Minggu, 30-03-2008 | 00:35:10
RANTAU, BPOST - Meningkatnya permintaan kayu bakar, seiring melambungnya harga minyak tanah, membuat warga Desa Hiung RT 2 Kecamatan Tapin Tengah, Kabupaten Tapin beramai-ramai berburu kayu bakar.
Warga yang hampir 90 persen penduduknya bertani dan mencari ikan ini menjadi pencari kayu di hutan galam, Tanjung Puting, Kecamatan Candi Laras Selatan, menggunakan kelotok (perahu bermesin tempel).
Namun karena banyak ditebang untuk pembukaan lahan bagi perusahaan kelapa sawit, kini warga sulit menemukan pohon galam.
Margono, warga setempat menuturkan untuk mencari kayu tersebut, perlu waktu sekitar enam jam.
"Tempatnya jauh, sekarang kita pulang pergi menghabiskan bensin tiga liter. Sedangkan galam yang berhasil dibawa cuma satu klotok atau seharga Rp 150.000. Itu pun diolah selama 3 hari," tuturnya.
Rukiyah (27), warga lainnya mengaku, sekarang permintaan kayu bakar kini meningkat, namun harganya tak berubah. Satu ikat ukuran kecil berisi 25 batang kayu galam yang sudah dipotong-potong kecil dijual seharga Rp 500. Sedangkan ukuran besar Rp 1.250.
Setiap hari ia dan suaminya bisa menghasilkan rata-rata sampai 100 ikat. Satu potong galam dengan panjang dua meter menghasilkan dua ikat kayu bakar ukuran kecil. Sedangkan yang ukurannya besar, satu batang galam hanya menghasilkan satu ikat.
Sebelum dipotong-potong untuk dijadikan kayu bakar, galam diikat dan dikeringkan dengan cara disusun di halaman rumah atau tepi jalan. "Menjualnya mudah, karena ada pedagang pengumpul yang sewaktu-waktu datang membeli. Tapi sekarang suami saya berangkat pagi pulang sore karena kesulitan mencari galam," katanya. (ck2)
No comments:
Post a Comment