Label Cloud

Thursday, May 03, 2007

Ramah Terhadap Lingkungan

Jumat, 27 April 2007 01:22

Oleh: Uti Konsen UM
Staf Khusus BMS Wilayah Kalimantan

Kerusakan telah terjadi di darat dan lautan karena dosa-dosa yang dilakukan oleh tangan-tangan manusia, biar mereka dapat merasakan dari apa yang mereka lakukan, agar mereka mau kembali (taubat)." (QS Ar Rum 41).

Satu waktu Khalifah Harun Al Rasyid melihat seorang kakek renta yang asyik menanam benih kurma. Ia bertanya: "Kakek, untuk siapa benih kurma itu kakek tanam. Bukankah untuk memetik buahnya memerlukan waktu lama?" Sambil tersenyum si kakek menjawab: "Anakku, memang sebentar lagi aku akan menghadap Allah. Benih ini bukan untukku, tetapi ia akan menjadi penolongku kelak di akhirat." Setelah menghela nafas, ia melanjutkan: "Semoga benih kurma ini tumbuh subur, buahnya ranum, pohonnya rindang sehingga burung-burung berkicau, kumbang madu berlomba menikmati putik sarinya. Penggembala melepaskan lelahnya di bawah daun-daunnya yang rindang. Kicauan burung, getaran kumbang dan napas lega penggembara adalah doa dan cahaya terang mengiringi diriku di akhirat kelak, insya Allah."

Karya kakek itu sesuai sabda Rasulullah SAW: "Apabila kiamat tiba terhadap salah seorang di antara kamu, dan di tangannya ada benih tumbuhan, maka tanamlah." (HR Ahmad ). Dalam hadits lain Rasul SAW menegaskan: "Tidak seorang pun yang muslim menanam sebatang pohon, lalu kemudian buahnya dimakan oleh burung atau oleh manusia atau oleh binatang kecuali ia akan memperoleh pahala sadakah." (HR Bukhari)

Amal saleh seperti membangun masjid, sekolah dan lainnya, pahalanya mengalir kepada yang memberikan infaknya pada saat dimanfaatkan orang lain. Tapi amal jariyah berupa tanaman pohon, pahalanya mengalir terus saban detik. Selain seperti diutarakan kakek renta yang menanam bibit kurma di atas, karena dari setiap lembar daunnya mengeluarkan berkubik-kubik oksigen (02) yang amat bermanfaat bagi kehidupan manusia. Demikian pula manfaat lain dari setiap pohon terhadap lingkungan sekitarnya. Karena itu, alangkah tercelanya orang yang semaunya dan sembarangan menebang pohon dan atau membakar hutan.

Profesor Ahmad Syauqi dari Mesir dalam penelitiannya membuktikan, seluruh tumbuhan memiliki kepekaan yang tinggi. Ia bereaksi cepat terhadap kondisi sekitarnya. Mereka memiliki perasaan, sedih dan bahagia, bahkan dapat berbicara dengan bahasa mereka sendiri. Salah satu ‘ekspresi’ kemarahan mereka adalah tidak berbuah. Tidak bisa dipanen. Atau kalau ia pohon kembang, bunganya tidak begitu wangi.

Sangat menakjubkan. Kebenaran kisah tersebut dibuktikan secara ilmiah oleh Prof Dr Masaru Emoto dari Jepang. Dari hasil penelitiannya selama lebih satu dasawarsa, Emoto menunjukkan, air merefleksikan situasi di sekelilingnya. Bentuk molekul air ternyata juga berubah seiring perubahan vibrasi energi lingkungannya. Menurut ia, air memiliki perasaan. Air bisa bereaksi terhadap segala bentuk ucapan, kata, bahkan terhadap gambar sekalipun. Jika ucapan tersebut berisikan pujian, air membentuk molekul kristal yang sangat indah yang dapat memberikan enegri positif kepada manusia.

Karena itu, merusak alam berarti merusak diri sendiri. Demikian sebaliknya. Apa yang kita lakukan kepada alam akan kembali kepada kita. Kalau kita menanam pohon, maka di antara manfaatnya: daunnya akan mengeluarkan oksigen dan menyerap karbon dioksida; akarnya menguatkan tanah dan menyerap air. Daunnya bisa dimasak atau dijadikan obat, bentuk dan rupanya bisa membuat pemandangan menjadi indah. Sebaliknya kalau kita melemparkan sampah sembarangan, alam akan membalas kita dengan berbagai penyakit. Kita bakar lahan dan hutan, maka alam membalas dengan kabut asap. Kita cemari udara dengan asap kendaraan dan pabrik, alam menjawab dengan polusi. Kita babat hutan, alam membalas dengan kekeringan dan kegersangan, pada waktu hujan akan kebanjiran yang mengikis humus atau lapisan tanah yang subur. Kita panen sarang burung walet di bukit dan gunung, alam membalas dengan serangan hama wereng, karena burung walet pemangsa wereng. Kita buru ular untuk diambil kulit dan dagingnya, alam membalas dengan merajalelanya hama tikus. Kita berusaha menaklukkan alam dengan teknologi tinggi, alam datang dengan kekuatan yang tidak bisa diatasi oleh teknologi secanggih apa pun. Contohnya, lumpur Lapindo di Sidoardjo, Tsunami di Aceh, gempa bumi, banjir bandang, gunung meletus dan angin puting beliung.

Ambruknya kerajaan Mesopotamia, misalnya. Menurut ahli, disebabkan salinasi yakni naiknya kadar garam dalam tanah karena pengairan. Hancurnya kota Sodom dan Gomorah pada masa Nabi Luth, juga karena kurang harmonisnya hubungan antarmanusia dan antara manusia dengan lingkungan hidupnya. Wallahualam.

e-mail: ukonsen@syariahmandiri.co.id

No comments: