Label Cloud

Wednesday, March 18, 2009

Tambang Sungai Bakar Terancam Ditutup

Jumat, 13 Maret 2009 | 06:31 WITA

PELAIHARI, JUMAT - Aktivitas penambangan bijih besi di Desa Sungai Bakar Kecamatan Bajuin yang berdekatan dengan objek wisata Gua Marmer terus menjadi sorotan. Tambang ini terancam ditutup jika hasil evaluasinya kelak negatif.

Evaluasi akan segera dilakukan Dinas Pertambangan dan Energi bersama institusi terkait lainnya. Agenda ini sifatnya normatif menjelang akan berakhirnya masa waktu izin kuasa pertambangan (KP). "Agustus tahun ini izinnya habis. Pasti kami akan mengevaluasinya guna menentukan masih layak tidaknya tambang tersebut," ucap Kadistamben M Ilyas.

Pejabat eselon II di Bumi Tuntung Pandang ini tidak menyebutkan secara detil bagaimana dan apa saja yang akan dilakukan dalam kegiatan evaluasi tersebut. Yang pasti, Tim akan turun ke lokasi guna melihat langsung kondisi riil di area tambang.

Pemegang izin KP tambang bijih besi di Sungai Bakar tersebut adalah Perusahaan Daerah Baratala Tuntung Pandang. Perusahaan 'plat merah' Tala ini menggandeng PT Kuang Ye Internasional Mining Development dalam melaksanakan kegiatan penambangan. Perusahaan dari Cina itu memegang SPK (surat perjanjian kerja) dari Baratala.

Sejak mulai beroperasi empat tahunan silam, aktivitas tambang tersebut terus mendapat sorotan sejumlah kalangan. Hal ini disebabkan area tambang berada di kawasan perbukitan/pegunungan yang kabarnya bagian dari zona resapan air. Selain itu juga sangat dekat dengan objek wisata Gua Marmer.

Objek wisata alam khas tersebut makin mati suri sejak adanya aktivitas tambang tersebut. Pasalnya jalan masuk dipajangi portal oleh penambang sehingga orang tidak bisa leluasa ke luar masuk ke kawasan itu. Sekedar diketahui, akses menuju area tambang dan gua marmer menjadi satu.

Jalan sepanjang belasan kilometer (Pelaihari-Sungai Bakar) yang dulu mulus, berubah menjadi compang-camping lantaran intensnya lalu lintas angkutan bijih besi dari tambang setempat. Badan jalan menjadi lumayan sulit dilintasi.

Tidak cuma itu. Sekira dua tahun lalu, saat hujan lebat disertai tiupan angin kencang, tumpukan lapisan tanah atas (OB) tambang setempat longsor ke sungai. Beberapa rumah warga sekitar yang berada di dekat sungai pun menjadi korban rusak/ambruk dihantam luapan air bercampur OB tersebut.

Manajemen PD Baratala sendiri sebagiamana pernah diutarakan Direktur Operasional Beben Taruka Umbara beberapa waktu lalu menegaskan pihaknya dalam melaksanakan kegiatan penambangan tetap memperhatikan lingkungan dan menjaga eksistensi Gua Marmer.  

"Saya kira evaluasi memang harus dilakukan terhadap keberadaan tambang di Sungai Bakar itu. Jika memang lebih banyak mudaratnya (dampak buruk), tentunya tidak mungkin dipertahankan. Tapi, kita tunggu saja bagaimana hasil evaluasinya nanti," ucap Bupati H Adriansyah, kemarin.

Aad begitu H Adriansyah biasa disapa menegaskan aktivitas penambangan mutlak dilakukan secara profesional agar tidak menimbulkan persoalan lingkungan maupun kerusakan infrastruktur.

No comments: