Jumat, 15 Desember 2006 01:19:48
Banjarbaru, BPost
Masyarakat adat Dayak Meratus kembali protes eksploitasi alam di wilayah mereka. Warga meminta anggrek alam,di kawasan Kecamatan Loksado, Hulu Sungai Selatan agar tidak dipetik, karena hutan merupakan napas hidup masyarakat adat.
Asnawi, tokoh adat dari Balai Malaris mengatakan, nilai jual tumbuhan ini memang cukup tinggi. Namun warga setempat tak pernah mengambilnya demi kepentingan kelestarian.
Sementara pengambilan oleh pihak luar semakin agresif tanpa memperhatikan dampak lingkungan. "Pilihan kami, anggrek alam Meratus boleh diambil jika pemanfaatannya jelas," tandas Asnawi, warga Dayak dari Balai Adat Malaris, Loksado.
Asnawi mewakili masyarakat adat dengan lantang menyuarakan larangan itu di hadapan puluhan peserta seminar bertema ‘Potensi Anggrek Alam Kalsel dan Sinergitas Antara Konservasi dan Bisnis di Aula Museum Lambung Mangkurat, Kamis (14/12).
Ia menyatakan sikap tegas itu harus ditetapkan karena banyak pengusaha memberikan penawaran tinggi,jika ada yang membawa anggrek dari Meratus.
Karena itu, lanjut Asnawi masyarakat Dayak, didampingi Yayasan Cakrawala Hijau Indonesia (YCHI) Banjarbaru bertekad membabat habis pola pengambilan dari habitatnya.
"Sebagai gantinya, harus ada pola baru pengembangan sinergis antara bisnis dan kelanjutannya,"katanya.
Masyarakat malaris telah melakukan pengelolaan konservasi. Mereka menetapkan kawasan perlindungan anggrek, berdasarkan kesepakatan lokal dalam pengelolaannya, seperti hukum adat. Untuk mengurangi tekanan populasi alam anggrek Meratus diperbanyak melalui pembibitan dan perbanyakan.
Pola ini tak sekadar memanfaatkan anggrek dari sisi jualnya, melainkan pengembalian ke alam. Setidaknya 20 persen hasil budidaya akan kembali. Selain upaya ini bisa meningkatkan pendapatan warga sekitar. niz
Copyright © 2003 Banjarmasin Post
Label Cloud
Monday, December 25, 2006
Lestarikan Anggrek Meratus!
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
No comments:
Post a Comment