Label Cloud

Sunday, November 19, 2006

PARIWISATA

Sabtu, 11 November 2006

Samarinda, Kompas - Meski pengelolaan obyek wisata alam di Kutai Barat, Kalimantan Timur, telah melibatkan warga setempat, hasilnya belum optimal. Hal ini diperkirakan akibat kurangnya promosi. Karena itu, pemerintah setempat akan melibatkan diri secara aktif.

Kepala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kutai Barat Stanislaus Liah mengungkapkan hal itu di Sendawar, Kamis (9/11) malam.

Obyek wisata, terutama air terjun, yang dikelola warga, antara lain ada di Jantur Menarung dan Kampung Ombau Asa, Kecamatan Barong Tongkok. Warga menjaga dan menarik retribusi dari pengunjung. Tarif retribusi Rp 1.000 hingga Rp 2.000.

Namun, tarif tersebut tidak mutlak berlaku. Satu mobil berisi delapan orang, misalnya, pernah dimintai Rp 4.000. Harga yang sama juga dibayar oleh dua pengunjung bersepeda motor.

Selama ini hasil retribusi digunakan untuk berbagai keperluan warga, seperti membiayai perbaikan jalan kampung atau penyelenggaraan acara adat. Perawatan dan pembangunan fasilitas obyek wisata ditanggung pemerintah kabupaten.

Kondisi ini, kata Liah lagi, membebani keuangan pemerintah daerah karena tidak ada pemasukan dari retribusi. Karena itu, pemerintah kabupaten berencana memungut sebagian hasil retribusi. "Pengelolaan obyek wisata tetap melibatkan warga agar mereka dapat manfaat," katanya.

Agar pengelolaan pariwisata lebih optimal, lanjutnya, pemerintah mempersiapkan sejumlah peraturan tentang cara pengelolaan beserta retribusinya. Pemerintah setempat ingin pariwisata menjadi satu sektor penghasil pendapatan asli daerah utama, selain tambang.

Kabupaten berpenduduk 156.000 jiwa itu memiliki 20 air terjun. Beberapa air terjun bahkan potensial dimanfaatkan untuk pembangkit listrik tenaga mikrohidro. (BRO)

No comments: