Label Cloud

Friday, July 28, 2006

Kotabaru Lautan Api

Saturday, 15 July 2006 02:33:49

Kotabaru, BPost - Kebakaran hebat melanda Kotabaru, Jumat (14/7) sore. Si jago merah melumat sedikitnya 1.000 rumah warga di Desa Rampa Lama dan Desa Dirgahayu, Kelurahan Kotabaru Hulu, Pulau Laut Utara.

Tak ada korban jiwa dalam musibah itu. Namun api yang mulai berkobar sekitar pukul 16.00 Wita itu juga melahap sebagian toko dan dua mushola di Pasar Jambangan. Sebagian besar warga tak bisa menyelamatkan harta benda mereka, karena kobaran api begitu cepat dan langsung menjilat rumah penduduk yang umumnya terbuat dari kayu.

Sedangkan korban lainnya meliputi kapal-kapal nelayan yang belum selesai dikerjakan. Kapal yang jumlahnya belasan itu berada di galangan-galangan, pinggiran kampung setempat.

Saat kebakaran mulai terjadi, beberapa warga terbirit-birit keluar rumah menyelamatkan diri hanya dengan baju yang melekat di badan. Bahkan, tidak sedikit warga yang berlari ke luar rumah hanya mengenakan sarung, tanpa baju.

Ribuan warga yang rumahnya terbakar terlihat panik. Mereka hanya bisa menangis dan berteriak histeris sambil menyelamatkan barang milik mereka yang bisa dibawa.

Beberapa saksi mata menuturkan, api kali pertama terlihat berkobar dari rumah seorang warga di Kampung Higa Gunung, Jalan Damanhuri. Setelah meluluhlantakkan hampir seluruh rumah di kawasan itu, si jago merah menjalar ke Pasar Jambangan. Hanya dalam tempo tidak sampai 20 menit, sebagian bangunan pasar rakyat itu ludes.

Kencangnya tiupan angin menyebabkan api segera merembet ke permukiman padat penduduk di Desa Rampa. Hanya dalam waktu kurang lebih satu jam, ratusan rumah perkampungan nelayan itu rata dengan tanah. Api terus berkobar hebat di kawasan yang pernah terbakar pada tahun 1993 lalu itu.

Ribuan warga Desa Rampa hanya bisa meratap melihat rumah mereka diamuk si jago merah. Beberapa warga terlihat membawa lari binatang piaraan, sementara barang berharga dibiarkan menjadi puing.

Setelah membumihanguskan Desa Rampa, si jago merah bergeser menuju Desa Dirgahayu. Tiga mobil barisan pemadaman kebakaran setempat tidak mampu mengendalikan amukan api.

Warga Desa Dirgahayu berusaha memutus jalur api menggunakan air dari pipa PDAM yang dijebol. Namun upaya tersebut tidak berlangsung lama. Rapatnya rumah penduduk yang terbuat dari kayu beratap daun dan sirap membuat api kian berkobar. Hingga azan Magrib berkumandang api terus membesar di perumahan warga yang rata-rata hanya berjarak setengah meter itu.

Suasana gelap semakin membuat warga panik. Ratusan warga menyusuri Jalan Misaya menuju Jalan Veteran, yang lebih lebar, guna menghindari kobaran api yang terus menjalar.

Si jago merah baru berhasil dipadamkan sekitar pukul 21.30 Wita, setelah sepuluh mobil barisan pemadam kebakaran, dari Arutmin dan PT Misaya dan BPK milik Pemkab Kotabaru, turun tangan melokalisir api.

Hingga berita ini diturunkan, belum diperoleh keterangan jumlah kerugian. Kapolres Kotabaru Ajun Komisaris Besar Sahimin Zainuddin menyebut, data sementara ratusan rumah terbakar, 30 unit toko serta dua mushola rata dengan tanah.

"Asal api belum bisa diketahui pasti. Tapi kita akan segera meminta bantuan Laboratorium Forensik di Surabaya untuk mencari penyebab kebakaran," katanya.

Wakil Bupati Kotabaru Fatizanolo S mengaku belum bisa memastikan jumlah rumah yang terbakar. "Jangankan menaksir kerugian, saat ini yang kita pikirkan api jangan merembet lebih jauh," ujarnya.

Hanya saja, ia mengaku prihatin dengan kejadian itu. Untuk menangani musibah tersebut, akan dilakukan relokasi ke tempat yang lebih representatif di sekitar pantai.

Mengungsi

Sebagian warga yang rumahnya terbakar terpaksa mengungsi ke rumah sanak saudara dan tetangga mereka yang selamat. Sedangkan warga yang tak memiliki keluarga dan tak tertampung di rumah tetangga, terpaksa mendirikan tenda darurat di bekas tambak udang milik PT Misaya Mitra. Menurut pantauan BPost, ratusan korban kebakaran berdesak-desakan di tenda-tenda berukuran kecil itu. Beberapa balita menangis, karena tak tahan dengan panasnya udara.

Hingga larut malam, sebagian besar pengungsi mengaku tak bisa tidur. Mereka umumnya syok dengan kejadian itu.

Sebab, kebakaran itu menyebabkan mereka kehilangan tempat tinggal, harta benda dan mata pencaharian.

Menurut salah seorang korban kebakaran, peristiwa itu mengingatkan kembali peristiwa kebakaran 1993 lalu yang menghanguskan lebih dari seribu rumah penduduk. Pada saat itu bersamaan waktunya dengan pergelaran Musyabaqah Tilawatil Quran tingkat Kalsel.

Kala itu musibah dikatagorikan sebagai bencana nasional. Pemerintah Pusat turun tangan ke Kotabaru memberikan bantuan bagi pembangunan kembali pemukiman penduduk yang terbakar. dhs

No comments: