Label Cloud

Wednesday, May 30, 2007

Kemarau Datang, Kabut Asap Mengancam Oleh: Deni Mujiati*

Kamis, 24 Mei 2007

MASIH jelas diingatan bahwa musim kemarau di tahun lalu Indonesia banyak mendapat kecaman dari Negara-negara tetangga akibat kabut asap sebagai hasil kebakaran hutan disebagian besar pulau Kalimantan dan pulau Sumatera. Tidak bisa dielakkan, beberapa tahun terakhir Indonesia melaluinya dengan penuh bencana yang bertubi-tubi mulai dari tsunami, banjir, kabut asap, gunung berapi dan tanah longsor. Bahkan di beberapa daerah baru-baru ini termasuk di Kalimantan Selatan masih terjadi banjir. Berbagai fenomena alam yang telah lalu semoga (hendaknya) menjadi belajaran berharga bagi anak negeri ini, mungkin alam mulai ringkih dan telah lelah. Dan saatnya kita tersadar apa yang telah kita bebankan selama ini kepada alam di negeri ini, gangguan terhadap keseimbangan alam telah membuat alam menjadi rentan terhadap bencana.

Seperti halnya bencana-bencana tahunan yang telah kita lalui selama 10-15 tahun terakhir ini, kabut asap terjadi setiap kali musim kemarau akibat kebakaran hutan dan lahan. Untuk itu sebelum datangnya musim kemarau ada baiknya bersama-sama kita melakukan tindakan prevetif, pengalaman di tahun-tahun lalu menjadi pelajaran berharga bagi kita semua. Bencana rutin tahunan tersebut bukanlah bencana yang tidak bisa dicegah, itulah mainstream yang harus tertanam pada semua masyarakat negeri ini. Kita jangan pernah berpikir bahwa segala bencana yang terjadi adalah sebagai takdir dari Tuhan YME, Tuhan telah menganugerahkan alam semesta ini untuk dikelola secara adil oleh manusia, namun yang terjadi saat ini justru keserakahan dan eksploitasi yang berlebih-lebihan.

Pergeseran musim telah terjadi di Indonesia, Musim hujan yang masih berkepanjangan di sebagian wilayah Indonesia di Sumatera bagian Utara, Kalimantan bagian Selatan dan Jawa bagian Utara adalah akibat penguapan air secara lokal yang membentuk awan konvektif, penguapan timbul akibat kerusakan ekosistem hutan tropis Kalimantan dan polusi udara. Dalam waktu dua smapai tiga pekan mendatang angin yang berhembus menuji ekuator akan berubah dari arah tenggara yang merupakan angin kering (Kompas 15 Mei 2007). Oleh karena itu perlu kita waspadai timbulnya kekeringan dan kebakaran hutan yang dampaknya adalah kabut asap.

Masyarakat khususnya harus mempunyai kesadaran penuh terhadap bencana kabut asap yang kemungkinan terjadi di Kalimantan. Sebelum nasi jadi bubur ada baiknya marilah bersama-sama kita kaji ulang tentang penyebab terjadinya kebakaran hutan dan lahan tahun lalu dan tahun-tahun sebelumnya, tudingan banyak diarahkan kepada masyarakat yang sengaja membakar lahan untuk membuka ladang berpindah, masyarakat yang membakar lahannya dengan sengaja untuk mempercepat proses pembersihan lahan sebelum penanaman dan yang pasti adalah pembukaan lahan untuk perkebunan kelapa sawit skala besar oleh perusahaan-perusahaan nasional maupun trans internasional.

Siapa yang patut dipersalahkan dengan datangnya bencana yang terjadi, apa masyarakat adat yang bertani membuka hutan untuk ladang berpindahnya yang telah dilakukan secara turun temurun sejak zaman para leluhurnya, seberapa besar kontribusi mereka untuk menyumbang terjadinya kabut asap di Indonesia, atau para petani lahan gambut yang membersihkan lahan pertaniannya sebagai bagian dari proses pengolahan tanah, atau para pelaku illegal logging yang dengan sengaja membakar hutan untuk menghilangkan jejak, atau para perusahaan perkebunan kelapa sawit skala besar yang membuka hutan untuk alih fungsi lahan perkebunan kelapa sawitnya, atau bahkan pemerintah kita yang kurang becus dalam berbagai kebijakan yang dibuat maupun upaya teknis pencegahan dan pengendalian.

Berbagai pertanyaan itu yang harus kembali ditanyakan kemudian dianalisa oleh masyarakat dan terus dicari jawabannya, sehingga kita dapat menemukan akar permasalahan kenapa kebakaran hutan dan lahan terjadi hampir tiap tahun di Kalimantan. Hal ini penting sebagai dasar untuk melakukan upaya prevetif karena kita sendiri tahu, dampak terjadinya kabut asap bukanlah hal yang remeh. Dampak terhadap aktivitas masyarakat yang ujung-ujungnya berpengaruh terhadap kinerja, bahkan bisa mengancam integritas bangsa karena pandangan masyarakat dunia sebagai ketidakmampuan negara dalam mengelola lingkungan, dampak kesehatan yang pasti sangat jelas mengganggu sistem saluran pernapasan dan kesehatan mata.

Berdasarkan data Dinkes Kota Banjarmasin, pada Agustus 2006 mencapai 5.597 kasus penderita ISPA. Kalau dihitung mengalami peningkatan sekira 8 persen dari kasus bulan Juli sebanyak 5.163 orang (Radar Banjarmasin, 10 Oktober 2006). Peningkatan balita yang terkena ISPA pada 14 desa di Kecamatan Gambut lebih 100 persen. Pada bulan Juli, balita penderita ISPA dan pnemonia, dengan gejala utama batuk-batu dan pilek hanya 24 orang, pada Agustus langsung melonjak menjadi 137 orang. Hal ini karena anak-anak itu menghirup udara kotor dari asap kebakaran hutan dan lahan. Kondisi ini sangat rawan bagi penderita asma. (Kompas, 26 September 2006)

Adalah sebuah keharusan kita untuk bersama-sama mempertahankan kondisi lingkungan kita yang menjadi bagian terpenting dalam hidup. Lalu apa yg harus kita lakukan? Kita bisa melakukan hal-hal sebagai berikut:

1. Di musim kemarau yang akan datang, hindari melakukan pembakaran sampah atau serasah.

2. Para perokok jangan membuang puntung rokok yang masih menyala sembarang tempat, terutama di semak belukar

3. Jika ada kebarakan lahan/hutan di sekitar anda, segera lakukan pemadaman dengan mengajak orang di sekitar atau penduduk kampung atau teman lainnya atau laporkan ke posko kebakaran terdekat atau dinas kehutanan.

4. Jika menemukan ada perusahaan perkebunan atau HTI yang dalam rangka membuka dan membersihkan lahannya dengan sengaja membakar lahan/hutan, maka catat nama pelaku, perusahaannya, lokasi, waktu dan segera laporkan ke kantor polisi terdekat atau melalui organisasi lingkungan yang anda kenal.

5. Bagi para petani tradisional dalam melakukan pembukaan dan pembersihan lahan dimusim kemarau sedapat mungkin untuk menghindari cara pembakaran, jikapun diperlukan buatlah sekat bakar agar nyala api tidak meluas.

6. Bersama-sama dengan masyarakat lainnya meminta kepada pemerintah untuk menyediakan sarana pengobatan gratis bagi penderita ISPA. Hal ini bisa dilakukan dengan mengirimkan surat ke Bupati, Gubernur maupun DPRD Propinsi atau DPRD kabupaten setempat. Bisa juga dengan menyampaikannya secara langsung dengan mendatangi kantor-kantor penyelenggara negara tersebut diatas. Insyaallah mereka masih mau mendengar kita.

7. Bersama-sama dengan masyarakat lainnya mendesak pemerintah untuk membuat kebijakan penanganan bencana kebakaran hutan dan lahan yang komprehensif dan aplikatif secara transparan dengan melibatkan masyarakat mulai dari awal.

8. Bersama-sama dengan masyarakat lainnya mendesak aparat penegak hukum untuk menangkap dan mengadili aktor perusahaan pelaku pembakaran lahan dan hutan.***

*) Anggota Individu Walhi Kalsel

No comments: