Label Cloud

Sunday, December 24, 2006

Barambai Tak Menentu

Senin, 27 Nopember 2006 02:00:01
Banjarmasin, BPost
Aktivitas sumur yang menyemburkan lumpur bercampur gas di Desa Kolam Kanan, Kecamatan Barambai, Kabupaten Barito Kuala, Minggu (26/11) masih terus berlangsung. Bahkan, semburan sumur meningkat ketika air pasang pada dinihari sekitar pukul 02.00 Wita.

Semburan terlihat semakin deras dengan ketinggian sekitar 2,5 meter dibarengi suara gemuruh. Meski begitu, tidak terjadi penambahan volume air maupun lumpur di sekitar sumur. "Sangat dimungkinkan yang keluar dari sumur adalah gas," kata staf Distamben Kalsel, Sri Hargo.

Sementara rencana penutupan sumur menggunakan pasir urung dilakukan. Tim gabungan Distamben Kalsel dan PT Pertamina yang terus memonitor aktivitas lumpur ini, menilai penutupan dengan pasir tidak menyelesaikan masalah.

Selain itu, tim khawatir jika sumur ditutup akan memunculkan kawah-kawah baru. "Kita tak ingin mengambil risiko. Penutupan dengan pasir kita batalkan," ujar seorang anggota tim kepada BPost.

Hingga petang kemarin aktivitas sumur relatif stabil. Menurut Sri Hargo, ketinggian semburan berkisar 50 sampai dengan 75 sentimeter. Saat itu tidak terdengar gemuruh melainkan hanya riak-riak diselingi semburan berulang-ulang.

Dari pantauan BPost, akibat semburan kencang pada malam hari, bekas lumpur menempel di batang pohon kelapa yang berada persis di samping sumur.

Meski tidak ada penambahan lumpur yang signifikan, warga telah melokalisir sumur dengan membuat tanggul setinggi 1 meter. Di atas tanggul ditumpuk karung-karung berisi pasir.

Kepala Posko Satlak Penanggulangan Bencana yang didirikan tidak jauh dari lokasi sumur, Kasbi Sianipar mengatakan, tanggul itu sebagai langkah antisipasi. Mereka khawatir, lumpur yang keluar semakin banyak dan meluas.

"Memang dua hari ini tak ada penambahan lumpur dalam jumlah banyak. Tapi tidak ada salahnya tanggul kita siapkan lebih dulu," ujar Hasbi di posko bersama beberapa anggota TNI.

Sementara Pemkab Batola menyerahkan sepenuhnya penanggulangan lumpur kepada tim gabungan yang terus melakukan penelitian. "Karena kami tak memiliki instansi teknis (dinas pertambangan, Red). Kami hanya menyiapkan segala sesuatunya terkait dampak Lumba," jelas Kabag Humas Batola, Wawan Wahyuni.

Salah satunya, sebut dia, pihaknya mendirikan posko gabungan Kodim, Polri, Satpol PPP dan Orari lokal dan dapur umum untuk para relawan.

Pemkab Batola, aku Wawan, tak memiliki data tentang kandungan sumber daya mineral di perut bumi Batola. Apalagi, sebut dia, hampir 97 persen Batola terdiri dari rawa sehingga tidak memungkinkan adanya sumur gas atau minyak.

"Memang tahun 1975 silam pernah ada survei minyak, namun hingga kini hasilnya tidak pernah disampaikan ke Pemkab Batola," ungkapnya.

Bupati Eddy Sukarma sendiri masih menunggu hasil penelitian yang dilakukan Dinas Pertambangan Kalsel dan tim ahli geologi dari Departemen ESDM dibantu UGM, ITB dan ITS.

Larang Sumur Bor

Dinas Pertambangan dan Energi Kalsel meminta semua kegiatan pengeboran sumur di Batola dihentikan. Hal ini guna menghindari peristiwa itu terulang di wilayah lain.

"Kami mengimbau semua kegiatan pengeboran sumur di Batola segera dihentikan. Ini agar tak mengulangi kejadian lumba," kata Plh Kadistamben Kalsel, Heryozani Dharma.

