian setiap pemilik karamba Rp 2 juta-Rp 6 juta, tergantung dari usia ikan yang mati tersebut. Sebagai gambaran, satu boks berisi 6.000 bibit patin harganya Rp 1,2 juta, sedangkan harga ikan patin usia panen (7-8 bulan) sekitar Rp 12.000 per kg dan ikan nila Rp 13.000 per kg. Awe, pemilik keramba, menuturkan, warga di tepian Kahayan rata-rata memiliki delapan karamba, masing-masing berisi sekitar 2.000 ikan.

"Kematian ikan ataupun bibit ikan dalam jumlah besar mengakibatkan keuntungan kami menipis, bahkan rugi," kata Awe.

Kepala Unit Pelaksana Teknis Laboratorium Lingkungan Bapedalda Palangkaraya Andre Manurung menduga salah satu penyebab kematian ikan itu terkait dengan derajat kekeruhan air Sungai Kahayan yang kini sedang surut.

Andre menuturkan, pekan lalu pihaknya sudah memantau kualitas air Sungai Kahayan, termasuk kandungan merkuri. Pemantauan dan pengambilan sampel air sungai dilakukan di empat titik, yaitu di wilayah Kelurahan Marang, Pahandut Seberang, Kamp Takaras, dan muara Sungai Rungan. "Sampel saat ini sedang diuji di Laboratorium Kesehatan Daerah, dan dalam beberapa hari mendatang hasilnya akan dapat diketahui," katanya. (CAS)

Pencemaran

Senin, 18 September 2006
Sebagian Warga Masih Gunakan Air Sungai Lawa


Samarinda, Kompas - Meski diduga kuat tercemar, air Sungai Lawa di Kutai Barat, Kalimantan Timur, masih digunakan oleh warga untuk mandi dan mencuci. Padahal, sungai itu sedang diteliti oleh tim pemantau pencemaran Badan Pengendalian Dampak Lingkungan Pusat dan Bapedal Daerah Kaltim.

Kepala Dinas Pertambangan dan Lingkungan Hidup Kutai Barat Wahyudinata yang dihubungi dari Samarinda, Minggu (17/9), mengakui masih ada warga di enam kampung pada Kecamatan Muara Lawa yang menggunakan air sungai karena terpaksa. Penyebabnya, bantuan pengadaan air bersih dari PT Trubaindo, perusahaan tambang batu bara yang beroperasi di dekat Sungai Lawa, belum memenuhi kebutuhan sekitar 2.000 warga.

"Apalagi musim kemarau ini sungai surut dan sebenarnya air tidak layak digunakan," ujar Wahyudinata. Namun, Kepala Tambang Trubaindo, Chirasak Chantanapelin, tidak berhasil dihubungi melalui nomor telepon genggamnya.

Pencemaran di sungai itu dilaporkan mengakibatkan banyak ikan mati, warna air sempat berubah dari coklat menjadi hijau, dan warga terserang diare. Bupati Ismail Thomas telah mengimbau warga agar lebih berhati-hati menggunakan air Sungai Lawa.

Menurut Wahyudinata, PT Trubaindo adalah satu-satunya perusahaan tambang batu bara di daerah aliran sungai itu. Warga mengeluhkan turunnya kualitas air Sungai Lawa sejak beroperasinya perusahaan tambang batu bara itu (Kompas, 7/9).

PT Trubaindo meminta pihak independen menentukan penyebab pencemaran di Sungai Lawa, sebab pencemaran tersebut belum tentu akibat kegiatan perusahaan itu. Namun, perusahaan bersedia melaksanakan beberapa permintaan pemkab.

Wahyudinata mengatakan, Polres dan Pemkab Kutai Barat membentuk tim untuk mendukung kerja tim pemantau pencemaran Sungai Lawa itu. "Hasil penelitian paling cepat diketahui dalam minggu ini," ujarnya. (BRO)

Membebaskan Kota Air dari Krisis Air

Minggu, 17 September 2006
Sebuah gerobak berisi lima jeriken sengaja diparkir pemiliknya di tepi Jalan Mantuil, Kecamatan Banjar Selatan, Banjarmasin, Kalimantan Selatan, Jumat (15/9). Lima jeriken lagi diletakkan di depan gerobak.

Burhanuddin (55), pemilik gerobak, sedang mengisi jeriken dengan air dari anak sungai Martapura tidak jauh dari gerobaknya. Air itu hanya dipakai mencuci dan mandi. "Air ini tidak dijual. Ini masih masin akibat bercampur air laut yang lagi pasang," kata Burhanuddin.

