Sabtu, 16 Desember 2006 01:56:41
* Anugerah Adipura 2007
Banjarmasin, BPost
Berbagai upaya membersihkan lingkungan telah dilakukan. Namun kenyataannya, Kota Banjarmasin masih berada dalam posisi kritis alias lampu kuning. Bukan mustahil Kota Bungas ini bakal kembali menyandang sebagai kota terkotor.
Hasil Penilaian Adipura Tahap I
Nama Kota Nilai Fisik Sebelumya
Martapura
64,28
58,24
Batulicin
63,16
54,35
Pelaihari
61,98
66,46
Banjarbaru
61,50
60,39
Kotabaru
59,98
57,53
Banjarmasin
59,53
61,93
Marabahan
58,90
53,16
Barabai
58,32
61,90
Kandangan
57,52
60,00
Paringin
55,91
62,51
Amuntai
55,87
58,42
Tanjung
55,21
60,87
Rantau
53,97
53,91
Sumber : Bapedalda Kalsel
Berdasar penilaian Tim Adipura periode September-Oktober 2006, yang dilansir Kepala Badan Pengendalian Dampak Lingkungan Daerah Kalimantan Selatan, Rachmadi Kurdi, Jumat (15/12) nilai Kota Banjarmasin merosot. Tapi uniknya, meski nilainya turun, dari 12 kota di seluruh Indonesia, Banjarmasin berada di posisi sembilan.
Sebagai gambaran, Kota Banjarmasin yang masuk kategori kota besar pada 2005/2006 mengantongi poin 61,93 saja dinobatkan sebagai kota terkotor. Apalagi kini nilai yang dikantongi hanya 59,53. Jelas ini mengkhawatirkan.
"Pada penilian tahap pertama Anugerah Adipura 2006/2007, nilai yang diperoleh Kota Banjarmasin hanya 59,53. Ini warning, agar semua pihak melakukan perbaikan. Masih ada kesempatan di penilaian tahap kedua," ungkapnya.
Pejabat yang diboyong Gubernur Kalsel Rudy Ariffin dari Pemkab Banjar ini menyarankan agar trotoar di jalan arteri seperti di Jalan A Yani dan Jalan Jafri Zam Zam difungsikan lagi. Caranya, dilakukan penertiban terhadap pedagang kaki lima.
Kemudian membersihkan pasar yang kondisinya masih kumuh, tidak ada drainase. Ini diperparah dengan tidak adanya penghijauan. Semua terlihat gersang.
"Kalau tidak ada pembenahan dari sekarang, bukan mustahil Banjarmasin kembali menjadi yang terkotor. Ada tiga kota yang bakal ditetapkan sebagai kota terkotor," tandasnya.ais
Copyright © 2003 Banjarmasin Post
Label Cloud
Monday, December 25, 2006
Banjarmasin Lampu Kuning
Lestarikan Anggrek Meratus!
Jumat, 15 Desember 2006 01:19:48
Banjarbaru, BPost
Masyarakat adat Dayak Meratus kembali protes eksploitasi alam di wilayah mereka. Warga meminta anggrek alam,di kawasan Kecamatan Loksado, Hulu Sungai Selatan agar tidak dipetik, karena hutan merupakan napas hidup masyarakat adat.
Asnawi, tokoh adat dari Balai Malaris mengatakan, nilai jual tumbuhan ini memang cukup tinggi. Namun warga setempat tak pernah mengambilnya demi kepentingan kelestarian.
Sementara pengambilan oleh pihak luar semakin agresif tanpa memperhatikan dampak lingkungan. "Pilihan kami, anggrek alam Meratus boleh diambil jika pemanfaatannya jelas," tandas Asnawi, warga Dayak dari Balai Adat Malaris, Loksado.
Asnawi mewakili masyarakat adat dengan lantang menyuarakan larangan itu di hadapan puluhan peserta seminar bertema ‘Potensi Anggrek Alam Kalsel dan Sinergitas Antara Konservasi dan Bisnis di Aula Museum Lambung Mangkurat, Kamis (14/12).
Ia menyatakan sikap tegas itu harus ditetapkan karena banyak pengusaha memberikan penawaran tinggi,jika ada yang membawa anggrek dari Meratus.
Karena itu, lanjut Asnawi masyarakat Dayak, didampingi Yayasan Cakrawala Hijau Indonesia (YCHI) Banjarbaru bertekad membabat habis pola pengambilan dari habitatnya.
"Sebagai gantinya, harus ada pola baru pengembangan sinergis antara bisnis dan kelanjutannya,"katanya.
Masyarakat malaris telah melakukan pengelolaan konservasi. Mereka menetapkan kawasan perlindungan anggrek, berdasarkan kesepakatan lokal dalam pengelolaannya, seperti hukum adat. Untuk mengurangi tekanan populasi alam anggrek Meratus diperbanyak melalui pembibitan dan perbanyakan.
Pola ini tak sekadar memanfaatkan anggrek dari sisi jualnya, melainkan pengembalian ke alam. Setidaknya 20 persen hasil budidaya akan kembali. Selain upaya ini bisa meningkatkan pendapatan warga sekitar. niz
Copyright © 2003 Banjarmasin Post
Ancam Pesisir Kalsel
Kamis, 14 Desember 2006 02:41:04
STASIUN Klimatologi BMG Kelas I Banjarbaru menyatakan puting beliung yang menyerang 3 kecamatan di Kabupaten Banjar akibat pengaruh Siklon (badai) Utor. Sampai Selasa (12/12) malam siklon masih terlihat.
Forecaster BMG Irman Sonjaya memprediksi kejadian itu bisa terulang. Pasalnya, pola angin yang melewati Kalsel, didominasi pola Utara Selatan yang memiliki kontribusi memunculkan angin besar dengan gerak cepat.
Puting beliung mengancam pesisir Kalsel seperti Tanah Laut, Batu Licin dan Kotabaru. Angin bisa saja langsung merobohkan bangunan dengan kekuatan antara 35 sampai 40 knot. Kekuatan tersebut bakal lebih dahsyat lagi ketika melalui kawasan yang bebas hambatan. niz
Copyright © 2003 Banjarmasin Post
Ingin Lepas Kota Terkotor
Senin, 11 Desember 2006 02:08:17
Banjarmasin, BPost
Pemerintah Kota Banjarmasin bersama-sama warga terus melakukan aksi bersih-bersih untuk melepas predikat kota terkotor. Maklum, di bulan Desember ini Tim Adipura kembali datang melihat perkembangan kebersihan di kota ini. Tim Adipura yang melakukan penilaian terbagi dalam tiga tim yakni, lokal, regional dan nasional.
Sabtu (9/12) pagi, warga Kecamatan Banjarmasin Selatan bersama Wakil Walikota Alwi Sahlan membersihkan kampung Pekauman dan Kelayan Selatan. Mereka tampak begitu semangat.
Meski demikian. Kepala Badan Pengendalian Dampak Lingkungan Kota Hesly Julianto masih mengaku waswas. Sejumlah pasar tradisional, Pasar Sentra Antasari, fasilitas umum dan pedagang kaki lima, menjadi kendala tersendiri. Tempat-tempat itu belumlah bersih seperti yang diharapkan.
"Masih banyak yang harus dibenahi, terutama Pasar Sentra Antasari. Lokasi ini menjadi salah satu poin utama dalam penilaian," kata Hesly.
Hesly mengaku telah melayangkan surat yang isinya meminta pengelola Sentra Antasari untuk proaktif menangani sampah dan kebersihan di lingkungannya.
"Kami meminta agar pengelola tidak hanya memikirkan masalah keuntungan ekonomis semata, melainkan harus berperan serta dalam menyukseskan program pemerintah dalam masalah penanganan kebersihan," tegasnya.ck6
Copyright © 2003 Banjarmasin Post
41 Tahun Tabalong
Selasa, 05 Desember 2006 03:45:42
Kota Minyak Yang Andalkan Agrobisnis
TABALONG memang tak bisa dilepaskan dari kekayaan alamnya yang melimpah ruah. Setelah produksi minyak mulai menurun, kabupaten paling utara di Kalsel ini, mengandalkan batu bara dan agrobisnis untuk mendongkrak pendapatan daerah (PAD).Berikut wartawan Banjarmasin Post Herlina Lasmianti memaparkan hasil pembangunan di kabupaten ini.
HARI ini Tabalong genap berusia 41 tahun. Di usianya yang makin dewasa itu, Bumi Sarabakawa di bawah kepemimpinan Drs Rachman Ramsyi MSi tak henti-hentinya mencari terobosan untuk kemakmuran rakyatnya.
Rachman menyadari Tabalong tak bisa hanya mengandalkan kekayaan sumber daya alam, yang lambat laun pasti habis. Untuk itu dia bertekad menjadikan Tabalong sebagai pusat agrobisnis dan perdagangan.
Untuk mewujudkan obsesinya tersebut, berbagai prioritas pembangunan terus dilaksanakan. Baik bidang pendidikan dan kesehatan, infrastruktur jalan, jembatan, irigasi dan air bersih.
Tabalong dengan luas wilayah 3.946 kilometer persegi dengan jumlah penduduk 174.178 jiwa juga diarahkan pada pemberdayaan ekonomi rakyat, yakni mengupayakan agar perekonomian masyarakat berjalan dinamis.
Apalagi letak Tabalong cukup geografis strategis, berbatasan dengan Provinsi Kaltim, di bagian Selatan berbatasan dengan Kabupaten Hulu Sungai Utara dan bagian Barat dengan Provinsi Kalteng.
Beberapa misi pun mulai diterapkan untuk menjadikan Tabalong sebagai pusat agrobisnis dan perdagangan. Salah satunya melalui upaya peningkatan daya guna dan hasil guna penyelenggaraan pemerintahan untuk peningkatan mutu pelayanan kepada masyarakat.
Selain itu membina dan mengembangkan lembaga dan sumber daya manusia secara kreatif dan optimal, terutama sektor pertanian dan kehutanan, perhubungan (infrastruktur jalan dan jembatan), industri dan perdagangan, pendidikan serta kesehatan.
Bupati Rachman Ramsyi menyadari, untuk mewujudkan kepemerintahan yang baik memang perlu waktu. Secara bertahap sistem yang ada baik menyangkut birokrasi dan sebagainya akan ditata kembali.
Ada tiga pilar penyangga dalam mewujudkan kepemerintahan yang baik (good governance) untuk terciptanya pusat perdagangan dan agribisnis. Yakni pemerintah yang baik, dunia usaha yang baik dan masyarakat yang mendukung.
Wajar jika Tabalong yang sudah berusia 41 tahun pada 1 Desember 2006 ini sebagai ajang evaluasi terhadap pekerjaan yang telah dilakukan, termasuk pembangunan.
Sekretaris Daerah Drs Akhmad Bakhit bahkan menerjemahkan kepemerintahan yang baik dengan terwujudnya efisiensi dan efektivitas. Karena itu sistem yang ada saat ini akan diperbaiki secara perlahan, termasuk mewujudkan transparansi meski memerlukan waktu cukup panjang.
"Transparansi akan terwujud, namun perlu waktu panjang. Kita juga akan memperbaiki sistem yang ada secara bertahap guna mewujudkan pemerintahan yang baik, efektif dan efisien," ujar Sekda.
Tabalong merupakan pusat pengembangan Segitiga Emas menyusul adanya kerja sama di semua sektor antara Barito Selatan, Tabalong dan Pasir (Kalimantan Timur).
Sektor pertanian dan perkebunan menjadi prioritas yang harus segera dikembangkan, agar Tabalong bisa menjadi pusat perdagangan melalui potensi karet.
Awal 2007 mendatang, pabrik crumb rubber yang investasinya mencapai Rp100 miliar mulai beroperasi, begitu juga pabrik kelapa sawit (CPO) milik PT Astra.
Kepala Dinas Pertanian Tanaman Pangan dan Perkebunan Ir M Saleh menyebutkan, sampai saat ini sudah sekitar 990 hektare lahan karet yang diremajakan. Produksi bibit mencapai 2 juta setiap tahunnya.
"Potensi perkebunan kita seperti karet cukup besar. Itu menjadi modal untuk mewujudkan Tabalong sebagai pusat agribisnis dan perdagangan," ujar Saleh.
Potensi sektor pertanian dan perkebunan, padi mencapai 117.931 ton dengan luas lahan 40.476 hektare dan karet 25.727 ton dengan luas lahan 45.874 hektare.
Copyright © 2003 Banjarmasin Post
Sunday, December 24, 2006
Barambai Mengandung B3
Selasa, 28 Nopember 2006 03:01:35
* Batola dalam cekungan potensial migas
Batola, BPost
Lokasi semburan lumpur di Desa Kolam Kanan, Barambai, Batola, Kalsel bukan tempat yang baik dan aman untuk dikunjungi. Selain memproduksi lumpur dan air, sumur tersebut juga mengandung bahan beracun berbahaya (B3).
Dijelaskan Plh Kadistamben Kalsel Heryozani Dharma, Senin (27/11), berdasarkan hasil penelitian Distamben Kalsel bersama PT Arutmin Indonesia Satui, tepat di atas sumur Barambai tersebut terdeteksi CH4 (methana) 26,6 persen, CO (karbon monoksida) 5 PPm dan O2 (oksigen) 18,4 persen. Sedangkan, H2S (gas berbau sulfur atau belerang, Red) masih 0 PPm. "Yang harus diwaspadai secara serius adalah CH4 dan CO, karena berbahaya bagi manusia," ujar Yoyo, sapaan akrab Heryozani.
CH4, adalah gas yang mudah terbakar. Sedangkan CO adalah gas beracun yang tidak berwarna dan tidak berbau. Kalau terhirup dapat menimbulkan sesak nafas bahkan meninggal.
"Yang termasuk zona berbahaya hanya di sekitar pusat semburan. Di luar pusat semburan atau masih di dalam tanggul (50mx50m), tidak berbahaya. Karena persentase gas yang keluar sudah kurang atau terurai. Untuk CH4 turun menjadi 3,5 persen dan O2 meningkat menjadi 20,1 persen," jelas Yoyo.
Meski demikian, pintanya, lokasi sumur lumpur harus dijauhi. Untuk mengantisipasi hal-hal yang tidak diinginkan pihaknya telah meminta aparat mengisolir lokasi.
Pantauan BPost di lokasi, Senin (27/11), sumur masih menyemburkan lumpur setinggi 50-75 sentimeter, namun tidak ada penambahan volume lumpur.
Warga pun masih banyak yang mengunjunginya. Bahkan ada yang nekat melintasi police line.
Yoyo mengatakan menghentikan atau menutup sumur, mudah saja dilakukan dengan kayu, batu atau pasir.
"Hanya saja dalam penanganan gas ini kita harus sesuai protap. Kita harus hati-hati menangani gasnya. harus jelas gas apa saja yang muncul dari sumur itu kemudian sumbernya darimana," katanya.
Cekungan Barito
Yoyo pun mengungkapkan adanya dugaan gas yang keluar dari sumur lumpur Barambai adalah migas, mengingat Batola termasuk dalam Cekungan Barito.
"Di Kalsel terdapat dua cekungan atau tempat terdapatnya potensi sumber daya migas di dalam bumi. Cekungan Batola dan Cekungan Asam Asam yang sudah berproduksi. Batola masuk Cekungan Barito, tapi belum bisa dipastikan di dalamnya ada gas atau tidak, kita masih meneliti," ujar Yoyo.
Cekungan Barito membentang sepanjang sebelah Barat Pegunungan Meratus. Tepatnya dari Banjarmasin ke arah Utara hingga ke sebagian Kalteng. Sebaliknya, Cekungan Asam Asam adalah daerah di sebelah Timur Pegunungan Meratus.
"Nah, Batola terletak pada peta temuan potensi sumber daya mineral berjenis gas di Cekungan Barito tersebut. Namun, hingga saat ini belum ada kesimpulan yang menguatkan kalau Batola pun memiliki potensi migas," ujarnya.
Saat ini, hanya di Tanjung Raya, Tabalong saja yang mampu berproduksi. Hingga 2003 sudah ada 19,532 juta meter kubik migas yang dihasilkan. Sementara cadangan yang dapat diproduksi ada 27 juta meter kubik. mdn/niz
Copyright © 2003 Banjarmasin Post
Barambai Tak Menentu
Senin, 27 Nopember 2006 02:00:01
Banjarmasin, BPost
Aktivitas sumur yang menyemburkan lumpur bercampur gas di Desa Kolam Kanan, Kecamatan Barambai, Kabupaten Barito Kuala, Minggu (26/11) masih terus berlangsung. Bahkan, semburan sumur meningkat ketika air pasang pada dinihari sekitar pukul 02.00 Wita.
Semburan terlihat semakin deras dengan ketinggian sekitar 2,5 meter dibarengi suara gemuruh. Meski begitu, tidak terjadi penambahan volume air maupun lumpur di sekitar sumur. "Sangat dimungkinkan yang keluar dari sumur adalah gas," kata staf Distamben Kalsel, Sri Hargo.
Sementara rencana penutupan sumur menggunakan pasir urung dilakukan. Tim gabungan Distamben Kalsel dan PT Pertamina yang terus memonitor aktivitas lumpur ini, menilai penutupan dengan pasir tidak menyelesaikan masalah.
Selain itu, tim khawatir jika sumur ditutup akan memunculkan kawah-kawah baru. "Kita tak ingin mengambil risiko. Penutupan dengan pasir kita batalkan," ujar seorang anggota tim kepada BPost.
Hingga petang kemarin aktivitas sumur relatif stabil. Menurut Sri Hargo, ketinggian semburan berkisar 50 sampai dengan 75 sentimeter. Saat itu tidak terdengar gemuruh melainkan hanya riak-riak diselingi semburan berulang-ulang.
Dari pantauan BPost, akibat semburan kencang pada malam hari, bekas lumpur menempel di batang pohon kelapa yang berada persis di samping sumur.
Meski tidak ada penambahan lumpur yang signifikan, warga telah melokalisir sumur dengan membuat tanggul setinggi 1 meter. Di atas tanggul ditumpuk karung-karung berisi pasir.
Kepala Posko Satlak Penanggulangan Bencana yang didirikan tidak jauh dari lokasi sumur, Kasbi Sianipar mengatakan, tanggul itu sebagai langkah antisipasi. Mereka khawatir, lumpur yang keluar semakin banyak dan meluas.
"Memang dua hari ini tak ada penambahan lumpur dalam jumlah banyak. Tapi tidak ada salahnya tanggul kita siapkan lebih dulu," ujar Hasbi di posko bersama beberapa anggota TNI.
Sementara Pemkab Batola menyerahkan sepenuhnya penanggulangan lumpur kepada tim gabungan yang terus melakukan penelitian. "Karena kami tak memiliki instansi teknis (dinas pertambangan, Red). Kami hanya menyiapkan segala sesuatunya terkait dampak Lumba," jelas Kabag Humas Batola, Wawan Wahyuni.
Salah satunya, sebut dia, pihaknya mendirikan posko gabungan Kodim, Polri, Satpol PPP dan Orari lokal dan dapur umum untuk para relawan.
Pemkab Batola, aku Wawan, tak memiliki data tentang kandungan sumber daya mineral di perut bumi Batola. Apalagi, sebut dia, hampir 97 persen Batola terdiri dari rawa sehingga tidak memungkinkan adanya sumur gas atau minyak.
"Memang tahun 1975 silam pernah ada survei minyak, namun hingga kini hasilnya tidak pernah disampaikan ke Pemkab Batola," ungkapnya.
Bupati Eddy Sukarma sendiri masih menunggu hasil penelitian yang dilakukan Dinas Pertambangan Kalsel dan tim ahli geologi dari Departemen ESDM dibantu UGM, ITB dan ITS.
Larang Sumur Bor
Dinas Pertambangan dan Energi Kalsel meminta semua kegiatan pengeboran sumur di Batola dihentikan. Hal ini guna menghindari peristiwa itu terulang di wilayah lain.
"Kami mengimbau semua kegiatan pengeboran sumur di Batola segera dihentikan. Ini agar tak mengulangi kejadian lumba," kata Plh Kadistamben Kalsel, Heryozani Dharma.
Menurut Yoyo --sapaan akrab Heryozani yang juga Wakadistamben Kalsel-- langkah itu sekaligus menunggu temuan jenis gas dan kandungan apa dari dalam lumpur yang tersembur di Barambai.
Sampai saat ini, Pertamina belum bisa memastikan jenis gas yang terkandung di dalamnya. Alat pendeteksi gas milik Pertamina di Murung Pudak, Tabalong, tidak menunjukkan hasil memuaskan. Alat itu, sebut Yoyo, belum mampu menemukan jenis gas yang mendorong lumpur di dalam sumur bor di halaman rumah Ketut Tegal.
Sementara, sampel lumpur dan material di dalamnya sedang diteliti di laboratorium di Jakarta. "Diteliti untuk memastikan kandungan materialnya," kata Yoyo.
Namun dia kembali menegaskan gas yang keluar dari sumur tidak beracun. Memang, sumur berpotensi mengandung Nitrat yang berbahaya bagi mahluk hidup. Namun, gas yang keluar dari sumur belum ada mengandung Nitrat. "Kandungan zat kimia dalam gas yang keluar masih berada di bawah baku. Jadi aman bagi penduduk," terangnya.
Lokasi Ditutup
Fenomena lumpur menjadi daya tarik bagi warga untuk melihat dari dekat. Pantauan BPost, ribuan orang dari berbagai penjuru Kalsel bahkan Kalteng berdatangan hingga sore hari. Hal yang sama terjadi sehari sebelumnya, Sabtu (25/11).
Namun, kemarin, sekitar pukul 15.30 Wita, seorang pengunjung perempuan dari Kota Banjarmasin tiba-tiba jatuh menggelepar ketika mendekat ke garis polisi yang berjarak 25 meter dari sumur.
Wanita paro baya diketahui bernama Hj Jatiah tiba-tiba kesurupan. Matanya terpejam, sementara tangannya bergerak seperti memberi isyarat mengandung makna. Warga setempat berdatangan, sebagian ada yang membawa dupa.
Jatiah tampak ingin menyampaikan seseuatu. Setelah ditanya warga, perempuan itu mengeluarkan kalimat aneh dengan suara berdesis. Menurut seorang warga yang diucapkan Jatiah dalam bahasa Bali halus.
Warga yang asal Bali menerjemahkan bahwa jasad Jatiah sedang dirasuki penunggu sumur gas yang mengaku bernama Made dan Wayan.
"Kerajaan roh halus dari Bali kini sedang bekerja menutup sumur. Mereka minta lokasi dikosongkan dari pengunjung, karena lokasi berbahaya, dan itu mengganggu pekerjaan mereka," ujar Made Sukre, menerjemahkan kalimat yang disampaikan Jatiah.
Roh yang merasuki tubuh Jatiah, sebut Sukre, juga meminta sesajen ayam hitam, kelapa dan lainnya. Warga juga diminta sembahyang setiap Rabu selama 40 hari berturut-turut.
Setelah siuman, Jatiah tampak kebingungan. Wanita itu buru-buru dibawa rekannya ke tempat parkir sepeda motor. Tak lama kemudian, keduanya buru-buru meninggalkan lokasi.
Sukre dan warga lainnya mempercayai hal itu. Mereka lantas meminta aparat kepolisian membubarkan pengunjung. Warga bubar setelah petugas dengan menggunakan alat pengeras suara meminta mereka tidak berada di lokasi sumur.
"Jauh-jauh saya dari Banjarmasin ingin melihat, kok nggak boleh. Padahal, kata pemerintah tidak berbahaya," gerutu pengunjung yang secara berombongan datang dari Banjarmasin dengan mengendarai mobil pick-up itu.
Sementara para pemuda setempat menahan pengunjung dari di jembatan jalan masuk ke kampung. Mereka meminta pengunjung segera memutar haluan. "Lokasi sumur tidak boleh dikunjungi lagi. Kondisinya berbahaya," seru para pemuda itu. ais/niz
Copyright © 2003 Banjarmasin Post
Lumpur Barambai Meluber
Minggu, 26 Nopember 2006 02:37
Marabahan, BPost
Semburan lumpur yang menebarkan gas beracun di Desa Kolam Kanan, Barambai, Barito Kuala, Kalsel, memantik keresahan masyarakat setempat. Volume lumpur makin meningkat dan meluber dekat permukiman, Sabtu (25/11).
Lumpur Barambai - Semburan lumpur di Desa Kolam Kana, Desa barambai, Kabupaten Batola, hingga kemarin (25/11) masih berlangsung. Foto: BPost/Apunk
Warga cemas kalau semburan lempur semakin meluber seperti lumpur panas Lapindo di Sidoarjo, Jawa Timur. Apalagi, lumpur meluber dan mulai memasuki halaman rumah warga.
Soal kecemasan diungkapkan Arbainah (55), seorang guru SDN Kolam Kanan, yang rumahnya tepat di depan gang lokasi semburan. Meski hingga kemarin dia masih aktif mengajar, namun sejak mendengar adanya lumpur ‘mirip’ Lapindo di daerahnya, perasaan takut terus menggelayutinya.
Karena tidak mampu menahan beban pikiran, Arbainah dan beberapa warga mengeluh pusing-pusing. Mereka pun mendatangi posko kesehatan Kecamatan Berambai yang dioperasikan di salah satu ruangan kelas SDN Kolam Kanan.
"Setidaknya sampai hari ini (kemarin) sudah ada lima warga, termasuk Arbainah datang ke posko mengeluh pusing. Tetapi setelah kita periksa, pusing yang mereka alami bukan karena pengaruh gas yang ditimbulkan dari semburan lumpur," kata Sayid Setiadi, petugas posko kesehatan kepada BPost.
Menurut dia, pusing yang dialami warga diduga karena terlalu banyak membayangkan macam-macam yang akhirnya memacu tingkat stres secara berlebihan. "Maklumlah, karena tidak terbiasa menghadapi itu (lumpur) akhirnya terbayang macam-macam," jelasnya.
Sejak menyembur kali pertama, Rabu (22/11), aktivitas semburan lumpur bercampur gas di Desa Kolam Kanan, memang semakin meningkat. Bahkan, kata Kepala Desa Barambai Reben Widodo, luas pergolakan lumpur yang keluar (kemarin) sudah mencapai tujuh meteran.
"Bahkan, suara gemuruh bak ombak di pantai terdengar sampai radius 100 meter," ujarnya. Untuk menghindari terjadinya sesuatu, aparat memperlebar police line sekitar 250 meter dari pusat semburan.
Pantauan BPost, semburan lumpur masih berlangsung dengan ketinggian hingga dua meter. Kondisi itu memaksa warga membangun tanggul darurat setinggi satu meter dengan luas 50 x 50 meter persegi. Di atas tanggul darurat itu diletakkan karung-karung berisi pasir.
Pembuatan tanggul yang dilakukan warga bersama anggota TNI dan Polri itu untuk mencegah terjadi luberan lumpur ke kawasan pemukiman warga. Hal ini dikarenakan adanya peningkatan volume lumpur di sekitar lokasi semburan.
"Tanggul darurat itu akan ditinggikan jika semburan lumpur terus bertambah. Sementara ini jaringan listrik di sekitar lokasi semburan, yakni RT 10 juga diputus," kata Reben Widodo, Kepala Desa Kolam Kanan.
Wakil Gubernur Rosehan NB yang juga Ketua Harian Satuan Koordinasi Pelaksana Penanggulangan Bencana Kalsel meminta kepolisian dan TNI melarang warga memasuki daerah rawan semburan.
"Jika luapan lumpur semakin memburuk, seluruh warga yang berdekatan dengan lokasi lumpur harus dievakuasi," tandas Rosehan saat mengunjungi Desa Barambai.
Warga mengaku siap mengungsi bila ada anjuran dari pemerintah. Sebaliknya, l Desa Kolam Kanan yang lebih dikenal kampung Bali itu, kini ramai didatangi orang luar desa.
Selain pembuatan tanggul, warga Barambai yang mayoritas transmigran asal Bali pada 1977, Jumatkemarin, melakukan upacara ritual keagamaan di dekat semburan. Rabu (29/11) mendatang bersamaan perayaan Hari Galungan, warga kembali melakukan ritual tolak bala.
Dilarang Nyalakan Api
Sementara pihak Dinas Pertambangan Kalsel bersama-sama tiga ahli eksplorasi dari Badan Geologi, Departemen Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) masih terus melakukan penelitian dan pengambilan sample lumpur dan gas dari pusat semburan.
Pihak Distamben Kalsel sebelumnya menyatakan kandungan lumpur bercampur gas belum membahayakan. Kandungan lumpur di antaranya mengandung unsur S02 (Sulfur Dioksida), N02 (Nitrogen Dioksida), CO (Karbon Monoksida), NH3 (Amoniak) dan H2S (Hidrogen Sulfida).
"Kondisinya masih di bawah ambang batas dan belum termasuk berbahaya," kata salah seorang peneliti dari Distamben.
Tim ahli dari Badan Geologi Departemen ESDM sendiri masih melakukan pengambilan sampel dan pengukuran suhu pada lumpur gas tersebut. Sampel-sampel itu rencananya dibawa ke Jakarta untuk diteliti unsur-unsur kimianya.
Yang jelas, kata Plh Kadis Pertambangan Kalsel, Heryozani Dharma, semburan gas sangat berbahaya jika mengandung gas methana di antara unsur kimia lainnya. "Unsur methana ini, kalau ada percikan api bisa menimbulkan kebakaran," jelasnya.
Karena itu, pihaknya meminta warga tidak menyalakan api di dekat semburan lumpur bercampur gas tersebut. "Kita berlakukan larangan itu guna menghindari hal-hal yang tidak diinginkan," imbuhnya.
Heryozani ditemui di sekitar lokasi semburan lumpur gas, mengaku belum bisa memastikan penyebab terjadinya semburan itu. "Kami juga belum bisa memperkirakan kapan semburan lumpur gas itu berhenti," tukasnya.
Selain dari Badan Geologi Departemen ESDM akan segera tiba tim ahli dari Universitas Gadjah Mada, Jogjakarta dan Institut Teknologi Bandung.
Seperti diketahui semburan lumpur bercampur gas terjadi saat seorang warga Kolam Kanan, melakukan pencarian air bersih dengan pembuatan sumur bor sedalam 136 meter di dekat rumah Ketut Tegal, Rabu (22/11) lalu.
Mencegah semburan lumpur meluber ke permukiman warga, Dinas Pertambangan dan Pertamina berencana menutup kawah semburan dengan pasir. Tim menilai cara itu efektif untuk mencegah melubernya lumpur ke lahan pertanian dan permukiman warga. mdn/kcm/miol/ant
Copyright © 2003 Banjarmasin Post
Lumpur Barambai Menebar Racun
Sabtu, 25 Nopember 2006 02:36:35
Lumpur Barambai Menebar Racun
* Berbahaya dalam radius kurang 100 meter
* Jadi ‘Lapindo II’ bila sumur disumbat
* Geolog Banjarbaru yakin segera mampet
Marabahan, BPost
Kecemasan baru menggelayuti masyarakat Desa Kolam Kanan, Kecamatan Barambai, Barito Kuala, Kalimantan Selatan. Lumpur yang menyembur dari bumi Kolam Kanan, Jumat (24/11), menebarkan gas beracun.
Dinas Pertambangan Kalsel mengidentifikasi gas tersebut, jenis Nitrogen dari senyawa Nitrit (NO2). Senyawa kimia ini mampu membuat seseorang meninggal mendadak, apabila terhirup dalam jumlah besar atau kadarnya melebihi ambang batas.
Klik untuk memperbesar
Klik untuk memperbesar
Sifat gas ini cenderung mengikat oksigen. Begitu terhirup dan masuk dalam peredaran darah, maka oksigen dalam darah akan berkurang. Sistem peredaran darah pun terganggu hingga memicu kegagalan pernafasan (sesak nafas), lemas dan pingsan.
"Nitrit atau NO2 itu memang termasuk zat kimia beracun. Sifatnya lebih agresif atau berbahaya dibanding senyawa sejenisnya, Nitrat (NO3)," ujar Abdullah SSi MSi, ahli kimia dari Program Studi Kimia Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam (FMIPA) Universitas Lambung Mangkurat Banjarbaru, Jumat (24/11).
Nitrit mampu mengacaukan peredaran darah yang pada gilirannya mengganggu metabolisme tubuh. Gejala keracunan bisa dideteksi dari sesak nafas lalu pingsan, begitu susunan saraf pusat terganggu. Bahaya zat ini pernah membuat kelimpungan ratusan santri Al Falah Banjarbaru, Mei 2006 lalu.
Ketika itu kandungan Nitrit ditemukan dalam makanan basi yang dikonsumsi santri. Kini zat yang sama menyaput udara Desa Kolam Kanan. Abdullah menengarai Nitrit yang keluar dari lubang sumur bor sedalam 135 meter itu, merupakan hasil proses alamiah dari bercampurnya bahan-bahan organik yang membusuk dalam tanah.
Tebaran gas dari Nitrit ini patut diwaspadai, karena membahayakan jiwa manusia, bila kadarnya mencapai lebih dari ambang batas 0,1 PPm. "Itu sebabnya, warga kami imbau agar tidak lerlalu dekat pusat semburan. Minimal sekitar 100 meter dari lokasi semburanlah," kata Heryozani Dharma, Plh Kepala Dinas Pertambangan Kalsel.
Selain Nitrit, lumpur yang menyembur dari dalam tanah halaman rumah Ketut Tegal (60) itu, mengandung Asam Sulfida (H2S), Alumunium (Al), Amoniak (NH3), Sulfat (SO4), Klorida (Cl), Nitrat (NO3). Ditinjau dari sumber semburan yang berkedalaman 135 m, Heryozani meyakini material lumpur berada pada sedimen kuarter.
Setelah diteliti di laboratorium, sampel semburan lebih didominasi gas dibanding material lumpurnya. Sejak lumpur menyembur, Rabu (22/11) lalu, Dinas Pertambangan Kalsel menerjunkan dua petugas yang melakukan monitoring dan mengambil sampel tiga kali dalam sehari.
Dari hasil penelitian sementara, semburan lumpur diduga terjadi akibat tiga kemungkinan. Pertama, gas yang keluar merupakan hasil pembentukan di daerah gambut atau disebut gas mitan. Diperkirakan letak gas tersebut pada kedalaman 135 meter. Dugaan lainnya, daerah itu merupakan cekungan sedimentasi terkait pembentukan cekungan Barito.
Dugaan terakhir adalah gas muncul dari lapisan kedap air yang mendapat tekanan kuat dari bawah. "Kami belum bisa memastikan apa yang menyebabkan semburan gas tersebut. Di satu sisi, semburan itu menjadi berita kegembiraan kalau gas itu berupa gas alam, tetapi di sisi lain juga prihatin belum tahu bagaimana mengatasi atau menghentikan semburan tersebut," tutur Heryozani.
Semburan lumpur liar Kolam Kanan terus mengucur hingga pukul 14.00 Wita kemarin. Ketinggian semburan mencapai 1-2 m, lebih rendah dibanding semburan hari pertama setinggi pohon kelapa. Semburan kemarin juga tak lagi menyertakan material lumpur sebanyak semburan perdana.
Namun, justru gas beracun yang dominan. Mengantipasi kemungkinan buruk, aparat kepolisian memasang police line dalam radius sekitar 100 meter dari pusat semburan. Pengamanan ini dilakukan karena warga dari berbagai daerah di Kalsel berdatangan untuk menyaksikan fenomena alam tersebut. Apalagi, lubang bor yang semula hanya 1,5 inci, kemarin makin menganga, mencapai sekitar 5 meter persegi. Evakuasi
Wakil Gubernur Kalsel, Rosehan NB bersama Kepala Badan Kesbanglinmas Kalsel, Hadi Susilo kemarin meninjau pusat semburan ini. "Berdasarkan keterangan BTKL, gas dari sumur itu masih di bawah ambang batas. Jadi, udara setempat masih aman untuk manusia," tutur Hadi Susilo.
Seiring kunjungan Wagub Rosehan, datang kabar baik. Ahli Geologi Akademi Teknik Pembangunan Nasional (ATPN) Banjarbaru, Ir Syamsuri memprediksi semburan lumpur Barambai segera berhenti. Tekanan gas akan habis dalam hitungan hari.
Alasannya, galian sumur dari mata bor yang dibenamkan ke perut bumi relatif dangkal. Kedalaman 135 meter dari permukaan bumi, tidak membuat semburan lumpur sampai meluber hingga mengakibatkan lautan lumpur, seperti lumpur panas Lapindo Sidoarjo.
Menurut Ir Syamsuri, semburan lumpur Kolam Kanan hanya fenomena alam biasa. Akibat gangguan dari sekitar areal rawa atau zona gas terbentuklah jebakan gas yang membumbung tinggi, bak air yang disebut artesis.
Berpijak dari karakteristik rawa ini, Syamsuri menyarankan membiarkan lubang lumpur. Apalagi mencoba menutup lubang sumur atau dikenal penyuntikan. "Dampaknya akan parah, lumpur justru akan meluber ke mana-mana akibat labilnya tanah di areal sumur," jelasnya. ais/niz
Copyright © 2003 Banjarmasin Post
Abrasi Ancam Pantai Pagatan
Kamis, 23 Nopember 2006 01:36:57
Batulicin, BPost
Pantai Pagatan adalah satu di antara sejumlah objek wisata pantai di Tanah Bumbu dengan panorama yang indah sehingga mampu menyedot wisatawan baik lokal maupun asing.
Namun keberadaan pantai yang berada di Kecamatan Kusan Hilir ini tidak lagi seperti dulu, dimana kawasan pantainya sejuk karena banyaknya pohon. Pantai Pagatan yang berada di tepi jalan poros Banjarmasin-Batulicin itu mulai tergerus abrasi (pengikisan daratan).
Pantauan BPost, di Desa Beringin terlihat abrasi mulai mengenai kawasan pantai, tidak telihat ada tanaman pencegah abrasi baik pohon bakau, kelapa maupun braek water (pemecah gelombang) buatan.
Apabila gelombang pasang, air laut langsung menghantam daratan dan terjadi setiap waktu. Abrasi yang terjadi di pantai Pagatan ini tidak hanya terjadi di satu titik melainkan beberapa kawasan.
Afrullah, nelayan setempat menyebutkan, 10 tahun lalu badan jalan Banjarmasin-Batulicin jauh dengan pantai namun sekarang terasa dekat sekali. Jalannya tidak berubah, garis pantai yang semakin mendekati jalan raya khususnya jembatan Beringin di Desa Beringin.
Meski kurang mengerti soal abrasi, Afrullah mengaku khawatir apabila tidak ditanggulangi, sebab pengikisan pantai semakin parah dan bisa merusak pondasi jembatan yang terbuat dari kerangka baja tersebut.
Ombak pantai yang terjadi setiap hari terus mengikis sedikit demi sedikit kawasan Pantai Pagatan.
Apabila pemda maupun pemprov tidak segera mengambil tindakan dengan membuat siring buatan, abrasi di kawasan itu akan semakin meluas. "Jangan sampai jalan raya putus dan jembatan putus seperti di Sungai Lembu akibat kawasan pantai yang terus terkikis," kata Afrullah. dhs
Copyright © 2003 Banjarmasin Post
Sungai Tabonio Dikeruk Lagi
Selasa, 21 Nopember 2006 01:38:58
Pelaihari, BPost
Mengantisipasi kemungkinan kekritisan debit air pada musim kemarau tahun depan, Sungai Tabonio akan dikeruk lagi. Manajemen PDAM Pelaihari mengesampingkan keberadaan waduk eks pabrik gula.
"Saya telah mengusulkan kepada Bupati agar Sungai Tabonio dikeruk lagi. Ini penting untuk menjaga kecukupan debit air di musim kemarau di masa mendatang," tukas Plt Dirut PDAM Pelaihari H Dwi Wahatno Bagio BE SSos.
Pengerukan tersebut mendesak dilakukan mengingat tingginya tingkat sedimentasi (pendangkalan). Apalagi sekarang di bagian hulu sungai mulai marak penambangan bijih besi, selain penambangan emas rakyat yang telah berlangsung sejak puluhan tahun silam.
Sungai Tabonio sampai sekarang masih menjadi bahan baku utama PDAM Pelaihari. Sebagian bahan baku lainnya didapat dari air terjun Bajuin dan sumur artesis.
Sejumlah kalangan di Pelaihari sebenarnya menyarankan agar PDAM Pelaihari mencari sumber bahan baku lain. Ini mengingat kondisi Sungai Tabonio yang cenderung terus mengalami penurunan kuantitas dan kualitas.
Akibat tingginya tingkat kekeruhan di musim kemarau saja, biaya produksi berlipat ganda. Seperti kebutuhan tawas dari 50 kilogram menjadi 250 kilogram per hari. Belum lagi hasil lab yang memperlihatkan tingginya kadar Fe (besi) hingga jauh melampui ambang batas baku mutu.
Waduk eks pabrik gula milik PTPN XIII di Desa Ambungan Kecamatan Pelaihari banyak dirujuk oleh sejumlah kalangan sebagai alternatif bahan baku. Namun ini dikesampingkan oleh manajemen PDAM Pelaihari.
"Saya sudah lihat waduk itu. Itu juga tidak akan tahan jika kemarau panjang. Jadi, lebih baik menjaga dan mengamankan Sungai Tabonio saja. Apalagi IPA (instalasi pengolahan air) kita sudah ada di sana," sebut Wahatno.
Menurutnya Sungai Tabonio cukup dikeruk lagi sepanjang 5 kilometer, meneruskan kerukan 3 kilometer beberapa tahun silam. Selain akan menambah debit air dalam jumlah besar, juga akan mengurangi aktivitas penambangan emas.
"Jadi pengerukan akan memberikan dua manfaat sekaligus. Kita tidak perlu konfrontasi untuk mengatasi penambangan emas itu, tapi cukup dengan pengerukan. Jika air dalam, praktis mereka tidak akan bisa beraktivitas di sungai lagi," sebut Wahatno.
Bupati Tala Drs H Adriansyah saat jumpa pers dengan wartawan, pekan tadi menegaskan, dirinya menyetujui pengerukan kembali Sungai Tabonio.
"Saya juga berharap rehabilitasi jaringan PDAM tahun ini berlangsung lancar. Saya harapkan ini didukung penuh oleh semua pihak, karena ini demi memenuhi hajat orang banyak (masyarakat). Kita sudah bisa mengatasi keterbatasan telekomunikasi dan listrik, tinggal air yang belum," kata Aad. roy
Copyright © 2003 Banjarmasin Post
Tuesday, December 19, 2006
Musim Hujan Dongkrak Harga Karet
Kamis, 16 Nopember 2006 23:44:39
Banjarmasin, BPost
Datangnya musim penghujan sekitar akhir tahun 2006 sampai awal tahun 2007 diharapkan dapat menstabilkan harga karet dunia yang kini merosot. Harga karet yang sempat menyentuh angka 2 dolar AS per kilogram pertengahan 2006, kini turun 1,66 dolar AS per kilonya.
Direktur PT Insan Bonafide, Kodrat Syukur mengatakan, penurunan harga komoditas karet disebabkan ulah para spekulan yang membuat pasokan karet ke pasar dunia berlebihan sehingga harga tertekan. Ia berharap musim hujan tahun ini bisa menstabilkan harga karet.
"Memang benar seperti dikatakan Gapkindo Pusat, akan terjadi penurunan produksi musim hujan datang. Sebab saat hujan para petani kesulitan menyadap karet. Jika produksi turun pasokan ke pasar dunia juga akan sedikit ditekan, sehingga harga bisa naik lagi," katanya, Kamis (16/11).
Disebutkan Kodrat, harga karet yang ideal bagi pengusaha adalah 1,7 dolar AS sampai 2 dolar per kilogramnya. Karena harga yang terlalu rendah dari range tersebut akan merugikan pengusaha dan petani, sedangkan harga yang terlalu tinggi dari range itu akan memberatkan konsumen.
PT Insan Bonafide sendiri per bulannya mengekspor sekitar 2500 ton karet dalam bentuk SIR 20 ke Amerika Serikat, Jepang dan China. Terbesar adalah ke Amerika mencapai 50 persen dari total ekspor.
Produsen karet dunia sendiri saat ini masih dimonopoli Thailand, menyusul kemudian Indonesia dan Malaysia. Di mana secara berurutan kapasitas produksi per tahun kini mencapai 2,8 juta ton, 2,2 juta ton dan 1,1 juta ton.
Jumlah tersebut mengalami peningkatan sangat signifikan dibandingkan tahun 2002 yang hanya 2 juta ton di Thailand, 1,3 juta ton di Indonesia dan 700 ton di Malaysia. nda
Copyright © 2003 Banjarmasin Post
Friday, December 08, 2006
Riam Kiwa Tercemar
Jumat, 10 Nopember 2006 01:07:22
Martapura, BPost
Bapedalda Banjar mengakui, hasil pemeriksaan sampel air Sungai Riam Kiwa di sejumlah titik terindikasi tercemar.
"Dari hasil pemeriksaan sampel air Sungai Riam Kiwa yang dilaksanakan laboraturium perindustrian di Banjarbaru, ada dua zat yang signifikan melebihi ambang batas di air sampel," kata Kepala Bapedalda Banjar Ir Achmad Suprapto, Kamis (9/11).
Dua zat yang melebihi ambang batas berdasar ketentuan syarat standar kesehatan air sungai yang tertuang dalam SK Gubernur Kalsel No 28/1994, adalah raksa dan lemak/minyak.
Dalam ketentuan, zat raksa di setiap liter air paling tinggi 0,001, sedangkan lemak/minyak harus nihil atau tidak ada. Namun, di sejumlah titik ditemukan zat raksa dan lemak yang melebihi ambang batas, ungkapnya.
Sampel yang diambil di Pengaron menunjukkan raksa 0,044, Mataraman 0,057, Martapura 0,051 dan Sungai Tabuk 0,051. Dari data itu, kadar raksa terbesar dijumpai pada sampel air Sungai Riam Kiwa yang diambil di Pengaron.
Kandungan lemak/minyak di Pengaron ada 11, Mataraman 1, Martapura 2 dan Sungai Tabuk 0. Semestinya, kandungan lemak/minyak harus tidak ada agar memenuhi standar kesehatan air.
"Jika melihat ada kandungan raksa, ada kemungkinan terdapat tambang emas ilegal di kawasan hulu. Pasalnya, raksa ini biasanya digunakan untuk menghimpun butiran emas. Masalah ini tentu akan kita koordinasikan dengan Distamben Banjar untuk menentukan langkah selanjutnya," bebernya.
Adapun mengenai kandungan lemak/minyak, Suprapto mengatakan ada kemungkinan oli bekas yang dibuang secara sembarangan ke sungai.
Bina Lingkungan Hidup Indonesia (BLHI) Kalimantan menuding, pencemaran Sungai Riam Kiwa disebabkan ulah oknum warga yang menyebar potas untuk mengambil ikan di sungai.
"Berdasarkan laporan hasil penelitian sampel yang dilakukan Fakultas Kedokteran Unlam Banjarbaru, Sungai Riam Kiwa di kawasan Batang Banyu Kecamatan Sambung Makmur tercemar potas. Itu adalah bukti bahwa oknum warga sendiri yang mengakibatkan sungai tercemar," ujar Direktur BLHI Kalimantan Badrul Ain Sanusi.
Disinggung hasil sampel yang berbeda dengan Bapedalda, Badrul mengatakan bahwa hal itu bisa saja terjadi, tergantung dari mana sampel diambil.
Hal ini harus ditindaklanjuti dengan aksi nyata dari instansi pemerintah, agar air sungai yang menjadi kebutuhan pokok warga tidak tercemar lagi. Bapedalda dan Distamben Banjar mesti berani menertibkan pihak tertentu yang menjadi biang pencemaran, ujarnya. adi
Copyright © 2003 Banjarmasin Post
Friday, December 01, 2006
Belum Ada Rencana Relokasi Warga Desa Kolam Kanan
Rabu, 29 November 2006
Palangkaraya, Kompas - Hingga saat ini belum ada rencana merelokasi permukiman penduduk di sekitar lubang semburan lumpur bercampur gas di Desa Kolam Kanan, Kecamatan Barambai, Kabupaten Barito Kuala, Kalimantan Selatan. Itu karena frekuensi semburan cukup stabil dan volume materialnya tidak besar.
Air dan lumpur yang dimuntahkan juga terlihat keluar-masuk lubang semburan. Menurut Camat Barambai Taufik Hidayat, Selasa (28/11), hanya lima keluarga yang rumahnya berdekatan dengan lokasi semburan yang perlu diungsikan.
Lumpur dan gas menyembur dari lubang sumur galian air yang dibuat warga sejak Rabu pekan lalu. Untuk melokalisasi genangan, warga membangun tanggul dari karung berisi tanah dengan ukuran 50 meter x 50 meter setinggi 0,5 meter.
"Sambil menunggu kepastian hasil penelitian kandungan lumpur dan gas, kami melarang warga memasuki area sekitar semburan," ungkap Hidayat. Posko Satuan Pelaksana Penanganan Bencana juga didirikan di dekat lokasi.
Posko yang aktif 24 jam tersebut dijadikan pusat informasi bagi masyarakat sekitar agar tidak resah. "Kami coba menenangkan warga, apalagi kejadian semburan lumpur dan gas ini baru pertama terjadi sehingga banyak masyarakat bertanya-tanya," kata Taufik.
Personel yang berjaga di posko terdiri atas prajurit Tentara Nasional Indonesia, polisi, satuan polisi pamong praja, dinas pertambangan, dan warga. Posko didirikan sekitar 150 meter dari lokasi semburan.
"Dengan adanya posko ini, kami dapat cepat menginformasikan kepada masyarakat seandainya ada perkembangan baru," kata Taufik. Di sisi lain, masyarakat juga dapat langsung mendatangi posko seandainya ingin mengetahui berbagai informasi seputar semburan lumpur campur gas tersebut. (CAS)
Semburan Lumpur-Gas Masih Berlangsung
Selasa, 28 November 2006
Banjarmasin, Kompas - Semburan lumpur dan gas di Desa Kolam Kanan, Kecamatan Barambai, Kabupaten Barito Kuala, Kalimantan Selatan, hari Senin (27/11) masih berlangsung. Namun, aktivitas harian warga desa sudah mulai normal kembali.
Camat Barambai Taufik Hidayat mengatakan, semburan tersebut tidak lagi menghasilkan tambahan volume lumpur. Lumpur bercampur gas menyembur untuk pertama kalinya dari lubang sumur galian warga pada Rabu (22/11) pekan lalu.
Sejauh ini penghuni empat rumah diungsikan ke rumah tetangga atau kerabat yang ada di wilayah itu. Salah satu dari empat keluarga yang diungsikan itu adalah Ketut Tegal, warga yang galian sumur airnya menyemburkan lumpur tersebut. "Semburan lumpur dan gas itu belum mengkhawatirkan," kata Taufik.
Tunggu hasil penelitian
Dalam kesempatan terpisah, Pelaksana Tugas Kepala Dinas Pertambangan Kalsel Heryozani Dharma mengatakan, sampai kemarin belum ada kesimpulan dari penelitian terhadap sampel gas.
Sampel semburan diambil oleh Badan Geologi Departemen Energi dan Sumber Daya Mineral. "Kami menunggu hasil tersebut untuk memastikan apakah gas yang keluar tersebut berbahaya atau tidak," kata Heryozani.
Menurut dia, material semburan terutama terdiri dari gas ditambah lumpur yang jumlahnya lebih sedikit. Itu sebabnya sejak awal Dinas Pertambangan Kalsel telah menyurati Direktorat Jenderal Minyak dan Gas agar segera bertindak.
"Penanganan semburan gas itu bukan lagi urusan daerah, tetapi urusan instansi di lingkungan Kementerian ESDM," kata Heryozani. (FUL)
Semburan Lumpur di Kalsel Ada Unsur Gas
Sabtu, 25 November 2006
Banjarmasin, Kompas - Semburan lumpur di Desa Kolam Kanan, Kecamatan Barambai, Kabupaten Barito Kuala, Kalimantan Selatan, pada Jumat (24/11) siang masih setinggi satu meter hingga dua meter. Kini material yang disemburkan sebagian besar adalah gas dengan sedikit lumpur.
Untuk mengantisipasi terjadinya hal-hal yang buruk, warga diminta menjauh sekitar radius 100 meter di luar batas garis polisi yang dipasang di lokasi semburan.
Sementara itu, para petugas satuan koordinasi pelaksana (satlak) penanganan bencana Kabupaten Barito Kuala, polisi, dan petugas lainnya terus mengamankan lokasi semburan tersebut. Itu dilakukan karena warga dari berbagai daerah di Kalimantan Selatan (Kalsel) terus berdatangan untuk menyaksikan kejadian alam tersebut.
Setiap hari di dekat semburan lumpur, warga Desa Kolam Kanan juga melakukan ritual agama Hindu Bali untuk menolak bala. Mereka berharap semburan segera berakhir.
Semburan lumpur keluar dari sumur bor sedalam 135 meter yang digali di depan rumah seorang warga, Ketut Tegal, sejak Rabu lalu. Sumur itu dibuat untuk mencari air bersih.
Semburan lumpur tersebut sempat mencapai setinggi pohon kelapa. Akibat peristiwa itu, beberapa warga mengungsi karena khawatir rumahnya terendam. Dua rumah warga terpaksa dibongkar karena mulai tergenang lumpur.
Camat Barambai Taufik Hidayat mengatakan, meski volume semburan tidak bertambah dan lebih banyak gas yang keluar, diameter lubang bertambah. Awalnya lubang semburan sebesar pipa sumur bor, kini diameternya sekitar lima meter.
"Secara umum, perkembangan semburan liar itu tidak ada yang mengkhawatirkan, tetapi warga dari berbagai daerah terus berdatangan untuk melihat langsung semburan tersebut," kata Taufik Hidayat.
Sedimen kuarter
Menurut Pelaksana Harian Kepala Dinas Pertambangan Kalsel Heryo Zani Dharma, asal semburan masih berada pada sedimen kuarter—usianya relatif muda.
Hasil sampel deteksi dini yang diperiksa di laboratorium menunjukkan material gas jauh lebih banyak dibandingkan dengan lumpur.
Unsur kimia yang terbawa semburan adalah hidrogen sulfida (H>sub<2>res<>ressub<3>res<>res<), dan Nitrit (mengandung NO>sub<2>res<>res<). Nitrit perlu diwaspadai karena berbahaya bagi manusia jika kadarnya di atas 0,1 particle per million (ppm).
Saat ini kandungan nitrit masih di bawah 0,05 ppm. "Itu sebabnya, warga kami imbau untuk tidak terlalu dekat. Minimal sekitar semburan radius 100 meter diamankan," kata Heryo.
Sejak terjadi semburan, dua petugas dinas pertambangan terus memantau perkembangan dan tiga kali mengambil sampel setiap hari. "Agar perkembangan semburan bisa diketahui setiap saat," kata Heryo.
Tiga penyebab
Pada Jumat siang petugas dari Pertamina juga datang membantu. Dari Departemen Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) telah mengirimkan tiga ahli untuk meneliti semburan.
Heryo menjelaskan, ada tiga kemungkinan penyebab semburan. Dugaan pertama, gas merupakan hasil pembentukan di daerah gambut atau disebut gas methan. Diperkirakan letak gas tersebut ada pada kedalaman sekitar 135 meter.
Dugaan kedua, daerah itu merupakan cekungan sedimentasi yang berkaitan dengan pembentukan cekungan Barito. Dugaan terakhir, gas keluar dari suatu lapisan yang kedap air karena ada tekanan yang kuat di bawahnya.
"Kami belum bisa memastikan penyebabnya. Di satu sisi, semburan menjadi berita gembira kalau gas itu berupa gas alam. Di sisi lain, kami prihatin karena belum tahu bagaimana mengatasi atau menghentikannya," kata Heryo.
Dalam kesempatan terpisah, Syamsuri, Ketua Jurusan Teknik Pertambangan Akademi Teknik Pembangunan Nasional di Banjarbaru, menduga yang terjadi adalah semburan lumpur dan gas yang terperangkap dalam satu satu jebakan.
Jebakan itu berada dalam tekanan tinggi sehingga ketika ditembus mata bor langsung menghasilkan semburan yang tinggi. Tak heran jika yang keluar adalah lumpur dan gas.
Gas tidak ekonomis
Menurut Syamsuri, semburan tidak mengkhawatirkan dan diduga akan segera mati dengan sendirinya. Sebab, gas yang terperangkap itu volumenya tidak besar dan tidak ekonomis untuk dieksploitasi.
Daerah Kabupaten Barito Kuala sendiri sebenarnya memang termasuk daerah yang menghasilkan gas karena masuk dalam cekungan Barito. Namun, kantong-kantong gasnya sampai saat ini masih belum ekonomis untuk dieksploitasi. (FUL)
Semburan Liar di Barito
Jumat, 24 November 2006
Marabahan, Kompas - Akibat semburan lumpur yang mendadak keluar dari galian sumur bor, warga mengungsi karena khawatir rumah mereka akan ambles. Hingga kemarin sejumlah warga masih mengungsi.
Sumur bor yang digali sedalam 135 meter di depan rumah Ketut Tegal, warga Desa Kolam Kanan, Kabupaten Barito Kuala, Kalimantan Selatan, Rabu (22/11) pukul 16.00, tiba-tiba menyemburkan lumpur setinggi pohon kelapa yang ada di daerah itu.
Saat Kompas menyaksikan Kamis (23/11) siang, semburan tinggal sekitar satu meter. Lubang semburan yang semula seukuran pipa berdiameter 1,5 inci, sekitar empat sentimeter, melebar hingga 2 meter-3 meter.
Karena semburan tidak juga berhenti, warga khawatir lubang itu terus membesar. Rumah Ketut Tegal dibongkar oleh warga karena khawatir ambles. Rumah itu dan satu rumah lain tergenang lumpur setinggi mata kaki.
Desa itu didiami 20 keluarga transmigran asal Bali yang datang tahun 1971. Desa tersebut berjarak sekitar tujuh kilometer dari Marabahan, ibu kota Kabupaten Barito Kuala, sekitar 47 kilometer dari Banjarmasin. Kemarin desa itu ramai didatangi warga dari berbagai daerah. Lubang semburan sekitar 20 meter persegi diamankan oleh polisi.
Camat Barambai Taufik Hidayat menuturkan, banyak warga mengungsi karena semburan sempat setinggi puluhan meter. Kini lima keluarga masih mengungsi. Rumah mereka berjarak sekitar 25 meter dari lubang semburan. Tenda dan dapur umum didirikan, mengantisipasi kejadian ini akan berlangsung lama.
Keterangan dari Nyoman Suke (34), anak pasangan Ketut Tegal- Kadek Kundri, semburan lumpur terjadi setelah setengah jam empat pengebor sumur bekerja. Penggalian itu untuk mencari air bersih karena empat bulan terakhir mereka kesulitan air bersih—air di daerah itu asam.
"Saat kejadian terdengar suara gemuruh dan ledakan. Kami mengungsi karena tinggi semburan lumpur sudah di atas rumah," kata Kadek Kundri. Sebanyak 36 pipa paralon ukuran 3/4 inci— sekitar dua sentimeter—yang dimasukkan ke lubang juga terlempar keluar. Malam harinya, lubang semburan membesar sehingga satu mesin penyedot air tenggelam ke dalam lumpur.
Keempat pekerja dimintai keterangan oleh polisi. "Kami sudah tujuh tahun menjadi penggali sumur, namun baru kali ini bertemu semburan lumpur," kata Suparto. Tajuddin Noor, Kepala Subdinas Perwilayahan pada Dinas Pertambangan Kalsel mengatakan, belum tahu penyebab semburan dan masih menelitinya.
Dia menduga semburan ini tak berbahaya, beda dengan semburan lumpur panas di Kabupaten Sidoarjo, Jawa Timur, yang sumbernya di kedalaman 3.000 meter. (FUL)