Selasa, 08 Agustus 2006 02:29:37
Banjarmasin, BPost - Ketika masyarakat Kalimantan Selatan kelimpungan akibat krisis Bahan Bakar Minyak (BBM), Purnomo Yusgiantoro, Menteri ESDM menepuk dada. Ia membanggakan amannya stok nasional, meski jutaan rakyat kesusahan.
"Hasil pemantauan Pertamina dan BPH Migas, ada penurunan volume konsumsi BBM sekitar tiga sampai empat juta kiloliter. Artinya, ini mengurangi biaya subsidi pemerintah dengan asumsi harga minyak yang sama," ujar Purnomo Yusgiantoro usai bertemu Wapres Jusuf Kalla di Istana Wapres Jakarta, Senin (7/8).
Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) ini bak tak mendengar jeritan jutaan rakyat Kalsel maupun Mataram NTB yang kesulitan membeli bensin maupun minyak tanah. Seliter bensin di Mataram kemarin mencapai harga Rp15.000 dan Rp10.000 di Amuntai dan Tanjung Kalsel.
Antrean di kota Banjarmasin dan kota-kota lain di Kalsel makin panjang. Meski begitu tak semua memiliki peluang mendapatkan BBM, karena stok tak mencukupi kebutuhan masyarakat.
Purnomo tetap santai mengemukakan, bahwa volume konsumsi bahan bakar minyak rakyat tahun 2006 turun dari perkiraan 40 juta kiloliter menjadi hanya 37 juta kiloliter.
Penurunan ini konon akibat rakyat mulai meningkatkan efisiensi bersamaan kenaikan harga BBM per 1 Oktober 2005. Benarkah? Purnomo punya dalih lain, masyarakat pedesaan banyak yang beralih dari mitan ke arang, briket dan kayu bakar untuk keperluan memasak. "Dengan kecenderungan ini, tahun ini, volume konsumsi BBM bisa turun sampai empat juta kiloliter," ujarnya.
Turunnya volume konsumsi BBM ini dipakai menjelaskan stok BBM di Indonesia aman. Kelangkaan BBM yang terjadi di beberapa wilayah seperti di Banjarmasin, Bengkulu, Kupang, NTB dan beberapa wilayah lain diprasangkakan akibat kendala transportasi dari kilang ke depo.
"Memang ada kendala teknis di lapangan yang harus kita hadapi. Masyarakat harap mengetahui dan memahami," ujar Purnomo tanpa beban. Kendala teknis yang dimaksud, menyusutnya ketinggian air pada saat musim kemarau sehingga kapal tanker tak bisa merapat. Distribusi pun dilakukan melalui jalur darat dan itu memakan waktu lama.
Pertamina Wilayah VI Banjarmasin pun lamban melayani publik. Setelah dua bulan BBM membebani hidup masyarakat Kalsel, baru menambah frekuensi pengiriman kapal pengangkut BBM dari kilang Balikpapan.
"Kami coba menambah frekuensi kapal yang datang ke Banjarmasin. Kalau pakai kapal berkapasitas besar, takut tak bisa masuk," kata Budi Setio Hartono, Pemimpin Pertamina Wilayah VI usai mengikuti coffee morning di Gubernuran.
Jika biasanya pengiriman dilakukan tiga hari sekali, kini dilakukan setiap hari. Selain itu, Pertamina akan membangun terminal tanker Ship To Ship (STS) di Muara Barito. Namun, belum bisa direalisasikan dalam waktu dekat karena perlu penjajagan kondisi alur.
Tak Menentu
Di mata Budi, alur jadi kendala mutlak saat ini. Waktu normal pengiriman dari kilang Balikpapan ke depot Banjarmasin, 39 jam. Rinciannya, 35 jam dari Balikpapan sampai muara Sungai Barito dan 4 jam dari muara ke depot Banjarmasin.
Apabila alur surut, waktu tempuh dari muara ke depot molor 20 jam-an. Dalih Budi pun mentah, manakala Asisten Manajer Kepanduan PT Pelindo III Cabang Banjarmasin mengungkap misteri alur. Menurut Asisten Manajer, Capt D Eddy Mulyono dangkalnya alur Barito bukan sebagai penyebab terganggunya distribusi BBM ke depot Pertamina.
"Untuk alur Barito tidak masalah kalau tongkang atau kapal tangker lewat pas air pasang. Beberapa waktu terakhir lancar-lancar saja," tandas Eddy.
Sejak alur Barito mengalami pendangkalan hingga 1 meter, ada jalur pengganti yang disebut alur tikus atau Spot 9,500-13,000 atau Bouy 8-5 Daftar Suar Indonesia (DSI).
Kapal penumpang dan BBM justru mendapat prioritas lewat. "Kami sudah ada kontrak untuk memandu kapal-kapal yang menyangkut kebutuhan nasional atau orang banyak," tandas Eddy.
Eddy mencatat jumlah kapal tangker yang masuk depot Pertamina Kalsel mencapai tujuh unit selama 1-8 Agustus. "Hampir semuanya, masuk sesuai jadwal. Artinya, bisa masuk alur tikus pas air pasang. Yang tidak tepat jadwal hanya satu, tangker Permili tanggal 4 Agustus lalu," bebernya.
Wakil Kepala Dinas Perhubungan Kalsel Heri Hermansyah menguatkan fakta yang disampaikan Eddy. "Sesuai permintaan Pak Gubernur, khusus kapal Sembako dan BBM diutamakan. Tujuannya agar tak menimbulkan keresahan masyarakat, baik karena kelangkaan maupun tingginya harga," ujarnya.
Lalu, mengapa tetap langkah? Kepolisian pun tak menemukan penyimpangan. "Belum kita temui penyalahgunaan distribusi BBM," kata Dirpolair AKBP Drs Thomas Alfred Ombeng.
Pemenuhan kebutuhan BBM di Kalsel kini tak menentu. Sampai kapan kondisi krisis akan berakhir. Tak ada jaminan dari Pertamina yang notabene bertugas melayani masyarakat.
Inilah yang memicu ketidakpuasan publik, termasuk Ketua Yayasan Perlindungan Konsumen Indonesia (YLKI) Kalsel, Arpawi Ramon. Ia segera menggalang pertemuan untuk mencari solusi yang meresahkan masyarakat Kalsel ini. mdn/nda/coi/han/mia/kcm/ant
Label Cloud
Tuesday, August 08, 2006
Krisis BBM Misterius
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
No comments:
Post a Comment