Minggu, 26 Nopember 2006 02:37
Marabahan, BPost
Semburan lumpur yang menebarkan gas beracun di Desa Kolam Kanan, Barambai, Barito Kuala, Kalsel, memantik keresahan masyarakat setempat. Volume lumpur makin meningkat dan meluber dekat permukiman, Sabtu (25/11).
Lumpur Barambai - Semburan lumpur di Desa Kolam Kana, Desa barambai, Kabupaten Batola, hingga kemarin (25/11) masih berlangsung. Foto: BPost/Apunk
Warga cemas kalau semburan lempur semakin meluber seperti lumpur panas Lapindo di Sidoarjo, Jawa Timur. Apalagi, lumpur meluber dan mulai memasuki halaman rumah warga.
Soal kecemasan diungkapkan Arbainah (55), seorang guru SDN Kolam Kanan, yang rumahnya tepat di depan gang lokasi semburan. Meski hingga kemarin dia masih aktif mengajar, namun sejak mendengar adanya lumpur ‘mirip’ Lapindo di daerahnya, perasaan takut terus menggelayutinya.
Karena tidak mampu menahan beban pikiran, Arbainah dan beberapa warga mengeluh pusing-pusing. Mereka pun mendatangi posko kesehatan Kecamatan Berambai yang dioperasikan di salah satu ruangan kelas SDN Kolam Kanan.
"Setidaknya sampai hari ini (kemarin) sudah ada lima warga, termasuk Arbainah datang ke posko mengeluh pusing. Tetapi setelah kita periksa, pusing yang mereka alami bukan karena pengaruh gas yang ditimbulkan dari semburan lumpur," kata Sayid Setiadi, petugas posko kesehatan kepada BPost.
Menurut dia, pusing yang dialami warga diduga karena terlalu banyak membayangkan macam-macam yang akhirnya memacu tingkat stres secara berlebihan. "Maklumlah, karena tidak terbiasa menghadapi itu (lumpur) akhirnya terbayang macam-macam," jelasnya.
Sejak menyembur kali pertama, Rabu (22/11), aktivitas semburan lumpur bercampur gas di Desa Kolam Kanan, memang semakin meningkat. Bahkan, kata Kepala Desa Barambai Reben Widodo, luas pergolakan lumpur yang keluar (kemarin) sudah mencapai tujuh meteran.
"Bahkan, suara gemuruh bak ombak di pantai terdengar sampai radius 100 meter," ujarnya. Untuk menghindari terjadinya sesuatu, aparat memperlebar police line sekitar 250 meter dari pusat semburan.
Pantauan BPost, semburan lumpur masih berlangsung dengan ketinggian hingga dua meter. Kondisi itu memaksa warga membangun tanggul darurat setinggi satu meter dengan luas 50 x 50 meter persegi. Di atas tanggul darurat itu diletakkan karung-karung berisi pasir.
Pembuatan tanggul yang dilakukan warga bersama anggota TNI dan Polri itu untuk mencegah terjadi luberan lumpur ke kawasan pemukiman warga. Hal ini dikarenakan adanya peningkatan volume lumpur di sekitar lokasi semburan.
"Tanggul darurat itu akan ditinggikan jika semburan lumpur terus bertambah. Sementara ini jaringan listrik di sekitar lokasi semburan, yakni RT 10 juga diputus," kata Reben Widodo, Kepala Desa Kolam Kanan.
Wakil Gubernur Rosehan NB yang juga Ketua Harian Satuan Koordinasi Pelaksana Penanggulangan Bencana Kalsel meminta kepolisian dan TNI melarang warga memasuki daerah rawan semburan.
"Jika luapan lumpur semakin memburuk, seluruh warga yang berdekatan dengan lokasi lumpur harus dievakuasi," tandas Rosehan saat mengunjungi Desa Barambai.
Warga mengaku siap mengungsi bila ada anjuran dari pemerintah. Sebaliknya, l Desa Kolam Kanan yang lebih dikenal kampung Bali itu, kini ramai didatangi orang luar desa.
Selain pembuatan tanggul, warga Barambai yang mayoritas transmigran asal Bali pada 1977, Jumatkemarin, melakukan upacara ritual keagamaan di dekat semburan. Rabu (29/11) mendatang bersamaan perayaan Hari Galungan, warga kembali melakukan ritual tolak bala.
Dilarang Nyalakan Api
Sementara pihak Dinas Pertambangan Kalsel bersama-sama tiga ahli eksplorasi dari Badan Geologi, Departemen Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) masih terus melakukan penelitian dan pengambilan sample lumpur dan gas dari pusat semburan.
Pihak Distamben Kalsel sebelumnya menyatakan kandungan lumpur bercampur gas belum membahayakan. Kandungan lumpur di antaranya mengandung unsur S02 (Sulfur Dioksida), N02 (Nitrogen Dioksida), CO (Karbon Monoksida), NH3 (Amoniak) dan H2S (Hidrogen Sulfida).
"Kondisinya masih di bawah ambang batas dan belum termasuk berbahaya," kata salah seorang peneliti dari Distamben.
Tim ahli dari Badan Geologi Departemen ESDM sendiri masih melakukan pengambilan sampel dan pengukuran suhu pada lumpur gas tersebut. Sampel-sampel itu rencananya dibawa ke Jakarta untuk diteliti unsur-unsur kimianya.
Yang jelas, kata Plh Kadis Pertambangan Kalsel, Heryozani Dharma, semburan gas sangat berbahaya jika mengandung gas methana di antara unsur kimia lainnya. "Unsur methana ini, kalau ada percikan api bisa menimbulkan kebakaran," jelasnya.
Karena itu, pihaknya meminta warga tidak menyalakan api di dekat semburan lumpur bercampur gas tersebut. "Kita berlakukan larangan itu guna menghindari hal-hal yang tidak diinginkan," imbuhnya.
Heryozani ditemui di sekitar lokasi semburan lumpur gas, mengaku belum bisa memastikan penyebab terjadinya semburan itu. "Kami juga belum bisa memperkirakan kapan semburan lumpur gas itu berhenti," tukasnya.
Selain dari Badan Geologi Departemen ESDM akan segera tiba tim ahli dari Universitas Gadjah Mada, Jogjakarta dan Institut Teknologi Bandung.
Seperti diketahui semburan lumpur bercampur gas terjadi saat seorang warga Kolam Kanan, melakukan pencarian air bersih dengan pembuatan sumur bor sedalam 136 meter di dekat rumah Ketut Tegal, Rabu (22/11) lalu.
Mencegah semburan lumpur meluber ke permukiman warga, Dinas Pertambangan dan Pertamina berencana menutup kawah semburan dengan pasir. Tim menilai cara itu efektif untuk mencegah melubernya lumpur ke lahan pertanian dan permukiman warga. mdn/kcm/miol/ant
Copyright © 2003 Banjarmasin Post
Label Cloud
Sunday, December 24, 2006
Lumpur Barambai Meluber
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
No comments:
Post a Comment