Senin, 20 Agustus 2007
BANJARMASIN – Para petani di sejumlah kabupaten di Kalsel terancam merugi, menyusul mulai naiknya air laut ke areal persawahan. Fenomena alam yang dapat membuat produksi padi turun drastis tersebut mulai mengancam Kecamatan Aluhaluh (Kabupaten Banjar), Kintap (Kabupaten Tala), dan Tabunganen (Batola).
“Air laut datangnya lebih cepat dan mulai naik di areal persawahan warga. Kondisi ini bisa merusak padi yang akhirnya berpengaruh terhadap produksi,” ujar Kepala Bapedalda Kalsel Ir Rachmadi Kurdi, kemarin.
Rachmadi menambahkan, informasi tersebut sebagai peringatan kepada petani, khususnya yang areal persawahannya berada di kawasan itu.
Sementara itu, di Desa Sungai Musang, Kabupaten Banjar, ratusan hektare sawah telah rusak akibat masuknya air laut tersebut. “Sebagian besar produksi padi kami rusak. Bayangkan, dari 40 blek padi, hanya 10 blek saja yang bagus,” ujar Surah, salah seorang petani di Sei Musang, Kabupaten Banjar, kemarin.
Karena takut padi yang lain juga rusak, sambungnya, maka petani terpaksa melakukan panen dini. Selain itu, petani juga khawatir tidak bisa tanam, sehingga memilih tidak menjual padi, tapi menyimpannya untuk dikonsumsi sendiri selama setahun. “Produksi padi kali ini turun lebih dari 50 persen dari tahun lalu. Karenanya, sebagian besar petani tidak menjualnya tapi disimpan untuk dikonsumsi sendiri untuk persiapan setahun,” ungkapnya.
Secara terpisah, Kepala Divisi Regional Bulog Banjarmasin Fadli Muin menyatakan, turunnya produksi padi di Desa Sungai Musang, Kabupaten Banjar, tidak menganggu rencana penghimpunan gabah kering giling (GKG) Bulog pada tahun 2007 ini. Alasannya, padi yang di tanam di sana (Kabupaten Banjar) adalah jenis lokal bukan jenis yang biasanya dibeli oleh Bulog. “Jenis padi yang ditanam di Kabupaten Banjar rata-rata adalah jenis unus yang harganya lebih mahal dari padi untuk stock Bulog. Oleh sebab itu, tidak ada pengaruhnya dengan rencana penghimpunan yang tengah dilakukan Bulog,” pungkasnya.(sga)
No comments:
Post a Comment