Sabtu, 25 Nopember 2006 02:36:35
Lumpur Barambai Menebar Racun
* Berbahaya dalam radius kurang 100 meter
* Jadi ‘Lapindo II’ bila sumur disumbat
* Geolog Banjarbaru yakin segera mampet
Marabahan, BPost
Kecemasan baru menggelayuti masyarakat Desa Kolam Kanan, Kecamatan Barambai, Barito Kuala, Kalimantan Selatan. Lumpur yang menyembur dari bumi Kolam Kanan, Jumat (24/11), menebarkan gas beracun.
Dinas Pertambangan Kalsel mengidentifikasi gas tersebut, jenis Nitrogen dari senyawa Nitrit (NO2). Senyawa kimia ini mampu membuat seseorang meninggal mendadak, apabila terhirup dalam jumlah besar atau kadarnya melebihi ambang batas.
Klik untuk memperbesar
Klik untuk memperbesar
Sifat gas ini cenderung mengikat oksigen. Begitu terhirup dan masuk dalam peredaran darah, maka oksigen dalam darah akan berkurang. Sistem peredaran darah pun terganggu hingga memicu kegagalan pernafasan (sesak nafas), lemas dan pingsan.
"Nitrit atau NO2 itu memang termasuk zat kimia beracun. Sifatnya lebih agresif atau berbahaya dibanding senyawa sejenisnya, Nitrat (NO3)," ujar Abdullah SSi MSi, ahli kimia dari Program Studi Kimia Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam (FMIPA) Universitas Lambung Mangkurat Banjarbaru, Jumat (24/11).
Nitrit mampu mengacaukan peredaran darah yang pada gilirannya mengganggu metabolisme tubuh. Gejala keracunan bisa dideteksi dari sesak nafas lalu pingsan, begitu susunan saraf pusat terganggu. Bahaya zat ini pernah membuat kelimpungan ratusan santri Al Falah Banjarbaru, Mei 2006 lalu.
Ketika itu kandungan Nitrit ditemukan dalam makanan basi yang dikonsumsi santri. Kini zat yang sama menyaput udara Desa Kolam Kanan. Abdullah menengarai Nitrit yang keluar dari lubang sumur bor sedalam 135 meter itu, merupakan hasil proses alamiah dari bercampurnya bahan-bahan organik yang membusuk dalam tanah.
Tebaran gas dari Nitrit ini patut diwaspadai, karena membahayakan jiwa manusia, bila kadarnya mencapai lebih dari ambang batas 0,1 PPm. "Itu sebabnya, warga kami imbau agar tidak lerlalu dekat pusat semburan. Minimal sekitar 100 meter dari lokasi semburanlah," kata Heryozani Dharma, Plh Kepala Dinas Pertambangan Kalsel.
Selain Nitrit, lumpur yang menyembur dari dalam tanah halaman rumah Ketut Tegal (60) itu, mengandung Asam Sulfida (H2S), Alumunium (Al), Amoniak (NH3), Sulfat (SO4), Klorida (Cl), Nitrat (NO3). Ditinjau dari sumber semburan yang berkedalaman 135 m, Heryozani meyakini material lumpur berada pada sedimen kuarter.
Setelah diteliti di laboratorium, sampel semburan lebih didominasi gas dibanding material lumpurnya. Sejak lumpur menyembur, Rabu (22/11) lalu, Dinas Pertambangan Kalsel menerjunkan dua petugas yang melakukan monitoring dan mengambil sampel tiga kali dalam sehari.
Dari hasil penelitian sementara, semburan lumpur diduga terjadi akibat tiga kemungkinan. Pertama, gas yang keluar merupakan hasil pembentukan di daerah gambut atau disebut gas mitan. Diperkirakan letak gas tersebut pada kedalaman 135 meter. Dugaan lainnya, daerah itu merupakan cekungan sedimentasi terkait pembentukan cekungan Barito.
Dugaan terakhir adalah gas muncul dari lapisan kedap air yang mendapat tekanan kuat dari bawah. "Kami belum bisa memastikan apa yang menyebabkan semburan gas tersebut. Di satu sisi, semburan itu menjadi berita kegembiraan kalau gas itu berupa gas alam, tetapi di sisi lain juga prihatin belum tahu bagaimana mengatasi atau menghentikan semburan tersebut," tutur Heryozani.
Semburan lumpur liar Kolam Kanan terus mengucur hingga pukul 14.00 Wita kemarin. Ketinggian semburan mencapai 1-2 m, lebih rendah dibanding semburan hari pertama setinggi pohon kelapa. Semburan kemarin juga tak lagi menyertakan material lumpur sebanyak semburan perdana.
Namun, justru gas beracun yang dominan. Mengantipasi kemungkinan buruk, aparat kepolisian memasang police line dalam radius sekitar 100 meter dari pusat semburan. Pengamanan ini dilakukan karena warga dari berbagai daerah di Kalsel berdatangan untuk menyaksikan fenomena alam tersebut. Apalagi, lubang bor yang semula hanya 1,5 inci, kemarin makin menganga, mencapai sekitar 5 meter persegi. Evakuasi
Wakil Gubernur Kalsel, Rosehan NB bersama Kepala Badan Kesbanglinmas Kalsel, Hadi Susilo kemarin meninjau pusat semburan ini. "Berdasarkan keterangan BTKL, gas dari sumur itu masih di bawah ambang batas. Jadi, udara setempat masih aman untuk manusia," tutur Hadi Susilo.
Seiring kunjungan Wagub Rosehan, datang kabar baik. Ahli Geologi Akademi Teknik Pembangunan Nasional (ATPN) Banjarbaru, Ir Syamsuri memprediksi semburan lumpur Barambai segera berhenti. Tekanan gas akan habis dalam hitungan hari.
Alasannya, galian sumur dari mata bor yang dibenamkan ke perut bumi relatif dangkal. Kedalaman 135 meter dari permukaan bumi, tidak membuat semburan lumpur sampai meluber hingga mengakibatkan lautan lumpur, seperti lumpur panas Lapindo Sidoarjo.
Menurut Ir Syamsuri, semburan lumpur Kolam Kanan hanya fenomena alam biasa. Akibat gangguan dari sekitar areal rawa atau zona gas terbentuklah jebakan gas yang membumbung tinggi, bak air yang disebut artesis.
Berpijak dari karakteristik rawa ini, Syamsuri menyarankan membiarkan lubang lumpur. Apalagi mencoba menutup lubang sumur atau dikenal penyuntikan. "Dampaknya akan parah, lumpur justru akan meluber ke mana-mana akibat labilnya tanah di areal sumur," jelasnya. ais/niz
Copyright © 2003 Banjarmasin Post
Label Cloud
Sunday, December 24, 2006
Lumpur Barambai Menebar Racun
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
No comments:
Post a Comment