Senin, 24-03-2008 | 01:10:08 | |
PELAIHARI, BPOST - Pantai Tabanio, Kecamatan Takisung, Tanah Laut, kini semakin gersang menyusul musnahnya pepohonan alam di pantai setempat akibat gerusan abrasi. Sementara penghijauan belum bisa dilakukan secepatnya oleh dinas Kehutanan. “Kami prihatin sekali dengan kondisi di Pantai Tabanio itu. Namun kami juga belum bisa segera menghijaukan tempat itu, karena faktor teknis,” kata Kadishut Tala H Aan Purnama, belum lama ini. |
Label Cloud
Sunday, March 23, 2008
Pantai Tabanio Gersang
Penambang Kelabui Polisi
Sabtu, 22-03-2008 | 00:30:35 | |
MARTAPURA, BPOST - Para penambang emas di Desa Sungai Luar dan Bunglai, Kecamatan Aranio Banjar ternyata lebih mahir dari polisi.
Kepolisian, selama ini hanya bisa mengira-ngira bahwa penambangan itu masih berlanjut, tapi tidak bisa membuktikan secara pasti. Memang, mesin-mesin penggerak tromol untuk menghaluskan tanah dan batu berisi biji emas itu sudah tidak ada di tempat, tapi ternyata tromol itu masih sering beroperasi, terutama bila sore atau malam hari. Pada siang hari, atau saat ada pemeriksaan oleh aparat, para penambang emas itu menyimpan mesin-mesin penggerak tromol, tapi bila situasi sudah aman, mereka memasang mesin-mesin itu lagi. Kepala PLTA Riam Kanan, Ir Kardoyo mengatakan, dia masih sering menyaksikan adanya aktivitas penambangan di kawasan hutan lindung yang terletak di tengah waduk Riam Kanan. Penambangan itu biasanya dilakukan pada sore atau malam hari. Dia juga melihat adanya pengangkutan bahan-bahan tambang itu ke tempat lain di luar area waduk. "Dari pengamatan kami, penambangan itu masih berlangsung terus. Biasanya dilakukan sore atau malam hari. Mereka juga mendulang emas itu di tempat lain," kata Kardoyo, Jumat (21/3). Menurutnya, cadangan emas di kawasan itu masih sangat banyak, karena baru beberapa bulan terakhir dieksplorasi. Hingga kini, kata dia, hampir tiap hari masih saja ada pengangkutan bahan-bahan tambang emas itu keluar waduk. Biasanya, pengangkutan tanah dan batu berisi biji emas itu dilakukan menggunakan sepeda motor melalui jalan setapak yang ada di sekitar kawasan waduk. Dikatakan, jika penambangan itu tidak dihentikan secara total, dia khawatir akan menyebabkan pendangkalan waduk Riam Kanan terjadi lebih cepat. Tanpa penambangan emas ilegal itu saja, pendangkalan waduk Riam Kanan sudah setinggi 25 sentimeter per tahun. Pendangkalan dengan cepat itu terjadi sejak tahun 2000 lalu, dan hingga kini telah mencapai 1,5 meter lebih. (sig) |
Bekantan Segera Diisolasi
Sabtu, 22-03-2008 | 00:30:25 | |
PELAIHARI, BPOST - Habitat bekantan di Tanah Laut semakin menyusut dan mulai membahayakan populai satwa langka yang menjadi maskot Kalsel ini. Mengantisipasinya, Dinas Kehutanan Tala akan melakukan isolasi. Kepala Dinas Kehutanan H Aan Purnama, mengatakan, pengisolasian bukan berarti memagari kawasan hutan yang menjadi habitat bekantan. "Tapi nanti kami akan menanam pohon-pohon yang menjadi makanan bekantan. Juga membangun beberapa unit tower untuk tempat mengawasi keberadaan bekantan, sekaligus sebagai tanda sehingga warga tahu lokasi itu merupakan kawasan yang dilindungi," katanya Diwawancarai di ruang kerjanya, Rabu (19/3), Aan mengatakan antara lain jenis pohon yang akan ditanam yaitu rambai. Pohon rawa ini akan ditanam di kawasan hutan yang menjadi habitat bekantan. Rambai adalah jenis kayu lokal khas Kalimantan yang hidup di pinggir sungai. Pohon ini bisa tumbuh besar dengan tinggi mencapai belasan bahkan puluhan meter. Pohon ini berbuah dengan rasa asam yang sangat disukai bekantan. Aan mengatakan isolasi akan diupayakan terlaksana dalam tahun ini juga. Lokasi yang akan diisolasi, antara lain, kawasan bantaran sungai di Desa Kuala Tambangan Kecamatan Takisung dan Muara Asam-Asam Kecamatan Jorong. Populasi bekantan di kedua tempat itu, sebut Aan, masih lumayan banyak. Saat dirinya melakukan peninjauan lapangan beberapa bulan lalu didapati beberapa kelompok bekantan yang sedang mencari makanan di pinggiran sungai. Meski populasi satwa yang dilindungi itu masih banyak, namun keberadaannya mulai terancam menyusul semakin sedikitnya makanan. Selain itu, juga kian intensnya aktivitas warga (ladang berpindah, pengrajin atap daun nipah) yang aktivitasnya semakin mendekati habitat bekantan. Selain di dua tempat itu, bekantan juga berkoloni di beberapa tempat di Tala. Yang telah terdeteksi yaitu di hutan di kawasan Sungai Swarangan, Kecamatan Jorong dan di Desa Panjaratan Kecamatan Pelaihari. (roy) |
Riam Kanan Terus Ditambang
Kamis, 20-03-2008 | 00:35:30 | |
MARTAPURA, BPOST - Meski kini kawasan tambang emas di Desa Sungai Luar dan Bunglai Aranio Banjar telah bersih dari mesin-mesin tambang, tapi kegiatan penambangan emas ini disinyalir masih beroperasi. Disinyalir, para penambang emas ini masih mengambil tanah-tanah mengandung biji emas di kawasan setempat dan mendulangnya di tempat lain. Kasat Reskrim Polres Banjar, AKP Sabana Atmojo, mengatakan, meski mesin-mesin untuk mendulang emas sudah bersih dari kawasan, tapi dari laporan yang diterimanya, aktivitas penambangan itu masih beroperasi. Caranya, para penambang emas itu mengambil biji emas di beberapa tempat penambangan di kawasan itu dan mengangkutnya menggunakan kelotok keluar dari kawasan. "Indikasi itu memang ada, saya dapat laporan dari warga dan anggota kami di sana," kata Sabana Atmojo. Menurutnya, kini pihaknya sedang mengumpulkan sejumlah bukti dan terus melakukan penyelidikan. Jika ada yang tertangkap tangan sedang mengangkut tanah-tanah mengandung biji emas itu keluar kawasan penambangan, pihaknya akan menangkapnya. "Tidak ada dispensasi untuk itu. Itu adalah pelanggaran. Kami tetap menyiagakan anggota di kawasan itu. Jika ada yang membawa tanah ke luar kawasan, harus ditangkap," kata Sabana. Dikatakan, penambangan emas di kawasan hutan lindung itu jelas-jelas dilarang baik oleh undang-undang maupun surat edaran yang dikeluarkan oleh Bupati Banjar pertengahan Februari lalu. Bahkan, saat mengeluarkan surat edaran tersebut, Bupati Banjar HG Khairul Saleh, Kapolres Banjar AKBP Drs H Sudrajat, Muspida Banjar dan sejumlah pejabat melakukan sidak langsung ke lokasi. Kawasan tambang emas ini sudah dinyatakan ditutup untuk aktivitas penambangan Kamis 14 Februari 2008. Kawasan yang terletak di tengah Waduk Riam Kanan ini sempat ramai oleh penambang dari berbagai daerah dan melakukan penambangan selama sekitar empat bulan. Ada sekitar 500-an orang yang menggantungkan hidupnya dari tambang emas di Desa Sungai Luar dan 750-an orang lagi di Desa Bunglai. Di Desa Sungai Luar ada delapan unit genset untuk mengolah batu berisi biji emas ini, sementara di Desa Bunglai ada sekitar 13 genset. Satu genset biasa menggerakkan 12-14 tromol yang berfungsi sebagai pemecah batu sekaligus mengolahnya menjadi bubur batu. (sig) Segera HentikanSEMENTARA Kepala Dinas Pertambangan Banjar, Supian AH mengatakan, jika informasi itu benar, maka penambangan itu harus secepatnya dihentikan. Meski para penambang hanya mengambil tanah dan didulang di tempat lain, itu sudah termasuk aktivitas penambangan yang dilarang. Menurutnya, yang termasuk aktivitas penambangan adalah mulai dari menggali tanah, mengangkut dan mengolah bahan tambang itu. Jadi, meski hanya mengambil tanah di dua kawasan itu dan mendulangnya di tempat lain, hal itu sudah termasuk aktivitas penambangan. "Meski didulang di tempat lain, itu tetap merupakan pelanggaran. Dimanapun mereka mendulang, itu sama saja mereka masih melakukan aktivitas penambangan. Jadi, itu tetap dilarang karena mengambil bahan tambang dari kawasan terlarang," jelas Supian. (sig) |
Polisi Sita Limbah Emas
Rabu, 19-03-2008 | 01:01:29 | |
PELAIHARI, BPOST - Lagi-lagi aktivitas pengolahan daur ulang limbah tromol emas (tambang tong) manuai masalah. Jika beberapa waktu lalu tambang tong yang berada di Karang Jawa Kelurahan Karang Taruna ditolak warga, kini giliran tambang tong di Desa Tebing Siring yang digaruk aparat. Seluruh bahan dan beberapa peralatan tambang tong disita aparat Polsekta Pelaihari, Minggu (16/3). "Barang bukti yang kami sita berupa bahan kimia jenis air raksa (mecury) sebanyak dua botol, timbangan, dan beberapa karung limbah tromol emas," kata Kapolres Tala AKBP Dadik Soesetyo S melalui Kapolsekta Pelaihari AKP Tony Budhi Susetyo, Senin (17/3). Tony mengatakan, tindakan penyitaan tersebut menindaklanjuti laporan pihak Kecamatan Pelaihari yang menyatakan di Desa Tebing Siring banyak beroperasi tambang tong yang berpotensi menimbulkan masalah lingkungan. "Berdasarkan fakta di lapangan, tambang tong ini sifatnya hanya pengolahan limbah (tromol emas), tidak ada kegiatan eksplorasi atau eksploitasi. Jadi, tidak ada unsur illegal mining dalam hal ini," kata Tony. Namun begitu, lanjutnya, dari sisi Undang Undang Lingkungan Hidup nomor 23/1997, usaha tersebut berisiko terhadap pencemaran lingkungan. Ini dikarenakan belum maksimalnya upaya penanganan dan pengalolaan limbah. Tempat penampungan limbah memang ada. "Tapi kontruksinya tidak permanen. Jika terjadi hujan lebat, dimungkinkan limbah akan meluap dan berpotensi mencemari sungai yang ada di Tebing Siring, meski jaraknya cukup jauh," kata Tony. Lalu, bagaimana penanganannya? "Sesuai petunjuk Kapolres, masalah ini kami limpahkan ke Polmas (Perpolisian masyarakat) Desa Tebing Siring. Silakan dibicarakan bersama melalui rapat di BKPM setempat," ucap Tony. Perwira ini mengatakan dalam hal-hal tertentu, tidak seluruh masalah harus ditangani atau diselesaikan oleh polisi. Permasalahan tambang tong tersebut, misalnya, lebih tepat dan efektif diselesaikan di tingkat masyarakat melalui Polmas yang ada. Karenanya bagaimana dengan kelanjutan aktivitas tambang tong di Tebing Sirig, ucap Tony, tergantung bagaimana hasil musyawarah Polmas setempat yang melibatkan Kepala Desa dan tokoh-tokoh masyarakat Tebing Siring. Tony mengatakan untuk sementara lokasi tambang tong tersebut di police line atau dihentikan aktivitasnya. (roy) |
Warga Ancam Tutup Jalan
Selasa, 18-03-2008 | 00:30:05 | |
• Petani Kesulitan Jangkau Sawah PELAIHARI, BPOST - Sejak enam bulan lalu, sejumlah petani di Desa Ambungan Kecamatan Pelaihari kesulitan menjangkau sawahnya. Satu-satunya akses jalan utama, rusak berat akibat intensnya angkutan tambang galian batu gunung. "Kalau kena hujan, badan jalan sama sekali tidak bisa dilewati sepeda motor. Jalan berubah seperti sawah, licin, dan lengket," keluh Bakri, petani Ambungan, Senin (17/3). Bersama dua warga Ambungan lainnya, Jumadi dan Samsu Hudaya, Bakri mengatakan kerusakan badan jalan tersebut secara nyata berdampak pada menurunnya usahatani. Pendapatan pun berkurang, karena pembudidayaan tanaman maupun pengelolaan budidaya ikan tak bisa tertangani secara optimal lagi. "Setiap harinya minimal dua kali kami harus ke kolam. Tapi, dengan kondisi jalan yang rusak parah begini, kadang tak bisa tiap hari lagi ke kolam. Ikan yang kami pelihara menjadi kurang terpelihara," ucap Samsu, mantan kades Ambungan ini. Samsu menyebutkan ada beberapa warga yang memelihara ikan (nila dan mas) dengan luasan setidaknya 3,5 hektare. Tak jauh dari tempat ini, ada beberapa petak persawahan seluas 30 hektare. Kawasan ini juga menjadi lumbung pakan ternak bagi para pemilik ternak sapi, karena melimpahnya rerumputan liar. "Namun sekarang kami semua, petani padi, pembudidaya ikan, dan peternak sapi kesulitan mengjangkau tempat itu. Rusaknya badan jalan ini benar-benar menyusahkan kami," sebut Bakri dan Jumadi. Memang ada jalan alternatif, namun jarak tempuhnya lumayan jauh (4 kilometer) atau dua kali lipat jalan yang ada. Umumnya warga enggan melalui jalan alternatif itu, karena selain memutar juga kondisinya sulit dilalui dan sempit. Samsu menuturkan badan jalan utama itu sendiri merupakan jalan koridor milik PTPN XIII. Sejak beberapa tahun lalu pihak PTPN mengizinkan penambang batu gunung menggunakan jalan tersebut, dengan syarat wajib memelihara badan jalan, namun diabaikan penambang. (roy) |
