Label Cloud

Friday, December 01, 2006

Semburan Lumpur di Kalsel Ada Unsur Gas

Sabtu, 25 November 2006
Banjarmasin, Kompas - Semburan lumpur di Desa Kolam Kanan, Kecamatan Barambai, Kabupaten Barito Kuala, Kalimantan Selatan, pada Jumat (24/11) siang masih setinggi satu meter hingga dua meter. Kini material yang disemburkan sebagian besar adalah gas dengan sedikit lumpur.

Untuk mengantisipasi terjadinya hal-hal yang buruk, warga diminta menjauh sekitar radius 100 meter di luar batas garis polisi yang dipasang di lokasi semburan.

Sementara itu, para petugas satuan koordinasi pelaksana (satlak) penanganan bencana Kabupaten Barito Kuala, polisi, dan petugas lainnya terus mengamankan lokasi semburan tersebut. Itu dilakukan karena warga dari berbagai daerah di Kalimantan Selatan (Kalsel) terus berdatangan untuk menyaksikan kejadian alam tersebut.

Setiap hari di dekat semburan lumpur, warga Desa Kolam Kanan juga melakukan ritual agama Hindu Bali untuk menolak bala. Mereka berharap semburan segera berakhir.

Semburan lumpur keluar dari sumur bor sedalam 135 meter yang digali di depan rumah seorang warga, Ketut Tegal, sejak Rabu lalu. Sumur itu dibuat untuk mencari air bersih.

Semburan lumpur tersebut sempat mencapai setinggi pohon kelapa. Akibat peristiwa itu, beberapa warga mengungsi karena khawatir rumahnya terendam. Dua rumah warga terpaksa dibongkar karena mulai tergenang lumpur.

Camat Barambai Taufik Hidayat mengatakan, meski volume semburan tidak bertambah dan lebih banyak gas yang keluar, diameter lubang bertambah. Awalnya lubang semburan sebesar pipa sumur bor, kini diameternya sekitar lima meter.

"Secara umum, perkembangan semburan liar itu tidak ada yang mengkhawatirkan, tetapi warga dari berbagai daerah terus berdatangan untuk melihat langsung semburan tersebut," kata Taufik Hidayat.

Sedimen kuarter

Menurut Pelaksana Harian Kepala Dinas Pertambangan Kalsel Heryo Zani Dharma, asal semburan masih berada pada sedimen kuarter—usianya relatif muda.

Hasil sampel deteksi dini yang diperiksa di laboratorium menunjukkan material gas jauh lebih banyak dibandingkan dengan lumpur.

Unsur kimia yang terbawa semburan adalah hidrogen sulfida (H>sub<2>res<>ressub<3>res<>res<), dan Nitrit (mengandung NO>sub<2>res<>res<). Nitrit perlu diwaspadai karena berbahaya bagi manusia jika kadarnya di atas 0,1 particle per million (ppm).

Saat ini kandungan nitrit masih di bawah 0,05 ppm. "Itu sebabnya, warga kami imbau untuk tidak terlalu dekat. Minimal sekitar semburan radius 100 meter diamankan," kata Heryo.

Sejak terjadi semburan, dua petugas dinas pertambangan terus memantau perkembangan dan tiga kali mengambil sampel setiap hari. "Agar perkembangan semburan bisa diketahui setiap saat," kata Heryo.

Tiga penyebab

Pada Jumat siang petugas dari Pertamina juga datang membantu. Dari Departemen Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) telah mengirimkan tiga ahli untuk meneliti semburan.

Heryo menjelaskan, ada tiga kemungkinan penyebab semburan. Dugaan pertama, gas merupakan hasil pembentukan di daerah gambut atau disebut gas methan. Diperkirakan letak gas tersebut ada pada kedalaman sekitar 135 meter.

Dugaan kedua, daerah itu merupakan cekungan sedimentasi yang berkaitan dengan pembentukan cekungan Barito. Dugaan terakhir, gas keluar dari suatu lapisan yang kedap air karena ada tekanan yang kuat di bawahnya.

"Kami belum bisa memastikan penyebabnya. Di satu sisi, semburan menjadi berita gembira kalau gas itu berupa gas alam. Di sisi lain, kami prihatin karena belum tahu bagaimana mengatasi atau menghentikannya," kata Heryo.

Dalam kesempatan terpisah, Syamsuri, Ketua Jurusan Teknik Pertambangan Akademi Teknik Pembangunan Nasional di Banjarbaru, menduga yang terjadi adalah semburan lumpur dan gas yang terperangkap dalam satu satu jebakan.

Jebakan itu berada dalam tekanan tinggi sehingga ketika ditembus mata bor langsung menghasilkan semburan yang tinggi. Tak heran jika yang keluar adalah lumpur dan gas.

Gas tidak ekonomis

Menurut Syamsuri, semburan tidak mengkhawatirkan dan diduga akan segera mati dengan sendirinya. Sebab, gas yang terperangkap itu volumenya tidak besar dan tidak ekonomis untuk dieksploitasi.

Daerah Kabupaten Barito Kuala sendiri sebenarnya memang termasuk daerah yang menghasilkan gas karena masuk dalam cekungan Barito. Namun, kantong-kantong gasnya sampai saat ini masih belum ekonomis untuk dieksploitasi. (FUL)

No comments: