Label Cloud

Wednesday, October 18, 2006

Hujan Buatan Tidak Efektif

Minggu, 15 Oktober 2006 01:31:27

Banjarbaru, BPost
Hujan buatan yang digelar pemerintah pusat melalui Bakornas PB, BPPT dan TNI AU untuk mengendalikan dampak asap di Indonesia ternyata tidak efektif. Pasalnya, kondisi atmosfer Kalimantan yang kering mengakibatkan penaburan garam pada awan sia-sia.

Dalam sebulan terakhir, didapati siklon tropis di sekitar Filipina yang terus bergerak ke arah utara. Massa udara basah yang ada akhirnya tersedot ke arah Filipina. Alhasil, atmosfer di sekitar Sumatera dan Kalimantan termasuk Jawa mengalami kekeringan.

Kepala BPPT, Prof Ir Said F Jenie, Sc.D, ditemui usai evaluasi hujan buatan di wilayah Kalimantan dari Posko Pangkalan Udara Syamsudin Noor mengatakan kondisi tersebut. Menurutnya, langkah efektif mematikan hotspot adalah dengan water bom atau pengendalian sejak dini.

Modifikasi cuaca, kata dia, lebih berfungsi mengurangi kekeringan, diantaranya mengisi air waduk yang surut akibat kemarau panjang dan berdampak luas pada warga. Hujan buatan beberapa hari lalu tidak efektif karena kondisi cuaca di Kalimantan dan Sumatera kurang mendukung.

Suplai uap air kurang, mengingat suhu muka laut di sebelah Barat Sumatera bagian Selatan dan di Selatan Jawa masih dingin, sehingga tidak ada proses penguapan di wilayah tersebut.

"Kondisi alamnya memang belum mendukung. Kita akan menerapkan metode berbasis teknologi yang lebih mengena," jelasnya.

Sementara itu, angin di atas Jawa Sumatera bagian Selatan serta Kalimantan bertiup dari Tenggara. Akibatnya kondisi temperatur permukaan laut masih dingin (1 derajat di bawah rata-rata). Ini langsung berimplikasi pada tak terjadinya penguapan dan minimnya suplai air di atmosfer dan tidak tumbuhnya awan konvektif.

Ditanya, apakah hujan buatan akan terus dilakukan. Pihaknya mengaku masih berkoordinasi dengan berbagai pihak. Setelah dievaluasi, akan diambil kebijakan dari Menkokesra.

Sementara itu, Sucantika Budi, Kepala Stasiun Klimatologi Kelas I Badan Meteorologi dan Geofisika (BMG) di Banjarbaru menyebutkan, suhu udara di Kalsel beberapa hari terakhir sangat fluktuasi. Artinya, peluang terjadinya kabut asap karena kebakaran lahan masih saja bisa terjadi.

"Tidak ada cuaca extrim (cuex) sebenarnya ya. Saat ini suhunya berfluktuasi. Sempat tercatat 35,37 derajat celcius dan ada mencapai 37 derajat. Begitu juga dengan kelembaban antara 40 persen dan tiba-tiba menurun menjadi 24 persen pada Senin (9/10)," tandas Sucantika.

Sementara prediksi hujan alamiah dengan kondisi sekarang tak mengubah prakiraan sebelumnya. Hujan masih akan terjadi pada dekade (pekan) III Oktober hingga pekan II November. Pada rentang waktu tersebut, tidak adanya cuex seperti gejala elnino, masih diperkirakan besar kemungkinan tak berubah. Hujan masih akan turun saat itu. niz

Copyright © 2003 Banjarmasin Post

No comments: