Selasa, 10 Oktober 2006 02:31:52
Taburkan Garam Di Langit Sampit
Sejak tanggal 1 Oktober lalu, Tim Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT) dan TNI Angkatan Udara (AU) terus melakukan tugasnya memodifikasi cuaca, atau populer dikatakan membuat hujan buatan di atas wilayah Kalimantan. Tujuannya satu, mematikan api (hotspot) akibat pembakaran hutan dan lahan di Kalimantan.
Mereka terus memburu awan yang berpotensi menjadi hujan menggunakan pesawat andalan TNI AU, Hercules tipe C130 dengan kode A1323. Dari data yang dipegang Danlanud Syamsudin Noor, hotspot pada tanggal 7 Oktober lalu mencapai ribuan, 88 di Kalbar, 1.710 di Kalteng, 172 di Kalsel dan 30 di Kaltim.
Senin (9/10) Kemarin, 14 pasukan TNI AU dipimpin pilot, Kapten Penerbang Sugeng, Zailani dan Fata kembali memburu awan cumulus yang berpotensi dijadikan hujan. Sembilan ton serbuk garam mereka bawa. Hercules take off pukul 13.30 dari Syamsudin Noor. Langsung menuju langit Pontianak.
Baru sepuluh menit pesawat meninggalkan daratan, langsung tampak hamparan kabut asap pekat di depan pesawat. Pandangan mata telanjang tidak mampu menembus pekatnya kabut asap akibat pembakaran lahan dan hutan tersebut. Praktis, saat itu pilot hanya menggunakan Global Position System (GPS) guna memandu laju pesawat agar tetap berada di jalurnya.
Sampai di atas langit Pontianak, tidak tampak awan yang dicari-cari. Di atas langit Kota Katulistiwa, awan tampak tipis berada di ketinggian 9000 feet. Merasa tidak menemukan apa yang dicari, Hercules diarahkan ke atas langit Ketapang dan Sampit. Di sini, mereka menemukan awan cumulus yang bergumpal-gumpal.
Menyaksikan awan yang diburunya selama berhari-hari tampak berdiri kokoh di hadapan pesawat, anggota tim langsung bersemangat. Begitu juga dengan dua orang dari BPPT, M Djazim Syaifullah SSi MSi dan Budi, langsung memindai kertas kerja yang sejak awal dipegangnya.
Begitu pesawat buatan Amerika tahun 1982 ini memasuki gumpalan cumulus, pesawat langsung bergoyang. Udara di dalam pesawat yang semula panas karena tanpa AC langsung berubah menjadi dingin. Beberapa pasukan TNI AU yang sudah bersiap di bagian belakang pesawat dengan cekatan langsung menaburkan garam yang sudah dihaluskan hingga berbentuk bedak itu dari pintu belakang, samping kanan-kiri pesawat.
"Hari ini paling bagus di antara hari-hari sebelumnya. Baru hari ini kami menemukan awan yang begitu banyak," kata Kapten Penerbang Sugeng kepada BPost di kokpit Hercules.
Menurutnya, awan itu berada pada ketinggian 11 ribu feet. Hari-hari sebelumnya, awan tampak tipis dan berada pada ketinggian di bawah 9000 feet sehingga sulit dijadikan hujan buatan. Awan yang berpotensi menjadi hujan biasanya terdapat pada ketinggian di atas 11 ribu feet. Selama beberapa hari terakhir awan sulit mencapai ketinggian 11 ribu feet karena terhalang oleh tebalnya kabut asap.
Sugeng mengatakan, hari kemarin sasaran tim pemodifikasi cuaca adalah langit Kalteng dan Kalbar. Pasalnya, dua wilayah tersebut paling parah sergapan kabut asapnya. Dari pantauan di peralatan pesawatnya sejak tanggal 1 Oktober lalu, paling parah terjadi di Palangka Raya.
"Palangka paling parah karena jauh dari laut. Asap Kalsel biasanya bergeser ke Palangka karena diterpa angin laut yang kencang," jelas Sugeng yang berasal dari Skuadron Udara 31 Lanud Halim Perdana Kusuma Jakarta itu. sigit rahmawan/eko sutriyanto (Bersambung)
Copyright © 2003 Banjarmasin Post
Label Cloud
Saturday, October 14, 2006
MEMBURU AWAN, MEMBUAT HUJAN (1)
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
No comments:
Post a Comment