Air minum atau masak yang juga dijual pengecer keliling bersumber dari tangki air bersih yang disediakan Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM) Bandarmasih, Banjarmasin. Harganya Rp 200 hingga Rp 225 per jeriken isi 25 liter.

Air itu langsung diantar pengecer ke rumah warga dengan harga Rp 700 per jeriken. Bila warga membeli langsung di tangki air seperti dikelola Jidin di Kelurahan Mantuil, harganya Rp 600 per 30 liter.

Harga air "kemasan" itu memang beda-beda tergantung lokasi. Air PDAM yang dijual warga di daerah Alalak Utara dan Selatan, daerah perbatasan Kabupaten Barito Kuala dan Banjarmasin, Rp 1.000 per jeriken.

Warga Mantuil dan Alalak mengeluh dengan harga tersebut. Sebab, harga jual air bersih PDAM Banjarmasih Rp 800 hingga Rp 3.500 per meter kubik atau 1.000 liter, umumnya Rp 3.200 per meter kubik.

Beberapa ibu yang ditemui Kompas di Kelurahan Mantuil mengeluh, sudah bertahun-tahun tak mendapatkan air bersih murah yang mengalir 24 jam.

Apa yang dialami warga Mantuil, Banjarmasin, bukanlah hal yang baru. Fakta ini terjadi di hampir seluruh kota di Indonesia. Belum ada kota yang mampu melayani penyediaan air bersih untuk seluruh warganya. Selain tidak mampu melayani pemasangan baru, umumnya, PDAM di Indonesia masih merugi dan terjerat utang. Lantas, apa yang membedakan Banjarmasin dengan kota-kota lain dalam hal penyediaan kebutuhan dasar ini?

Kota Banjarmasin yang memiliki luas 7.200 hektar atau sekitar 72 kilometer persegi tidak terletak di dataran tinggi dengan ketersediaan air tanah yang cukup. Kota ini berada di daerah yang ketinggian rata-ratanya hanya 0,16 meter di bawah permukaan air laut. Dilewati dua sungai besar, Barito dan Martapura, daerah dengan julukan kota seribu sungai ini justru sangat bergantung pada pasang naik dan surut Laut Jawa.

Itu sebabnya, intrusi air laut yang membuat air sungai dan parit Banjarmasin menjadi asin setiap kemarau bukanlah hal yang asing bagi warga.

Kondisi ini dialami dalam dua bulan terakhir. Keadaan yang sama juga dialami Kota Pontianak dan terkadang Samarinda.

Dalam kondisi seperti ini, PDAM setempat menjadi sasaran kemarahan warga. Biasanya, perusahaan tersebut langsung menghentikan pengolahan air bersihnya akibat kadar garamnya di atas 400 part per million (ppm), sebagaimana dipersyaratkan departemen kesehatan. Kalau dipaksakan beroperasi, warga akhirnya memperoleh air payau yang bisa membahayakan kesehatan.

Apa yang terjadi di Banjarmasin di musim kemarau sekarang. Warga yang protes meminta air bersih masih ada, tetapi dapat dikatakan tinggal sedikit.

Padahal, kadar garam air sungai Barito sempat mencapai 4.000-5.000 ppm. "Satu intake, yakni pengambilan air baku di Sungai Bilu dengan kemampuan 500 liter per detik, sekarang memang dimatikan karena terintrusi air laut," kata Direktur Utama PDAM Bandarmasih, Banjarmasin, Zainal Arifin.

Namun, penyediaan air bersih di Banjarmasin sudah tidak masalah lagi karena memiliki intake Sungai Martapura yang berada di Sungai Tabuk, Kabupaten Banjar. Letaknya 20 kilometer dari Banjarmasin dengan kapasitas 1.275 liter per detik.

Selain itu, juga dari intake Pematang Panjang, yang mengambil air baku dari irigasi Riam Kanan dengan kapasitas 600 liter per detik, mampu melayani 83 persen dari penduduk yang mencapai 612.687 jiwa dengan jumlah sambungan 85.214 unit.

Tahun ini, cakupan pelayanannya diperkirakan mencapai 85 persen, di mana sejak Agustus lalu, kemampuan pasokan air bersih ke rumah-rumah warga berlangsung 24 jam. Hal ini karena kemampuan produksi air bersihnya sudah mencapai 1.571 liter per detik.

Kondisi ini sangat kontras dengan lima tahun lalu, saat cakupan pelayanan hanya 56 persen dari jumlah penduduk. Selain itu setiap musim kemarau, hampir 50 persen dari cakupan pelayanan tersebut terhenti total akibat bahan baku air sungainya asin.

Kondisi ini bisa diatasi setelah melakukan investasi dalam enam tahun terakhir dalam bentuk penanaman atau penyertaan modal dari pemerintah pusat melalui APBN, APBD Kalsel, APBD Banjarmasin, swasta, dan dana pelanggan PDAM sendiri.

Tahun 2009 cakupan pelayanan air bersih sudah mencapai 100 persen. Bahkan, sampai tahun 2013, PDAM Banjarmasin mampu melakukan penambahan sambungan sebanyak 50.000 unit dengan pelayanan nonstop 24 jam. (M Syaifullah)

Sungai Kering, Sawah di Kalimantan Selatan Terancam Puso

Selasa, 12 September 2006
Banjarmasin, Kompas - Sekitar 200 hektar sawah di dua kabupaten di Kalimantan Selatan terancam gagal panen seiring dengan mengering dan menyusutnya permukaan air di beberapa sungai. Di Kalimantan Tengah, permukaan air Sungai Kahayan sudah turun hingga 6 meter.

Kepala Dinas Pertanian dan Tanaman Pangan Kalsel Sriyono mengatakan, 200 hektar (ha) sawah rawa dan lebak itu ada di Kabupaten Hulu Sungai Utara dan Tanah Bumbu. Kekeringan diperkirakan terus berlanjut hingga akhir Desember.

"Petugas lapangan terus berupaya mengatasi keadaan, antara lain dengan mencari sumber air dan mengalirkan ke sawah-sawah yang terancam kekeringan," kata Sriyono, Senin (11/9).

Di Hulu Sungai Utara ada 81 pompa untuk sebagian dari 25.000 ha tanaman padi rawa dan lebak. Pertanian rawa lebak mencapai 100.000 ha dari 510.000 ha areal padi Kalsel.

Sriyono optimistis produksi padi tahun ini mencapai 1,6 juta ton gabah kering giling dengan luas tanam 510.000 ha. Sampai akhir Agustus, 350.000 ha sawah dan ladang sudah dipanen.

"Itu sebabnya kenapa Kalsel tidak perlu beras impor. Hasil panen padi daerah ini surplus, bahkan sebagian dijual ke Jawa," kata Sriyono.

Sejumlah petani padi rawa lebak di Hulu Sungai Utara dan Banjar mengaku tidak bisa menghidupkan mesin pompa karena sulit memperoleh solar. Kalaupun ada, harga solar berkisar Rp 5.500 hingga Rp 7.000 per liter.

Kepala Dinas Perkebunan Kalsel Haryono mengatakan, jika kekeringan terus berlangsung sampai akhir Desember, berbagai proyek seperti peremajaan karet dan lainnya bakal kesulitan.

Kahayan

Permukaan air Sungai Kahayan yang melintasi Palangkaraya, Kalteng, sudah turun 6 meter. Dua kapal patroli militer yang sejak musim hujan lalu ditambatkan di dekat dermaga sudah tergolek di dasar sungai. Separuh badan sungai berubah menjadi hamparan tanah, terutama di bagian tepi sudah ditumbuhi rumput setinggi 50-an sentimeter.

Surutnya Kahayan mengganggu angkutan air, terutama yang menuju Kabupaten Gunung Mas di hulu. Namun, harga kebutuhan pokok di Kuala Kurun, ibu kota Gunung Mas, relatif stabil karena adanya jalur darat yang dapat dimanfaatkan untuk mengangkut barang dari Palangkaraya.

Kenaikan mencolok hanya ter jadi pada solar, yang selama sekitar satu bulan terakhir naik dari Rp 6.000 menjadi Rp 9.000 per liter. Harga minyak tanah juga naik dari Rp 4.000 menjadi di Rp 5.000 hingga Rp 6.000 per liter.

Selain Kahayan, Sungai Katingan di Kabupaten Katingan pun makin surut. Gosong pasir dasar sungai di bawah jembatan arah Kasongan, ibu kota Katingan, mulai melebar ke tengah. Sebulan lalu, gosong pasir hanya ada di tepi sungai.

"Ada kabar transportasi dan distribusi barang di kawasan hulu Katingan makin sulit sebab alur hilir Katingan makin surut," kata Usman, warga Kasongan. (CAS)

Wednesday, October 18, 2006

Air Kian Asin

Selasa, 17 Oktober 2006 01:59:32

TINGKAT keasinan Sungai Barito dan Sungai Martapura, Kota Banjarmasin dalam sepuluh hari terakhir kian meluas. Bila sebelumnya hanya terasa di dalam kota, kini sudah sampai ke pinggiran seperti wilayah sungai Lulut.

Direktur Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM) Bandarmasih Kota Banjarmasin Drs Zainal Arifin di balaikota Banjarmasin, Selasa mengakui kuatnya intrusi air laut ke dalam sungai Martapura, menyusul musim kemarau yang terus berlanjut.

Akibat begitu tingginya kadar garam yang mencemari sungai Martapura itu, maka dalam seminggu terakhir intake Sungai Bilu milik PDAM Bandarmasih tidak lagi dioperasikan.

Kadar garam yang bisa ditoleransi untuk dijadikan air baku PDAM, 250 miligram per liter, tetapi kadar garam di Sungai Bilu kini mencapai 10 ribu miligram per liter.ant

Copyright © 2003 Banjarmasin Post

Hujan Buatan Tidak Efektif

Minggu, 15 Oktober 2006 01:31:27

Banjarbaru, BPost
Hujan buatan yang digelar pemerintah pusat melalui Bakornas PB, BPPT dan TNI AU untuk mengendalikan dampak asap di Indonesia ternyata tidak efektif. Pasalnya, kondisi atmosfer Kalimantan yang kering mengakibatkan penaburan garam pada awan sia-sia.

Dalam sebulan terakhir, didapati siklon tropis di sekitar Filipina yang terus bergerak ke arah utara. Massa udara basah yang ada akhirnya tersedot ke arah Filipina. Alhasil, atmosfer di sekitar Sumatera dan Kalimantan termasuk Jawa mengalami kekeringan.

Kepala BPPT, Prof Ir Said F Jenie, Sc.D, ditemui usai evaluasi hujan buatan di wilayah Kalimantan dari Posko Pangkalan Udara Syamsudin Noor mengatakan kondisi tersebut. Menurutnya, langkah efektif mematikan hotspot adalah dengan water bom atau pengendalian sejak dini.

Modifikasi cuaca, kata dia, lebih berfungsi mengurangi kekeringan, diantaranya mengisi air waduk yang surut akibat kemarau panjang dan berdampak luas pada warga. Hujan buatan beberapa hari lalu tidak efektif karena kondisi cuaca di Kalimantan dan Sumatera kurang mendukung.

Suplai uap air kurang, mengingat suhu muka laut di sebelah Barat Sumatera bagian Selatan dan di Selatan Jawa masih dingin, sehingga tidak ada proses penguapan di wilayah tersebut.

"Kondisi alamnya memang belum mendukung. Kita akan menerapkan metode berbasis teknologi yang lebih mengena," jelasnya.

Sementara itu, angin di atas Jawa Sumatera bagian Selatan serta Kalimantan bertiup dari Tenggara. Akibatnya kondisi temperatur permukaan laut masih dingin (1 derajat di bawah rata-rata). Ini langsung berimplikasi pada tak terjadinya penguapan dan minimnya suplai air di atmosfer dan tidak tumbuhnya awan konvektif.

Ditanya, apakah hujan buatan akan terus dilakukan. Pihaknya mengaku masih berkoordinasi dengan berbagai pihak. Setelah dievaluasi, akan diambil kebijakan dari Menkokesra.

Sementara itu, Sucantika Budi, Kepala Stasiun Klimatologi Kelas I Badan Meteorologi dan Geofisika (BMG) di Banjarbaru menyebutkan, suhu udara di Kalsel beberapa hari terakhir sangat fluktuasi. Artinya, peluang terjadinya kabut asap karena kebakaran lahan masih saja bisa terjadi.

"Tidak ada cuaca extrim (cuex) sebenarnya ya. Saat ini suhunya berfluktuasi. Sempat tercatat 35,37 derajat celcius dan ada mencapai 37 derajat. Begitu juga dengan kelembaban antara 40 persen dan tiba-tiba menurun menjadi 24 persen pada Senin (9/10)," tandas Sucantika.

Sementara prediksi hujan alamiah dengan kondisi sekarang tak mengubah prakiraan sebelumnya. Hujan masih akan terjadi pada dekade (pekan) III Oktober hingga pekan II November. Pada rentang waktu tersebut, tidak adanya cuex seperti gejala elnino, masih diperkirakan besar kemungkinan tak berubah. Hujan masih akan turun saat itu. niz

Copyright © 2003 Banjarmasin Post