Selasa, 13 Januari 2009 | 21:40 WITA
BANJARBARU, SELASA - Sikap pihak PT Galuh Cempaka (GC) yang mengalah untuk mau membuka kembali saluran Handil Gantung ternyata tidak gratisan. Perusahaan tambang intan di Banjarbaru ini mengajukan 6 point permintaan cukup rumit sebelum pembukaan handil dilakukan.
Point pertama permintaan PT GC yang disampaikan ke Dinas PU dan Permukiman Kota Banjarbaru, bahwa mereka hanya bisa membuka tabat (penutup) Handil Gantung di bagian hulu karena untuk bagian hilir tidak bisa menggunakan alat berat.
Sebelum tabat bagian hulu mereka bongkar, PT GC meminta tabat di bagian hilir dibongkar terlebih dahulu. Meski mereka yang membuat tabat tersebut, untuk pembongkaran bagian hilir mereka meminta Dinas PU dan Permukiman yang melakukannya.
Di point ketiga bernada tidak rela handil baru yang mereka bangun digunakan untuk mengatasi banjir di sawah warga. Karena itu begitu Handil Gantung dibuka kembali, PT GC meminta handil baru ditutup.
Uniknya di point ke empat, PT GC mengajukan syarat bahwa jika perusahaan mereka beroperasi kembali, perlu ada jaminan tertulis dari Pemko Banjarbaru bisa ditutup kembali tanpa ada permasalahan.
Sedangkan point kelima, intinya menyebutkan jika pembukaan Handil Gantung tidak membawa perubahan terhadap surutnya air yang menggenangi persawahan warga, PT GC akan menutup kembali handil tersebut dan membuka handil baru tanpa tuntutan ganti rugi petani.
Terakhir, PT GC menyimpulkan bahwa jaminan tertulis dari Pemko Banjarbaru bahwa handil baru dapat dibuka tanpa permasalahan sudah mereka terima sebelum pelaksanaan handil gantung dilaksanakan.
Sementera pada pembicaraan sebelumnya, pembukaan handil gantung dilaksanakan, Rabu (14/1). Otomatis pekerjaan itu pun tampaknya batal terlaksana hari ini.
Surat itulah yang membuat pihak Pemko Banjarbaru dengan DPRD Kota Banjarbaru membahas kembali surat tuntutan PT GC bersama perwakilan petani yang sawahnya kebanjiran diduga akibat penutupan handil gantung, serta Walhi Kalsel yang mendampingi petani.
Pada pertemuan di Kantor DPRD Kota Banjarbaru, Selasa (13/1), warga yang hadir menolak mentah-mentah sebagian besar poin tuntutan PT GC tersebut. Terutama point lima yang menggambarkan seolah-olah PT GC berkuasa penuh atas Handil Gantung.
Uniknya, Camat Cempaka, Subeli yang hadir memberikan arahan seakan memojokan warga. Subeli menyatakan, di PT GC ada aset negara, dan meminta warga agar tidak alergi terhadap investor asing.
"Kami tidak alergi terhadap investor asing. Silakan mereka berusaha, tapi jangan mengganggu petani yang sudah lama bertani di sekitar. PT GC sudah sangat tidak menghargai kami, dan surat permintaan ini menunjukan mereka seakan berkuasa penuh atas Handil Gantung," ujar perwakilan petani, Budi dengan nada keras.
Budi menambahkan, dengan adanya surat permintaan PT GC tampaknya mengulur-ulur waktu. Padahal, petani harus segera menanam bibit padi. Sebab bibit padi perlu waktu tiga bulan untuk bisa disemai.
"Kami biasanya menanam di bulan ke empat. Kalau tidak segera kami menanam bibit, maka tahun ini kami terancam tidak tanam. Dari mana lagi kami memperoleh makan kalau tidak bertani," ujar Budi.
Tidak hanya warga, Ketua DPRD Banjarbaru, Arie Sophian yang memimpin rapat pertemuan kemarin juga menyatakan, surat permintaan PT GC menyakitkan mereka. Menurutnya, PT GC menggiring mereka hingga dalam posisi objek dari masalah penutupan Handil Gantung.
"Namun permintaan PT GC belum final. Sekarang yang akan kita buktikan ke PT GC bahwa pembukaan Handil Gantung akan membuat sawah petani surut. Kalau ini terbukti, saya pasang badan agar Handil Gantung dibuka selamanya," tegas Arie.
Dalam rapat kemarin, warga juga menghendaki saat tabat Handil Gantung dibuka, handil baru juga tidak ditutup agar air cepat surut.
Hari ini, Rabu (14/1) DPRD Banjarbaru kembali memanggil, warga, PT GC, dan Pemko Banjarbaru duduk bersama untuk merumuskan kesepakatan bersama.
Sebagaimana diberitakan, warga menuding penutupan Handil Gantung oleh PT GC adalah biang dari banjir yang menggenangi persawahan warga.(ais)