Menurut Yoyo --sapaan akrab Heryozani yang juga Wakadistamben Kalsel-- langkah itu sekaligus menunggu temuan jenis gas dan kandungan apa dari dalam lumpur yang tersembur di Barambai.

Sampai saat ini, Pertamina belum bisa memastikan jenis gas yang terkandung di dalamnya. Alat pendeteksi gas milik Pertamina di Murung Pudak, Tabalong, tidak menunjukkan hasil memuaskan. Alat itu, sebut Yoyo, belum mampu menemukan jenis gas yang mendorong lumpur di dalam sumur bor di halaman rumah Ketut Tegal.

Sementara, sampel lumpur dan material di dalamnya sedang diteliti di laboratorium di Jakarta. "Diteliti untuk memastikan kandungan materialnya," kata Yoyo.

Namun dia kembali menegaskan gas yang keluar dari sumur tidak beracun. Memang, sumur berpotensi mengandung Nitrat yang berbahaya bagi mahluk hidup. Namun, gas yang keluar dari sumur belum ada mengandung Nitrat. "Kandungan zat kimia dalam gas yang keluar masih berada di bawah baku. Jadi aman bagi penduduk," terangnya.

Lokasi Ditutup

Fenomena lumpur menjadi daya tarik bagi warga untuk melihat dari dekat. Pantauan BPost, ribuan orang dari berbagai penjuru Kalsel bahkan Kalteng berdatangan hingga sore hari. Hal yang sama terjadi sehari sebelumnya, Sabtu (25/11).

Namun, kemarin, sekitar pukul 15.30 Wita, seorang pengunjung perempuan dari Kota Banjarmasin tiba-tiba jatuh menggelepar ketika mendekat ke garis polisi yang berjarak 25 meter dari sumur.

Wanita paro baya diketahui bernama Hj Jatiah tiba-tiba kesurupan. Matanya terpejam, sementara tangannya bergerak seperti memberi isyarat mengandung makna. Warga setempat berdatangan, sebagian ada yang membawa dupa.

Jatiah tampak ingin menyampaikan seseuatu. Setelah ditanya warga, perempuan itu mengeluarkan kalimat aneh dengan suara berdesis. Menurut seorang warga yang diucapkan Jatiah dalam bahasa Bali halus.

Warga yang asal Bali menerjemahkan bahwa jasad Jatiah sedang dirasuki penunggu sumur gas yang mengaku bernama Made dan Wayan.

"Kerajaan roh halus dari Bali kini sedang bekerja menutup sumur. Mereka minta lokasi dikosongkan dari pengunjung, karena lokasi berbahaya, dan itu mengganggu pekerjaan mereka," ujar Made Sukre, menerjemahkan kalimat yang disampaikan Jatiah.

Roh yang merasuki tubuh Jatiah, sebut Sukre, juga meminta sesajen ayam hitam, kelapa dan lainnya. Warga juga diminta sembahyang setiap Rabu selama 40 hari berturut-turut.

Setelah siuman, Jatiah tampak kebingungan. Wanita itu buru-buru dibawa rekannya ke tempat parkir sepeda motor. Tak lama kemudian, keduanya buru-buru meninggalkan lokasi.

Sukre dan warga lainnya mempercayai hal itu. Mereka lantas meminta aparat kepolisian membubarkan pengunjung. Warga bubar setelah petugas dengan menggunakan alat pengeras suara meminta mereka tidak berada di lokasi sumur.

"Jauh-jauh saya dari Banjarmasin ingin melihat, kok nggak boleh. Padahal, kata pemerintah tidak berbahaya," gerutu pengunjung yang secara berombongan datang dari Banjarmasin dengan mengendarai mobil pick-up itu.

Sementara para pemuda setempat menahan pengunjung dari di jembatan jalan masuk ke kampung. Mereka meminta pengunjung segera memutar haluan. "Lokasi sumur tidak boleh dikunjungi lagi. Kondisinya berbahaya," seru para pemuda itu. ais/niz

Copyright © 2003 Banjarmasin Post

No comments: