Label Cloud

Friday, April 20, 2007

PT GC Merasa Serba Salah

Sabtu, 3 Maret 2007

Radar Banjarmasin


Soal Aktivitas Penambang Tradisional di Area Safety

BANJARBARU – PT Galuh Cempaka (PT GC) mengaku serba salah menangani pendulang yang masuk ke area safety. Para petinggi perusahaan internasional yang mengeksploitasi intan tersebut cemas dengan kehadiran belasan penambang tradisional di lokasi yang rawan bahaya, di jalan tambang.

”Di satu sisi kami tetap membiarkan pendulang menambang di bekas pembuangan limbah blok IV (di luar area safety), lantaran persoalan ‘perut’,” kata Human Resoulcies Departement (HRD) PT Galuh Cempaka, Subhan Abubakar kepada wartawan koran ini, kemarin.

Makanya, dalam beberapa pertemuan, PT GC tak lagi memasang larangan bagi pendulang di blok IV dan membiarkan mereka maambuh intan di lokasi tersebut.

Namun akhir-akhir ini, cerita Subhan, PT GC kembali kebingungan, pasalnya belasan pendulang mulai bergeser masuk ke lokasi sisi jalan tambang sebelah kiri arah utara.

“Perlu diketahui, di lokasi ini puluhan armada tronton setiap hari melintas, kami khawatir jika pendulang memasuki area ini terjadi hal yang tak diinginkan, dan kami tak ingin disalahkan. Harapan kami pendulang cukup di blok IV saja,” pintanya.

Apalagi jalur angkutan tambang itu saat ini tak lagi dapat dilewati dua armada tronton sekaligus, karena jalur jalan mulai menyempit. ”Karena lebar jalur mengecil, armada terpaksa antre satu-satu,” ujarnya.

PT GC mengharap pengertian dan toleransi para penambang tradisional, sehingga tak terjadi permasalahan. Karena perlu dipahami, di sekeliling area itu telah dipasang kawat berduri. Tujuannya bukan saja untuk mengantisipasi pendulang masuk. Lebih dari itu agar lokasi jalan tambang steril. ”Di lokasi itu juga dijaga ketat petugas keamanan,” ujarnya.

Menambahkan keterangan Subhan, Koordinator K3 (keselamatan kesehatan kerja) dan Community Development (CD) PT Galuh Cempaka, Arif Syarifuddin mengatakan, jalan tambang merupakan area yang berbahaya mengingat kondisi jalan yang licin karena hanya dibangun dari tanah kuning sehingga angkutan riskan terbalik.

”Kami mencemaskan ketika para pendulang memasuki area itu bersamaan dengan aktivitas tronton,” terangnya.

Arif berharap para pendulang dapat diajak kompromi dan sama-sama menjaga demi kepentingan bersama.”Jujur kami merasa terjepit akan masalah ini dan berharap ada solusi agar di lokasi tersebut bisa kondusif,” katanya. (uni)

No comments: