Label Cloud

Thursday, October 19, 2006

Sungai Kering, Sawah di Kalimantan Selatan Terancam Puso

Selasa, 12 September 2006
Banjarmasin, Kompas - Sekitar 200 hektar sawah di dua kabupaten di Kalimantan Selatan terancam gagal panen seiring dengan mengering dan menyusutnya permukaan air di beberapa sungai. Di Kalimantan Tengah, permukaan air Sungai Kahayan sudah turun hingga 6 meter.

Kepala Dinas Pertanian dan Tanaman Pangan Kalsel Sriyono mengatakan, 200 hektar (ha) sawah rawa dan lebak itu ada di Kabupaten Hulu Sungai Utara dan Tanah Bumbu. Kekeringan diperkirakan terus berlanjut hingga akhir Desember.

"Petugas lapangan terus berupaya mengatasi keadaan, antara lain dengan mencari sumber air dan mengalirkan ke sawah-sawah yang terancam kekeringan," kata Sriyono, Senin (11/9).

Di Hulu Sungai Utara ada 81 pompa untuk sebagian dari 25.000 ha tanaman padi rawa dan lebak. Pertanian rawa lebak mencapai 100.000 ha dari 510.000 ha areal padi Kalsel.

Sriyono optimistis produksi padi tahun ini mencapai 1,6 juta ton gabah kering giling dengan luas tanam 510.000 ha. Sampai akhir Agustus, 350.000 ha sawah dan ladang sudah dipanen.

"Itu sebabnya kenapa Kalsel tidak perlu beras impor. Hasil panen padi daerah ini surplus, bahkan sebagian dijual ke Jawa," kata Sriyono.

Sejumlah petani padi rawa lebak di Hulu Sungai Utara dan Banjar mengaku tidak bisa menghidupkan mesin pompa karena sulit memperoleh solar. Kalaupun ada, harga solar berkisar Rp 5.500 hingga Rp 7.000 per liter.

Kepala Dinas Perkebunan Kalsel Haryono mengatakan, jika kekeringan terus berlangsung sampai akhir Desember, berbagai proyek seperti peremajaan karet dan lainnya bakal kesulitan.

Kahayan

Permukaan air Sungai Kahayan yang melintasi Palangkaraya, Kalteng, sudah turun 6 meter. Dua kapal patroli militer yang sejak musim hujan lalu ditambatkan di dekat dermaga sudah tergolek di dasar sungai. Separuh badan sungai berubah menjadi hamparan tanah, terutama di bagian tepi sudah ditumbuhi rumput setinggi 50-an sentimeter.

Surutnya Kahayan mengganggu angkutan air, terutama yang menuju Kabupaten Gunung Mas di hulu. Namun, harga kebutuhan pokok di Kuala Kurun, ibu kota Gunung Mas, relatif stabil karena adanya jalur darat yang dapat dimanfaatkan untuk mengangkut barang dari Palangkaraya.

Kenaikan mencolok hanya ter jadi pada solar, yang selama sekitar satu bulan terakhir naik dari Rp 6.000 menjadi Rp 9.000 per liter. Harga minyak tanah juga naik dari Rp 4.000 menjadi di Rp 5.000 hingga Rp 6.000 per liter.

Selain Kahayan, Sungai Katingan di Kabupaten Katingan pun makin surut. Gosong pasir dasar sungai di bawah jembatan arah Kasongan, ibu kota Katingan, mulai melebar ke tengah. Sebulan lalu, gosong pasir hanya ada di tepi sungai.

"Ada kabar transportasi dan distribusi barang di kawasan hulu Katingan makin sulit sebab alur hilir Katingan makin surut," kata Usman, warga Kasongan. (CAS)

No comments: