Kamis, 12-06-2008 | 00:31:16
BANJARBARU, BPOST - Pengembangan energi baru berupa gas metana batu bara atau coal bed methane (CBM)oleh Departemen Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) untuk mengatasi kesulitan bahan bakar minyak, bukan sekadar rencana. Sejumlah pengusaha sudah mengajukan izin pengambilan sumber daya alam itu pada lahan potensial CBM di tiga kabupaten di Kalsel.
Berdasarkan data Dinas Pertambangan dan Energi (Distamben) Kalsel, sudah ada 35 calon investor yang mengajukan permohonan izin ke pemerintah pusat untuk menggarap sumber daya alam gas itu.
Dari paparan Dirjen Minyak dan Gas Departemen ESDM saat melakukan konsultasi penawaran wilayah kerja CBM/GMB di Kalsel awal Juni lalu di Banjarbaru, Kabupaten Banjar, Batola dan Tanah Laut menjadi daerah yang dituju para calon investor.
Tanah Laut menjadi daerah terbanyak serbuan investor yaitu 22 calon pemegang izin pengeboran gas. Disusul 10 izin yang diajukan ke Kabupaten Banjar 3 izin di Batola.
Namun, sebagian lahan yang dilirik itu sebagai lahan yang telah memiliki konsesi izin kuasa pertambangan (KP) batu bara. Padahal, di areal itu secara ekonomis geologis, tidak memiliki kandungan batu bara.
Seperti yang terjadi di areal lumpur panas Barambai di Kabupaten Barito Kuala (Batola). Distamben Kalsel menerima protes tertulis dari PT Trans Asia karena sudah ada tiga perusahaan yaitu PT Katya Inti Energi, PT Delapan Inti Power dan PT Tansri Madjid Energi yang sudah mengapling kawasan tersebut sebagai kawasan izin KP penyelidikan umum bahan galian batu bara. Bersamaan perusahaan Trans Asia mengajukan permohonan menggarap CBM/GMB.
Kadistamben Kalsel menduga protes itu ada kaitannya dengan izin pengambilan gas CBM/GMB. Pasalnya, saat ekspos Dirjen Migas di Banjarbaru, disebutkan sesuai Peraturan Menteri ESDM No 033/2006, wilayah kerja gas metana ini bisa diberikan kepada badan usaha atau bentuk usaha tetap di dalam wilayah hukum pertambangan Indonesia.
Salah satu syarat mendapatkan wilayah kerja atau izin ini jika kawasan yang akan digarap gas metannya berasal dari wilayah pertambangan berbentuk izin KP batu bara juga Perjanjian Karya Pengusahaan Pertambangan Batu Bara (PKP2B).
"Di sana itu kan daerahnya rawa. Secara geologis ekonomisnya tidak ada kandungan batu bara," ujarnya. (niz)
Potensi Terbesar di Barito
Menteri ESDM, Purnomo Yusgiantoro seperti dilansir harian ini Selasa (10/6), menyebutkan, sumber CBM melimpah di Sumatera Selatan, Sumatera Tengah, Kalimantan Selatan, dan Kalimantan Timur. Berdasarkan data Bank Dunia, konsentrasi potensi terbesar terletak di Kalimantan dan Sumatera.
Di Kalimantan Timur, antara lain tersebar di Kabupaten Berau dengan kandungan sekitar 8,4 TSCF, Pasir/Asem (3 TSCF), Tarakan (17,5 TSCF), dan Kutai (80,4 TSCF). Kabupaten Barito, Kalimantan Tengah (101,6 TSCF). Sementara itu di Sumatera Tengah (52,5 TSCF), Sumatera Selatan (183 TSCF), dan Bengkulu 3,6 TSCF, sisanya terletak di Jatibarang, Jawa Barat (0,8 TSCF) dan Sulawesi (2 TSCF).
Khusus di Sungai Barito, penelusuran ke sejumlah literatur pertambangan diketahui memiliki pontensi CBM yang cukup besar. Urutan kedua setelah sungai-sungai di Sumatra Selatan. Bahkan Sungai Barito tidak kalah dibandingkan dengan sungai-sungai CBM terbaik di Amerika Serikat.
Sungai Barito memang tidak menghasilkan gas dan minyak yang signifikan, tapi memiliki lapisan batu bara bergas yang tebal hingga 500 kaki. (niz)