Monday, 27 August 2007 01:29
BANJARBARU, BPOST - Pihak yang terlibat penambangan di Kalseltengtim agar berhati-hati. Sungai-sungai di Kalsel diduga tercemar merkuri yang berdampak pada kerusakan saraf manusia.Teknologi Ramah Lingkungan
Direktur Eksekutif Wahana Lingkungan Hidup Indonesia (Walhi) Kalsel Berry Nahdian Furqan, merekomendasikan agar pemerintah bersikap bijak menanggapi adanya dugaan pencemaran sungai akibat penambangan emas rakyat. Salah satunya membina para penambang rakyat agar mereka mempergunakan teknologi ramah lingkungan.
Menurutnya, memberangus penambangan rakyat bukan solusi tepat. Rakyat sudah selayaknya disejajarkan dengan para investor yang memiliki modal.
"Rakyat juga investor," tandasnya.
Penataan dan pembinaan menjadi jalan keluar yang tepat. Apalagi, diakui atau tidak, penambangan emas ini memberikan peran sektor ekonomi.
Seharusnya, menurutnya, rakyat terus disadarkan bagaimana membuang limbah yang benar. Bagaimana prosesnya agar kelak, lingkungan ini tetap lestari.
Ditambahkan Berry pemerintah juga seharusnya dapat membatasi perdagangan mercury. Langkah ini sebagai salah satu tindakan antisipasi, agar mercury tak lagi mudah didapatkan. niz
Peringatan ini disampaikan Balai Teknik Kesehatan Lingkungan dan Pemberantasan Penyakit Menular (BTKL PPM) Kalseltengtim.
Kepala BTKL PPM Kalseltengtim di Banjarbaru, I Ketut Winasa mengatakan untuk menjawab kecurigaan tercemarnya sungai di Kalsel pihaknya tengah melakukan penelitian. Salah satu obyek yang diteliti yaitu Sungai Tabalong.
"Ada kecurigaan di hulu Sungai Tabalong banyak penambangan emas rakyat menggunakan merkuri. Khawatirnya, logam berat berbahaya itu mencemari badan sungai," papar Ketut.
Merkuri membahayakan kesehatan manusia. Jika jatuh ke air akan memunculkan reaksi lanjutan (residu) yang jika diuraikan bakteri akan menjadi senyawa beracun bernama metil mercury (CH3 Hg).
Apabila merkuri yang jatuh ke air melalui sisa-sisa ikatan tambang emas sampai ke dasar sungai, sifatnya sudah beracun (toksin). Pada manusia, dampaknya bisa mengenai kinerja saraf tubuh sebagaimana terjadi di Buyat Sulawesi dan tragedi Minamata Jepang.
Karenanya, pihaknya meneliti Sungai Tabalong. Badan sungai yang diduga menjadi aliran pergerakan merkuri terus diteliti kandungannya.
Dijelaskan, ambang batas aman kandungan merkuri dalam air hanyalah 0,01 miligram. Di atas itu, sudah bisa dipastikan secara bertahap kandungan ini akan terakumulasi tingkat bahayanya bagi makhluk hidup. Salah satunya melalui rantai makanan di sekitar sungai.
Tidak hanya di dalam air saja merkuri membahayakan. Pada saat proses pengolahan ternyata juga cukup rawan bagi kesehatan manusia.
Mereka yang membakar emas hasil penambangan menggunakan mercury, terancam gangguan saluran pernafasan. Saat emas diolah udara yang dihirup masuk hingga menuju paru-paru.
Ketut mengakui, dugaan serupa pernah ditindaklanjuti dengan pengamatan tak mendalam di aliran Sungai Riam Kiwa, Kabupaten Banjar beberapa tahun silam. Pemerintah setempat merespon kekhawatiran warganya akan cemaran mercuri akibat penambangan emas.
Bagaimana dengan Riam Kanan? Ketut kembali menjelaskan pihaknya belum secara khusus melakukan penelitian di sana. Walau pernah didengarnya kawasan ini rentan pencemaran akibat penambangan emas rakyat yang menggunakan mercury. niz
No comments:
Post a Comment