Senin, 21 Mei 2007 02:15
- Tiga penambang tewas
SRAGEN, BPOST - Pemerintah Kabupaten Sragen menutup lokasi penambangan Batu Kuning, di lereng Gunung Kemukus di Dusun Sendangboto, Desa Suko, Kecamatan Miri, Minggu (20/5).
Penutupan lokasi penambangan tradisional seluas satu hektare yang dikelola swadaya oleh warga ini dilakukan, selain karena dinilai ilegal dan membahayakan, juga menyusul tewasnya tiga penambang akibat tertimpa runtuhan batu, akhir pekan kemarin.
Selain menewaskan Parno (35), Paiman, (50), keduanya warga Desa Miri, dan Paryono (35), warga Desa Brojol, Kecamatan Miri, Sragen, peristiwa ini juga melukai tiga penambang lain, Suwandi (31), Sutarman, dan Wagirin (35), ketiganya warga Desa Miri. Wagirin bahkan harus dilarikan ke Rumah Sakit Yakssi Sragen, karena mengalami patah tangan kanan.
Perintah penutupan itu disampaikan Kepala Badan Kesatuan Bangsa Politik dan Perlindungan Masyarakat, Sragen, Wangsit Sukono langsung kepada Kepala Desa Suko, Kardiyo (35), disaksikan warga sekitar.
"Atas perintah Bupati, lokasi penambangan ini ditutup. Mulai besok tidak boleh lagi ada kegiatan penambangan di sini. Ini kami lakukan karena sangat prihatin dengan musibah yang menewaskan tiga warga itu," imbuh Wangsit.
Namun, meski sadar akan besarnya resiko bahaya yang setiap saat mengintai, para penambang batu tetap keberatan atas penutupan lokasi itu. Mereka beralasan, lokasi tambang yang terletak di tanah milik Pawiroman (50), itu telah menjadi sumber nafkah bagi keluarga.
"Ada 200 kepala keluarga atau sekitar 12 ribu jiwa yang menggantungkan hidupnya dari tambang ini. Kalau ini ditutup, anak dan isteri kami mau diberi makan apa," kata Koordinator Penambang, Willy Taufik.
Apalagi, kata dia, lokasi tambang yang mereka gali merupakan hak milik perorangan, bukan milik negara. Para penambang pun telah membayar sewa kepada pemiliknya. Karena itu, mewakili rekan-rekannya Willy menolak jika kegiatan penambangan yang selama ini dilakukan, disebut ilegal.
"Kami minta Pemkab tidak menutup secara sepihak. Kalau memang mau ditutup, Pemkab harus mencarikan jalan keluarnya. Tidak langsung menyikapinya seperti itu," katanya.
Sepanjang pagi hingga tengah hari kemarin, tidak terlihat adanya aktivitas penggalian yang dilakukan para penambang. Meski tetap datang ke lokasi, mereka hanya sekadar duduk-duduk sembari berbagi cerita perihal nasib naas yang menimpa tiga rekan mereka. "Ini sebagai wujud rasa bela sungkawa kami kepada pihak keluarga," kata Sugeng, salah seorang penambang.
Menurut keterangan salah satu penambang, Paino (40), di Sragen, Sabtu, kejadian itu bermula saat empat orang penambang yang bekerja secara berkelompok menambang di bawah tebing setinggi 20 meter.
"Tiba-tiba terdengar suara gemuruh tanah longsor. Tiga orang tertimpa bebatuan yang longsor, sementara Wagimin berhasil menyelamatkan diri meski tangan kirinya patah," katanya.
Menurut dia, para penambang lainnya juga sempat berteriak agar para korban segera menyelamatkan diri, sayang longsor terjadi begitu cepat.mic/ant/kcm
No comments:
Post a Comment