Sabtu, 30 September 2006 01:02:27
* Warga Panjaratan krisis air
* Harus diolah sebelum dikonsumsi
Pelaihari, BPost
Masyarakat Desa Panjaratan mesti berhati-hati jika ingin mengonsumsi air sungai setempat, karena dari hasil penelitian Balai Teknologi Kesehatan Lingkungan (BTKL) Banjarbaru ditemukan zat NH3 (amoniak) yang melebihi ambang batas.
Pemeriksaan dilakukan BTKL Banjarbaru berdasarkan sampel yang dikirim oleh Bagian Lingkungan Hidup Pemkab Tanah Laut. Hasilnya, mengandung NH3 sebesar 1,5 mg per liter. Padahal ambang batasnya air golongan B (harus diolah jika dikonsumsi) 0,05 mg per liter.
"Tapi, amoniak itu bukan gas berbahaya. Amoniak dihasilkan dari pembusukan bahan organik, termasuk limbah kotoran manusia. Meski tak berbahaya, tapi air yang tercemar amoniak baunya cukup menyengat. Apalagi, di bantaran Sungai Panjaratan banyak jamban," jelas Kasubag Pemantauan dan Pemulihan Bagian LH Pemkab Tala, Amperansyah, Kamis (28/9).
Meski aman dikonsumsi, Amperansyah mengingatkan warga untuk mengolah air lebih dulu, misalnya penaburan tawas atau pengendapan dengan penyaringan pasir.
Dalam memenuhi kebutuhan air, warga Panjaratan bergantung pada sungai. Beberapa warga memiliki sumur, namun tidak bisa diandalkan karena tingginya kadar besi (Fe).
Sejak musim kemarau beberapa bulan lalu, mereka mulai kesulitan air menyusul menyusutnya debit dan kualitas air sungai.
Beberapa waktu lalu, warga Panjaratan mengeluhkan terlarutnya minyak ke sungai. Diduga minyak tersebut berasal dari aktivitas tambang batu bara yang berada di bagian hulu.
Namun hasil uji lab, tidak ditemukan zat berahaya atau melebihi batas ambang, kecuali NH3. Selebihnya masih berada di bawah batas ambang. Kadar Fe 3,5507 mg/l dari batas ambang 5 mg, air raksa (Hg) kurang dari 0,0001 mg, NO2 (nitrit) 0,0012 mg, arsen (As) tidak terdeteksi.
Zat berbahaya yang patut diwaspadai, beber Amperansyah, yaitu Hg dan NO2. Keduanya merupakan logam berat sehingga berbahaya terhadap kesehatan jika kadarnya melampaui batas ambang.
Lebih lanjut Amperansyah mengatakan pihaknya juga akan memeriksa sampel air Sungai Tabonio menyusul semakin pekatnya tingkat kekeruhan. Sampel diambil di intake (pompa hisab) IPA PDAM di Desa Bajuin Kecamatan Pelaihari.
Sampel air --dua jerigen volume lima liter-- dikirimkan ke Laboratorium BTKL Banjarbaru. Pemeriksaan kualitas dilakukan menyusul adanya keluhan PDAM yang kini kesulitan mengolah air baku.
"Katanya, sekarang kebutuhan tawas per hari mencapai 350 kilogram dari kondisi normal 50 kilogram. Kapasitas produksi juga turun drastis menjadi 20 liter per detik," ucap Amperansyah. roy
Copyright © 2003 Banjarmasin Post
Label Cloud
Friday, October 13, 2006
Amoniak Cemari Sungai
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
No comments:
Post a Comment