BKSDA Selidiki Penyelundupan Trenggiling
Jumat, 14-03-2008 | 00:40:15 | |
BANJARBARU, BPOST - Balai Konservasi dan Sumber Daya Alam (BKSDA) Kalsel menggagalkan pengiriman 41 kilogram daging trenggiling (manis javanicus) yang diselundupkan melalui Bandara Syamsudin Noor Banjarbaru. Kini, pelaku penyelundupan masih diselidiki. Pengiriman ini diketahui dari kecurigaan polisi kehutanan di bandara akhir pekan tadi. Informasinya, daging hewan langka yang dilindungi ini diketahui setelah ada kecurigaan petugas, baik dari BKSDA maupun petugas keamanan bandara. Saa itu ada dua bungkusan kotak yang akan dikirim melalui terminal cargo bandara. Semula bungkusan barang itu akan dikirim ke Jakarta Sabtu (8/3) sore melalui salah satu biro jasa pengiriman barang di Jalan Cempaka Banjarmasin. Petugas segera menghentikan pengiriman ini karena dari deteksi pemeriksaan barang dengan sinar X-Ray di terminal pengiriman ini, terlihat ada gumpalan daging dalam bungkusan. Setelah dibuka baru diketahui kalau isi kotak ini daging trenggiling yang sudah dibekukan dengan es. Setelah ditimbang, diperkirakan daging berbobot 41 kilogram ini dari hasil penyembelihan 15 ekor trenggiling. Petugas pun meneliti isi barang yang dituliskan pengirim. Di situ tertera pengirim barang berupa udang dan ikan yang sudah dibekukan. Kepala BKSDA Kalsel, Amir Hamzah mengatakan penyitaan ini dilakukan karena melanggar Undang-Undang nomor 05/1990 tentang konservasi sumber daya alam hayati dan ekosistemnya. Undang-Undang ini dengan tegas melarang penangkapan, atau melukai, membunuh, menyimpan, memiliki, memelihara, mengangkut dan memperdagangkan satwa yang dilindungi undang-undang dalam keadaan hidup mapun mati. "Sampai kini kami masih terus selidiki siapa pengirimnya. Barang buktinya ada di kantor BKSDA. Besok Jum,at (14/2) rencananya dibuka segelnya. "Penyelundupan 41 kilogram daging beku trenggiling dari 15 ekor trenggiling ini pertama kali. Pengiriman ini ilegal tanpa bukti dan dokumen yang sah," ungkap Amir. Daging trenggiling ini menurut pria asal Tanah Pasundan itu diduga akan dikirim sampai ke luar negeri, karena daging hewan liar yang banyak hidup di hutan Kalimantan ini digemari di luar negeri. "Kabarnya harganya mahal di luar negeri. Banyak peminatnya karena dipergunakan sebagai obat kuat lelaki," ucap Amir. (niz) |
Pelaihari Kurang Penghijauan
Sabtu, 08-03-2008 | 00:35:10 | |
PELAIHARI, BPOST - Hutan kota di kawasan Jalan Hadji Boejasin, Pelaihari dinilai belum hijau. Jumlah dan keragaman populasi tanaman penghijauan yang ada masih terbatas. "Masih diperlukan penambahan jumlah dan jenis pohon. Itu sebabnya keberadaan hutan kota menjadi salah satu sasaran dalam rangkaian kegiatan reuni akbar alumni SMPN1 Pelaihari," kata Kepala Kantor Lingkungan Hidup Tala Zlkifli Chalid, Jumat (7/3). Zulkifli yang juga menjadi ketua pelaksana Reuni Akbar alumni SMPN1 Pelaihari mengatakan kegiatan penanaman pohon di hutan kota telah dimulai sejak beberapa hari lalu. Jumlah pohon yang ditanam mencapai ratusan batang. Pohon yang ditanam cukup bervariasi yang sebagian besar adalah pohon berkayu hutan tropis. Diantaranya dalah jenis mahoni. Pohon yang memiliki nilai ekonomis ini akan melengkapi dan dimungkinkan sebagai pengganti pepohonan yang ada di hutan kota yang umumnya masih didominasi akasia. "Akasia itu sebenarnya kan hanya sebatas pohon perantara. Jadi, kelak pepohonan yang kami tanam bisa menjadi pengganti," sebut Zulkifli. Hutan kota mendapat perhatian dalam rangkaian kegiatan reuni akbar, sebut Zulkifli, karena keberadaannya yang vital dan memiliki arti penting dalam menjaga kesejukan kota Pelaihari. (roy)
|