Senin, 15 Januari 2007 Radar Banjarmasin
Sebuah renungan tentang pentingnya air (Bagian 2-Habis)
Oleh: Zulkipli Yadi Noor*
DATA statistik UNDP menunjukkan, lebih dari 1 miliar penduduk di dunia tidak punya akses terhadap air bersih. Lebih dari 2 (dua) miliar penduduk tidak punya akses terhadap kondisi sanitasi yang cukup. Antara 10.000 sampai 20.000 penduduk, terutama anak-anak meninggal setiap hari disebabkan oleh penyakit yang berhubungan dengan air (kolera, diare, dlsb). Setiap 15 detik, seorang bayi meninggal karena penyakit yang disebabkan oleh ketidakmampuan mengakses air bersih dan sanitasi yang buruk. 5 (lima) miliar penduduk hidup dalam kondisi dimana limbah cair dialirkan ke sungai tanpa perlakuan (treatment).
Bagaimana di banua kita? Seberapa banyak penduduk yang tidak punya akses terhadap air bersih? Atau kalau pertanyaannya di balik, seberapa banyak penduduk yang bisa menikmati air bersih? Seberapa banyak penduduk yang sudah punya akses terhadap sanitasi (MCK) yang baik? Seberapa banyak penduduk yang menikmati air sungai yang tidak tercemar? Bersyukurlah kita yang hidup di Ibukota, baik Ibukota Propinsi atau Ibukota Kabupaten/kota, karena bisa menikmati pelayanan atau bahasa kerennya punya akses terhadap air bersih. Masih banyak saudara-saudara kita di desa-desa yang tidak punya kesempatan “menikmati” air bersih yang aman untuk diminum. Bayangkan saudara kita yang ada di Barambai (Batola), karena ingin mencari sumber air yang bersih harus menggali tanah ratusan meter, tapi bukan air yang didapat, malah gas yang keluar. Bayangkan juga saudara kita yang di pelosok, apabila musim kemarau datang harus berjalan berkilometer jauhnya, hanya untuk mendapatkan air “bersih”. Bayangkan juga saudara-saudara kita yang harus membeli di jeriken untuk keperluan minum dan memasak. Kalau kita di sini cuma buka kran sudah bisa langsung ada air. Walaupun kita yang tinggal di kota sekarang dapat menikmati air bersih, bukan tidak mungkin suatu saat nanti akan kesulitan mendapatkannya. Seperti yang penulis singgung di muka, dengan semakin bertambahnya penduduk, maka kebutuhan akan airpun meningkat. Di sisi lain sumber daya airnya terbatas.
Untuk Kota Banjarmasin menurut data dari PDAM Bandarmasih, sampai tahun 2005 dari 612.697 penduduk Kota Banjarmasin sudah terlayani 83 persen (491.076 penduduk). Terjadi peningkatan pelayanan yang cukup signifikan dari tahun 2000 yang hanya bisa terlayanan 58 persen. Ini bisa dilayani melalui produksi intake Bilu (Sungai Martapura), intake Pematang Panjang, Intake Sungai Tabuk, MTP Sutoyo, MTP Kayu Tangi dan MTP Sungai Lulut.
Pada saat ini Pemerintah Kota Banjarmasin bersama dengan DPRD sedang memproses Perda tentang sungai, mudahan dengan Perda tersebut keberadaan sungai yang ada bisa dipertahankan dan sedapat mungkin ditingkatkan kualitasnya. Kalau tidak, bisa jadi suatu saat nanti keberadaan sungai di sini seperti lagu karangan Gesang Bengawan Solo “Riwayatmu Dulu”, hanya jadi cerita untuk anak cucu, karena hilang ditutup oleh bangunan.
Daerah-daerah lain juga perlu memikirkan untuk menyelamatkan sumber daya air di daerahnya masing-masing. Dengan tekanan yang semakin berat terhadap sumber daya air, perlu adanya upaya-upaya yang konkrit. Karena karakteristik air yang bergerak (fugitive), upaya yang dilakukan haruslah terkoordinasi antar Pemerintah Daerah. Kalau istilah di daerah kita air itu mengalir dari hulu ke hilir (upstream-downstream). Artinya upaya daerah yang ada di hilir akan lebih bermakna kalau juga diikuti oleh daerah yang ada di hulu, dan sebaliknya.
Kita yang sudah “terlena” dengan mudahnya mendapatkan air bersih, mudah-mudahan sadar akan pentingya sumber daya air bagi kehidupan. Bisa dibayangkan repotnya kalau kita tidak bisa mendapatkan air sama sekali. Air ledeng tidak jalan beberapa jam/hari saja (misalnya karena ada perbaikan atau pembersihan) banyak yang protes. Kita yang beruntung bisa menikmati air bersih, agar bijaksana menggunakannya.
Bagaimana caranya? Mudah saja seperti anjuran Da’i kondang A’a Gym dengan 3 M, yaitu Mulailah dari diri sendiri, Mulai dari hal yang kecil, dan Mulailah sekarang juga. Berikut ini penulis sampaikan cara-cara menghemat air yang diambil dari leaflet PDAM Bandarmasih:
1. Manfaatkan air secara optimal, cegah kebocoran dan jangan biarkan kran air terbuka terus menerus.
2. Saat gosok gigi, cuci muka atau mencukur, kran westafel jangan dibiarkan mengucur. 1 (satu) menit kran mengucur , 9 (sembilan) liter air bisa mubazir.
3. Lebih baik mencuci mobil memakai ember dan lap. Mengguyur mobil ¼ jam berarti beratus-ratus liter air terbuang.
4. Mencuci langsung di bawah kran bisa 15 kali lebih boros air dibanding dengan ditampung. Bila cucian banyak, pakai saja 3 (tiga) ember. Satu untuk merendam dan menyabun, satu untuk membersihkan dan satu lagi untuk membilas.
5. Menggunakan mesin cuci piring dan cuci pakaian bila yang dicuci sangat banyak.
6. Mandi berendam (bath tub) paling boros air. Mandi dengan gayung bisa 3 (tiga) kali lebih boros dibandingkan pancuran atau shower. Usahakan mandi dengan pancuran dan tidak berendam.
7. Air limbah yang tidak terlalu kotor masih dapat dipakai untuk menyiram tanaman dan memelihara ikan.
8. Upayakan membuat sumur resapan dan tidak menghabiskan semua lahan dengan disemen. Untuk mempertahankan air hujan dapat meresap agar sumber air anda tetap berlimpah di musim kering.
Sekecil apapun upaya kita untuk menghemat pemakaian air akan besar sekali manfaatnya, tidak hanya bagi kepentingan pribadi yakni turunnya tagihan air setiap bulan, tetapi juga dalam konteks yang lebih luas menyelamatkan sumber daya air. Selamat menghemat air, masih banyak saudara-saudara kita yang belum bisa menikmati air bersih. “Some water for all forever”.***
* Staf Dinas Perikanan Dan Kelautan Kab Batola
No comments:
Post a Comment