Selasa, 17 Juli 2007
Banjarmasin, Kompas - Kawasan karst Pegunungan Meratus, Kalimantan Selatan, harus dikonservasi karena merupakan sumber mata air bagi 10 kabupaten dan kota di provinsi itu. Kawasan itu juga kaya akan peninggalan arkeologi prasejarah.
"Semua pihak hendaknya menghentikan eksploitasi kawasan karst. Sebagian goa di sana merupakan tempat hunian purba," kata Bambang Sugiyanto, peneliti dari Balai Arkeologi Banjarmasin, Senin (16/7).
Hari itu Bambang Sugiyanto memulai penelitian beberapa goa karst di Kabupaten Barito Utara, Kalimantan Tengah. Di duga, wilayah tersebut merupakan tempat hunian purba. "Penelitian ini untuk lebih mengetahui sejarah perjalanan manusia purba di Kalimantan," katanya.
Penelitian serupa di Kalsel terakhir dilakukan terhadap 11 goa di Kecamatan Mentewe, akhir 2006. Peneliti mendapati dua goa yang punya jejak hunian purba, yaitu Goa Sugung dan Payung.
Mereka menemukan sisa-sia tulang binatang, cangkang kerang, peralatan dari batu, tulang, dan gamping. "Perkiraan sementara, Goa Sugung merupakan bekas hunian manusia purba pada masa mesolitik-neolitik," kata Bambang.
Situs hunian prasejarah pertama di Kalsel, jelas Bambang, ditemukan di Gunung Batubuli, yakni di dalam Goa Babi dan Tengkorak. Sisa fosil manusia prasejarah yang dikubur dalam posisi miring ditemukan di sana.
Diduga, fosil berusia 6.000 tahun dari ras Australomelanesoid berjenis kelamin perempuan. "Sayang, situs itu tidak bisa kami selamatkan karena daerah itu digali orang," kata Bambang.
Penelitian di Gunung Batubuli dilakukan kurun 1996-2000. Namun, daerah itu rusak karena banyak digali warga pada kurun 2004-2005. (FUL)
No comments:
Post a Comment