Selasa, 07 November 2006
Banjarmasin, Kompas - Dalam dua bulan terakhir, 430 warga di Kalimantan Selatan terserang diare. Sebanyak delapan di antaranya meninggal karena kondisinya sudah buruk saat dibawa ke rumah sakit atau puskesmas.
Warga terserang diare karena mereka mengonsumsi air yang tidak layak minum. Di samping itu, ada juga yang mengonsumsi air sungai tanpa merebusnya dengan baik.
"Mereka terpaksa. Sebagian besar sumber air di daerah itu kotor akibat kemarau berkepanjangan," kata Kepala Dinas Kesehatan Kalimantan Selatan (Kalsel) Rosehan Adhani di Banjarbaru, Senin (6/11).
Ratusan warga yang menderita diare itu tinggal di tiga kabupaten, yaitu Hulu Sungai Selatan, Hulu Sungai Utara, dan Hulu Sungai Tengah. Di Hulu Sungai Selatan tercatat 378 penderita, empat di antaranya meninggal dunia.
Sementara di Hulu Sungai Utara, satu dari 52 penderita meninggal dunia. Dinas Kesehatan belum memiliki data jumlah penderita diare di Hulu Sungai Tengah, tetapi diketahui tiga warga meninggal karena penyakit tersebut.
Desa terparah
Di Hulu Sungai Selatan, ungkap Rosehan, serangan diare yang terparah menimpa Desa Tambangan, Kecamatan Daha Selatan.
Sampai Jumat pekan lalu, masih ada 19 penderita yang dirawat di puskesmas. Sementara di Hulu Sungai Utara, 40 penderita masih dirawat.
Rosehan berpendapat, warga sesungguhnya tahu akan risikonya jika mereka mengonsumsi air yang tidak layak minum. Namun, sebagian besar terpaksa melakukannya—termasuk tidak merebus air sampai matang—karena keterbatasan dana.
Di daerah-daerah itu, harga minyak tanah mencapai Rp 5.700 per liter. Kayu bakar yang menjadi bahan bakar alternatif juga sulit ditemukan.
"Yang memprihatinkan, kadang air tersebut hanya mereka saring atau endapkan, setelah itu langsung diminum tanpa direbus lebih dahulu," kata Rosehan menambahkan. (FUL)
Label Cloud
Saturday, November 18, 2006
430 Warga Diare, Delapan Meninggal
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
No comments:
Post a Comment