Label Cloud

Wednesday, June 18, 2008

Limbah Pendulangan Cemari Sawah

Kamis, 05-06-2008 | 00:33:38

• Petani Mengadu ke Distam
BANJARBARU, BPOST - Aktivitas penambangan intan memakai mesin di Kecamatan Cempaka, Banjarbaru makin mengancam lingkungan. Luberan lumpur hasil sedotan mesin penyedot tanah diduga telah mengganggu ratusan hektare sawah di Kelurahan Bangkal.

Aktivitas pendulangan semi-mekanis di sepanjang sungai selain memacu percepatan pendangkalan, mengakibatkan pencemaran air sungai di daerah hulu. Seperti yang dikeluhkan warga Bangkal. Sungai Dadap yang selama ini menjadi satu-satunya sumber air bersih, tak bisa lagi dimanfaatkan.

Puluhan petani dari beberapa RT di Kelurahan Bangkal, Kecamatan Cempaka, mengadukan masalah itu ke Dinas Pertambangan dan Lingkungan Hidup (Distam LH) Kota Banjarbaru.

Menurut petani, pencemaran air sungai itu mulai mempengaruhi kualitas produksi padi di Kelurahan Bangkal. Padahal kelurahan itu merupakan lumbung padi Banjarbaru.

Pantauan BPost, sedimentasi sungai di sekitar persawahan warga yang berdekatan dengan pendulangan intan itu berdampak pada kualitas air sungai. Air sungai terlihat kuning bercampur lumpur tanah galian.

"Ini masih termasuk bening airnya. Ada yang lebih pekat lagi. Lihat saja lumpurnya. Mungkin ini yang memengaruhi sawah kami, pengairannya tidak lancar," ujar Syarkawi, petani yang juga warga setempat saat mengantar rombongan tim identifikasi pertambangan intan rakyat dari Distam LH, Rabu (4/6).

Yani, petani lainnya mengatakan bahwa kondisi demikian langsung berdampak pada hasil panen. Jika dulu, dalam satu borongan (lahan 17x17 meter persegi) petani mendapatkan delapan blek (satu blek sama dengan 25 liter), sekarang hasilnya merosot. "Saya, biasanya 10 borong dapat 85 blek. Sekarang 70 blek saja sudah syukur," kata Yani.

Selain petani, petambak yang memiliki keramba ikan pun mengeluhkan kondisi tersebut. Dulu, di kelurahan itu ada 200 titik keramba ikan yang dikembangkan warga.

Keadaan itu secara ekstrem mematikan mata pencaharian warga setempat yang sempat mengembangkan budidaya ikan sistem keramba. Setidaknya ada sekitar 400 titik mesin sedot pendulangan intan yang beroperasi di tebaran lubang pendulangan. Semuanya terkonsentrasi di pinggiran sungai daerah hulu di kawasan Sungai Tiung sampai Bangkal.

Kepala Distam LH Kota Banjarbaru Burhanudin berjanji akan meneliti lebih detil. Dia mengakui, selama ini pendulangan intan bermesin memang menyalahi aturan dan kaidah pertambangan. "Kami akan membina pendulang di sini," ujarnya. (niz/sar)

Tinggalkan Cara Manual

KERUSAKAN lingkungan di Kecamatan Cempaka terjadi seiring makin gencarnya pertambangan menggunakan mesin penyedot (semi mekanis). Sedangkan penambangan secara manual sudah lama ditinggalkan.

Kabid Pengembangan Wilayah Distam LH Putut Budiono, mengatakan bahwa sampai sekarang terdata 200 pemilik mesin sedot di pendulangan intan. Diakuinya, jumlah itu bisa bertambah karena banyak pendulang intan rakyat meninggalkan pola manual, seperti dengan mencangkul tanah. Kalau menyedot menggunakan mesin, pendulang tinggal menunggu bongkahan tanah yang jatuh setelah disemprot dan disedot. Sedotan terlebih dahulu dinaikkan ke cash box (rumah-rumahan pendulang), yang selanjutnya mengalirkan intan dan logam mulia lainnya seperti emas.

Secara geologis, cara penambangan seperti itu mengancam kekuatan lapisan tanah. Akibat sedotan mesin, tanah menjadi lunak dan mudah longsor. Itulah yang menyebabkan sedimentasi pada sungai, sehingga menimbulkan pencemaran berupa limbah lumpur. (niz/sar)

No comments: